Kadis DKP Kepri Berharap Daerahnya Punya Laboratorium Pengembangan Rumput Laut

Kadis DKP Kepri
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kepri, TS Arif Fadillah saat melihat hasil panen rumput laut di Wakatobi, Sulawesi Tenggara. (Foto : DKP Kepri)

TANJUNGPINANG – Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kepulauan Riau (DKP Kepri) TS Arif Fadillah berharap Kepri memiliki laboratorium pengembangan rumput laut.

Arif mengatakan, harapannya itu agar dapat mengembangkan bibit-bibit unggul rumput laut di Kepri, seperti yang ada di Wakatobi, Bombana, Sulawesi Tenggara, serta daerah timur Indonesia lainnya.

“Mereka memiliki laboratorium kultur jaringan. Jadi, bibit rumput laut itu tidak sembarangan dan kualitasnya bagus,” kata Arif dihubungi dari Tanjungpinang, Sabtu (11/06).

Ia menyampaikan, nantinya Kepri harus bisa memiliki laboratorium untuk pengembangan bibit rumput laut. Pasalnya, Kepri memiliki akses langsung ke Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

“Kita juga didukung oleh Universitas Maritim Raja Ali Haji melalui Dekan Perikanan yang juga dokter ahli KKP. Semoga saja kita bisa berhasil,” ucapnya.

Kadis DKP Kepri
Kadis DKP Kepri TS Arif Fadillah saat meninjau lokasi budidaya rumput laut di Wakatobi, Sulawesi Tenggara (Foto: DKP Kepri)

Ia berharap jika Kepri memiliki satu laboratorium pengembangan bibit rumput laut, nantinya dapat menghasilkan bibit-bibit yang berkualitas dan bernilai jual tinggi.

“Satu sisi pengembangan bibitnya dan pengembangan hasilnya. Bahkan bibit yang berkualitas menjadi rebutan orang untuk dibeli,” ujarnya.

Baca juga: DKP Kepri Targetkan 30 Ribu Hektare Lahan untuk Budidaya Rumput Laut

Arif menyebut, pengembangan rumput laut di daerah Wakatobi, Bombana, Takala dan daerah Sulawesi Tenggara sangat berhasil dan harga jualnya sangat bombastis.

“Di sini (Wakatobi) itu pengembangan rumput lautnya berhasil, harganya Rp30.000 ribu per kilogramnya. Jadi, kita di Kepri harus mempelajarinya agar dapat meniru kesuksesan daerah lain,” tuturnya.

Kadis DKP Kepri
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kepri, TS Arif Fadillah saat meninjau pengolahan hasil laut di Wakatobi, Sulawesi Tenggara. (Foto : DKP Kepri)

Alasannya sangat tertarik dan mendorong pengembangan bibit rumput laut, karena proses panen yang lebih cepat dan harga yang tinggi. “Kalau kita berkaca dari daerah Wakatobi, satu keluarga itu bisa memanen satu sampai dua ton rumput laut. Hal ini dapat meningkatkan ekonomi masyarakat,” jelasnya.

Menurutnya, lokasi lahan untuk kawasan budidaya di Kepri sangat memungkinkan dengan luas 30 ribu hektare. “Sekarang kita mendorong pengembangan kelompok masyarakat yang tertarik membudidayakan rumput laut,” ujarnya.

Rumput laut, lanjutnya, hasilnya sangat luar biasa jika dapat diolah sedemikian rupa, bisa menjadi kosmetik dan lainnya. “Selama ini hanya barang mentah dan diekspor ke China, harganya juga sangat murah,” tutupnya. (*)