Mengintip Kehidupan Suku Anak Dalam yang Mulai Terusir dari Rimba

Orang rimba di Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun.. (Foto: Antara)

Anak cucu

Meti, warga SAD di daerah itu, mengatakan tuntutan mereka kepada pemerintah untuk mengembalikan hutan adat tersebut untuk kehidupan anak cucu mereka. Saat ini hidup mereka saja sudah susah, bagaimana nanti dengan kehidupan anak cucu mereka.

Dijelaskan Meti, saat ini mereka hanya mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sementara anak cucu mereka sudah beranjak dewasa sehingga kebutuhan hidup semakin bertambah. Dengan kondisi saat ini, menurut Meti, sulit bagi anak cucu mereka untuk dapat bertahan.

Sejak Tahun 2001 terjadi beberapa konflik dengan orang desa dan pihak perusahaan. Hal itu dikarenakan warga SAD yang mencoba bertahan hidup di anggap mengusik warga desa dan perusahaan. Sementara, menurut warga SAD, kawasan tersebut dulu merupakan hutan adat mereka yang sudah berubah menjadi kawasan perkebunan dan permukiman warga.

Sehingga warga SAD menuntut pemerintah untuk mengembalikan hutan adat agar kehidupan anak cucu mereka dapat berlangsung dan tidak lagi mengalami konflik dengan warga desa dan perusahaan. Meski saat ini hutan adat warga SAD tersebut sudah bukan merupakan hutan, namun mereka tetap menerima.

Sesuai dengan seloko adat warga SAD “Tanoh Cilako Tamon. Kalo saloh ambik dikembalikan, saloh makon dimuntahkan kalo saloh pakai dilepaskan. Urang yang punyo tanah itu yang bertuah, urang yang menanam yang cilako”. Artinya, “Kalau salah ambil kembalikan, kalau salah makan dimuntahkan, kalau salah pakai dilepaskan.”

Temenggung Kecinto, salah satu ketua kelompok warga SAD, mengatakan dalam beberapa tahun terakhir pemerintah telah memberikan beberapa bantuan sosial, seperti bantuan sembako dan bantuan langsung tunai. Namun, menurut Temenggung Kecinto, bantuan tersebut hanya mampu memenuhi kebutuhan jangka pendek bagi mereka.

Sementara untuk jangka panjang bagi kehidupan anak cucu mereka juga harus disiapkan. Jika tuntutan mereka tidak dipenuhi, bagaimana anak cucu mereka akan bertahan hidup karena kehidupan mereka di hutan adat tersebut.

Kondisi saat ini sudah sangat sulit bagi warga SAD tersebut. Meti mengakui bahwa saat ini mereka sudah seperti ayam yang mengais-ngais kemana-mana untuk mencari makan dan masih bisa bertahan untuk sekadar makan. Namun, bagaimana dengan kehidupan anak cucu mereka nantinya, sehingga mereka meminta pemerintah untuk mencarikan kehidupan bagi anak cucu mereka.