Jokowi Siapkan Rp12,2 T untuk Bentengi Perairan Natuna

Jokowi Siapkan Rp12,2 T untuk Bentengi Perairan Natuna
Tangkapan layar Presiden Joko Widodo dalam pernyataan yang disiarkan melalui kanal Youtube Sekretariat Presiden pada Senin (2/8/2021).

Jakarta – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengalokasikan anggaran Rp12,2 triliun untuk pengamanan laut di Natuna selama lima tahun. Kebijakan itu tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 85 Tahun 2021 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2022.

Dokumen itu menyebut salah satu upaya penguatan di Natuna dilakukan lewat pengadaan unmanned aerial vehicle (UAV) atau drone. Pemerintah juga akan menebalkan sarana dan prasarana militer di pulau-pulau strategis.

“MP [Red: Major Project/ Proyek Prioritas Strategis] Penguatan Keamanan Laut di Natuna diharapkan dapat meningkatkan deterrent effect dan penegakan kedaulatan di Perairan Natuna; menurunkan aktivitas perompakan; kekerasan dan tindak kejahatan di laut; IUU fishing; serta transnational cimes. Dari sisi pendanaan, pelaksanaan MP tersebut dibiayai dari APBN dengan indikasi pendanaan selama lima tahun sebesar Rp12,2 triliun,” dikutip dari lampiran Perpres Nomor 85 Tahun 2021.

Baca juga: Gubernur Kepri Minta TNI AL Perkuat Pengamanan Laut Natuna

Pemerintah menyampaikan anggaran itu digunakan untuk memenuhi kecukupan alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI Angkatan Laut di Natuna sebesar 40,59 persen. Anggaran itu juga dipakai untuk memenuhi kecukupan alat peralatan keamanan laut (alpakamla) milik Bakamla sebesar 44,17 persen.

Pemerintah mencantumkan sejumlah alasan penguatan keamanan di Natuna, seperti peningkatan eskalasi ancaman dan lemahnya sistem pengamanan navigasi. Pemerintah berharap penguatan keamanan dapat menjaga kedaulatan di wilayah perairan Natuna.

“Outcome/impact: tidak adanya pelanggaran yurisdiksi di Wilayah Laut Natuna,” dikutip dari dokumen itu.

Baca juga: Fadli Zon: Indonesia Harus Keras Pertahankan ZEE Natuna Utara

Sebelumnya, Bakamla juga menyinggung kondisi di perairan Natuna. Bakamla menyebut ada ratusan kapal China dan Vietnam di perbatasan, tapi tak terdeteksi radar.

Di saat yang sama, Bakamla kekurangan sumber daya untuk mengamankan kedaulatan di perairan. Mereka tak punya armada udara hingga bahan bakar untuk menjaga perbatasan.

“Sampai saat ini pun, bahan bakar kita tidak ada. Kapal kita siap untuk berlayar dan patroli, tapi bahan bakar tidak ada,” ucap Sekretaris Utama Bakamla Laksda S. Irawan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi I DPR di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (13/9).

“Sedangkan mereka ada di situ sejak lama, kapal-kapal Vietnam dan coast guard China,” tandasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *