KEK Tanjung Sauh Siap Dukung Daya Saing Energi dan Pertumbuhan Ekonomi Batam

Chairman Panbil Group, Johanes Kennedy Aritonang (memakai jas) saat berfoto dengan Plh. Kepala BP Batam, Purwiyanto (tengah) (Foto: Randi Rizky K)

BATAM – Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Sauh di Pulau Tanjung Sauh, Kota Batam, diharapkan menjadi motor penggerak utama dalam meningkatkan daya saing sektor energi listrik di Kepulauan Riau.

Proyek ini diharapkan dapat menarik investasi besar, mempercepat pertumbuhan ekonomi, serta menciptakan banyak lapangan kerja.

Dengan luas lahan mencapai 840,67 hektar, KEK Tanjung Sauh diusulkan oleh PT Batam Raya Sukses Perkasa dan dikelola oleh Panbil Group. Chairman Panbil Group, Johanes Kennedy Aritonang mengungkapkan bahwa KEK ini merupakan elemen kunci dalam memperkuat daya tarik Batam sebagai destinasi investasi, khususnya di sektor energi.

“Kami melihat sebagai salah satu langkah besar untuk memperkuat daya saing Batam,” jelas Johanes.

Ia menambahkan bahwa proyek ini ditargetkan dapat menyerap hingga 200.000 tenaga kerja pada tahun 2053 dan telah mengamankan komitmen investasi senilai Rp199,6 triliun.

Sebagai bagian dari pengembangan KEK, fokus saat ini adalah pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) rendah karbon dengan kapasitas 300 MW.

Menurutnya, pembangunan ini bertujuan untuk mengatasi proyeksi defisit energi yang diperkirakan mencapai 2.000 MW pada tahun 2030. Ia menekankan bahwa pertumbuhan industri Batam harus didukung oleh pasokan energi yang memadai dan kompetitif.

“Kami yakin energi adalah dasar dari pertumbuhan industri. Tanpa energi yang cukup dan kompetitif, kemajuan sektor industri akan sulit dicapai,” imbuhnya.

Ia juga menyoroti studi terbaru yang menunjukkan bahwa harga listrik di Batam masih kompetitif jika dibandingkan dengan Johor Bahru, Malaysia. “Saat ini, kami berada di level yang setara dalam hal harga listrik,” tambahnya.

Lebih lanjut, Johanes menjelaskan bahwa pengelolaan efisien komponen gas dalam PLTU dapat menurunkan harga listrik di Batam, menjadikannya pilihan utama bagi perusahaan teknologi internasional.

Selain fokus pada energi, Johanes juga mengungkapkan rencana pengembangan infrastruktur logistik di Batam. Pelabuhan Tanjung Sauh direncanakan untuk mendukung logistik internasional, sedangkan Pelabuhan Batu Ampar akan diubah menjadi pelabuhan domestik. Sinergi ini diharapkan menjadikan Batam pusat hub logistik yang lebih kompetitif di kawasan regional.

“Kami mengapresiasi BP Batam atas pengelolaan Bandara Hang Nadim dan pengembangan Pelabuhan Batu Ampar yang baik,” ujarnya.

Johanes menegaskan komitmen untuk terus berkontribusi, termasuk dalam pengembangan pelabuhan kontainer di Tanjung Sauh. Hal ini akan memungkinkan Batu Ampar berfungsi sebagai pelabuhan domestik, sementara Tanjung Sauh akan menangani logistik internasional.

Saat ini, investasi tahap awal di KEK Tanjung Sauh telah mencapai Rp10 triliun. Johanes berharap, dengan dukungan dari pemerintah dan pelaku usaha, Batam akan terus tumbuh menjadi kawasan yang lebih kompetitif, terutama dalam menghadapi tantangan global di sektor energi dan logistik.