Kasus HIV/AIDS di Lingga Bertambah, Satu Pasien Meninggal di 2025

Kepala Puskesmas Dabo Lama dr. Hesti Ningrum saat diwawancarai (Foto: Dok/ Ifaturamadan Adi Saswandy)

LINGGA – Kasus penderita HIV/AIDS di Kabupaten Lingga kembali bertambah. UPT Puskesmas Dabo Lama mencatat satu kasus baru pada tahun 2025. Tak hanya itu, satu kematian akibat HIV/AIDS juga tercatat terjadi tahun ini, menyamai angka kematian pada tahun 2024 lalu.

Kepala UPT Puskesmas Dabo Lama, dr. Hesti Ningrum, mengatakan kasus ini menambah panjang daftar penderita HIV/AIDS di wilayah Kabupaten Lingga, dan menjadi alarm bagi semua pihak untuk meningkatkan kewaspadaan serta edukasi kepada masyarakat.

“Pada tahun 2025 ini, kami menemukan satu kasus baru HIV/AIDS. Pasien tersebut saat ini sudah kami arahkan untuk mendapatkan penanganan lanjutan. Sementara satu kasus kematian juga tercatat tahun ini,” kata Hesti, Senin 21 April 2025.

Kasus HIV/AIDS di Kabupaten Lingga terus menjadi perhatian serius tenaga kesehatan, khususnya di Puskesmas Dabo Lama, Kecamatan Singkep. Berdasarkan data terbaru, hingga awal tahun 2025 ini, terdapat 41 pasien HIV/AIDS yang tercatat dalam layanan Perawatan, Dukungan, dan Pengobatan (PDP) di fasilitas tersebut.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 22 pasien saat ini masih menjalani pengobatan aktif atau On ARV (Antiretroviral). Mereka terdiri dari 13 laki-laki, 9 perempuan, dan 2 anak-anak yang berusia 12 dan 18 tahun. Sementara itu, 8 orang telah meninggal dunia, terdiri dari 6 laki-laki dan 2 perempuan.

Tak hanya itu, 10 pasien lainnya telah dirujuk ke fasilitas kesehatan di luar daerah, dengan rincian 6 laki-laki dan 4 perempuan. Satu orang pasien perempuan tercatat dalam kategori gagal follow-up, yang artinya pasien tersebut tidak lagi terpantau keberlanjutan pengobatannya.

Hesti, menjelaskan, bahwa pendekatan penanganan pasien HIV/AIDS di wilayahnya lebih menekankan pada humanisme dan kerahasiaan pasien. Salah satu metode yang digunakan adalah sistem homecare, di mana tenaga kesehatan mendatangi langsung rumah pasien untuk memberikan layanan.

“Kami lebih banyak mendatangi langsung rumah pasien untuk pengobatan, karena kita harus menjaga betul privasi mereka,” ujarnya, menjelaskan.

Ia juga menyebutkan bahwa ketersediaan obat ARV di Lingga hanya bisa diakses melalui tiga titik, yakni RSUD Dabo Singkep, RS Encik Mariam Daik, dan UPT Puskesmas Dabo Lama.

“Untuk penanganannya sejauh ini berjalan cukup baik, karena kami didukung oleh keluarga pasien yang sangat kooperatif. Pasien pun rutin mengonsumsi obat, dan itu membuat kondisi mereka semakin stabil, termasuk berat badan dan infeksi oportunistik yang mulai teratasi,” ungkapnya, menuturkan.

Upaya homecare, kolaborasi dengan keluarga, serta dukungan obat ARV yang memadai menjadi kunci keberhasilan pengendalian HIV/AIDS di Lingga.

Namun tanpa kesadaran kolektif dari masyarakat, tantangan penyebaran kasus baru masih akan terus menjadi ancaman laten bagi kesehatan masyarakat di Kabupaten Lingga.