Kementerian ESDM Bangun Strategi Peningkatan Penggunaan EBT

Potensi Energi Surya Indonesia Capai 3.294 GWp
Instalasi pembangkit listrik tenaga surya di Pulau Mesa, Nusa Tenggara Timur. (ANTARA/HO-PT PLN)

Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bangun sejumlah strategi, untuk peningkatan penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT).

Strategi itu hususnya dalam konsep desentralisasi, mulai dari regulasi panel surya hingga mendukung sektor perikanan.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana dalam pembukaan Indonesia-German Renewable Energy Day 2021, Selasa (30/11) mengatakan, desentralisasi pembangkit EBT penting untuk diwujudkan.

Tujuannya, agar Indonesia bisa menjadi produsen independen sekaligus ikut berkontribusi terhadap capaian target EBT dalam bauran energi nasional.

“Ada beberapa strategi yang kita bangun, untuk meningkatkan EBT dalam konsep desentralisasi, pertama, implementasi rooftop solar program (PLTS Atap),” katanya dalam acara yang ditayangkan secara daring itu.

Baca juga: Percepat Transisi Energi, PLN Bangun Pembangkit Energi Baru 1,1 Gigawatt

Dadan menuturkan, melalui mekanisme tarif ekspor impor listrik nett metering ditargetkan penggunaan solar PLTS Atap akan mencapai 3,6 GW pada 2025.

“Ini juga akan berkontribusi untuk bisa mencapai target 26 persen EBT pada 2025. Sementara saat ini kita punya hampir 43 MW per Oktober 2021 dari PLTS Atap,” katanya.

Lebih lanjut, Dadan mengungkapkan strategi lain yang akan didorong pemerintah yakni dengan mengintegrasikan permintaan dan pasokan EBT melalui pengembangan industri hijau.

Strategi tersebut, menurut dia, akan mampu menyeimbangkan sumber EBT yang tersedia dengan permintaan yang ada.

“Misal, untuk hydro (air), kita punya pasokan yang besar di Papua dan Kalimantan Utara. Karena pertimbangan sulitnya membawa energi ini ke pulau lain, maka pemerintah akan bawa industrinya ke situ,” ungkapnya.

Dadan juga mengatakan, pemerintah juga menerapkan dieselisasi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.

Dieselisasi juga disebutnya, dapat menekan biaya karena penggunaan EBT.

Strategi selanjutnya, yaitu dengan mendorong penggunaan energi hijau untuk mendukung sektor perikanan.

Dadan menjelaskan, strategi tersebut telah diimplementasikan di sejumlah pulau kecil di timur Indonesia atas kerja sama Kemenko Kemaritiman dan Investasi (Marves).

“Kami mengimplementasi panel surya untuk fasilitas cold storage di pulau kecil di timur Indonesia, untuk mendukung sektor perikanan di area terpencil. Sehingga ekonominya bisa tumbuh,” imbuhnya.

Dadan mengemukakan, dibutuhkan banyak inovasi untuk meningkatkan penggunaan EBT di setiap aktivitas di sektor permintaan.

“Dalam hal ini, startup juga didorong untuk bisa berkontribusi menyediakan solusi di sektor energi untuk bisa mencapai NDC dan target EBT di 2025,” pungkas Dadan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *