Jerman, Italia, AS dan Australia Hapus Utang Indonesia

Uang rupiah pecahan Rp75 ribu, (Foto:Instagram)

JAKARTA – Jerman, Italia, Amerika Serikat (AS) dan Australia berkomitmen untuk menghapus utang Indonesia dengan skema konversi atau debt swap.

Kabar tersebut disampaikan Staf Khusus Menteri Keuangan (Menkeu) RI, Yustinus Prastowo. Ia menambahkan, penghapusan itu merupakan hasil restrukturisasi utang.

Adapun nilai total utang Indonesia yang dihapus oleh empat negara tersebut sebesar US$334,94 juta atau setara dengan Rp5 triliun.

“Sebanyak empat negara kreditur berkomitmen menghapus utang Indonesia, lewat skema konversi atau debt swap,” ujar Yustinus Prastowo melalui akun Instagram pribadi, @prastow, Senin (17/10).

Prastowo menjelaskan, konversi utang yang disepakati empat negara itu dalam bentuk program atau proyek yang harus dilaksanakan oleh pemerintah RI.

Proyeknya pun bermacam-macam. Misalnya, dari kreditur Jerman untuk proyek pendidikan, edukasi, kesehatan, dan global fund.

Kemudian Australia untuk sektor kesehatan, dan AS untuk tropical forest, dan debt swap dengan kreditur Italia untuk proyek housing and settlement.

Baca juga: Turis Asal Indonesia Bebas Visa di 72 Negara Ini

Prastowo juga menambahkan, total kumulatif nilai komitmen debt swap yang disepakati dengan kreditur bilateral adalah Rp5 triliun (utang yang akan dihapus).

Adapun per 30 September 2022 sudah terealisasi sebesar US$290,51 juta atau setara Rp4,49 triliun. “Capaian yang cukup bagus dan menunjukkan mutual trust yang tinggi,” terang dia.

Sebagai bentuk komitmen yang disepakati, lanjut Prastowo, pemerintah RI juga turut berkontribusi untuk melaksanakan kegiatan tersebut dengan nilai US$215,35 juta atau setara Rp3,33 triliun.

Menurutnya, hal ini tak lain cara untuk meneguhkan komitmen dengan sungguh-sungguh. “Jadi jelas penghapusan utang ini memang menimbulkan konsekuensi, namun konsekuensi yang baik,” katanya.

“Sejalan dengan semangat PBB: ketimbang digunakan membayar utang, lebih baik uangnya dipakai untuk berinvestasi dalam ketahanan iklim, infrastruktur berkelanjutan, dan transisi hijau perekonomian,” imbuh Prastowo.

Baca juga: Singapura Beri Sinyal Khusus untuk Kemajuan Dunia Pariwisata dan Investasi Batam