Kepri Dirundung Perang Sarung

Kepri Dirundung Perang Sarung
Tangkapan layar video viral perang sarung di Batam. (Foto: tangkapan layar)

TANJUNGPINANGPerang sarung merupakan fenomena yang sering didengar saat bulan suci Ramadan aktivitas ini seolah menjadi tradisi di kalangan remaja dan anak-anak termasuk di Kepulauan Riau (Kepri).

Akhir-akhir ini fenomena perang sarung mendadak viral dan menjadi perbincangan publik bahkan beberapa video perang sarung para remaja terus menyebar di berbagai media sosial.

Dari rekaman video itu, tampak dua kelompok remaja yang saling memecut sarung miliknya. Sarung yang mereka miliki digulung hingga berbentuk memanjang dan ujung atau tengah sarung itu kemudian diikat. Ujung-ujungnya adu fisik antar dua kelompok itu terjadi.

Seiring waktu berjalannya waktu, perang tersebut semakin sering terjadi bahkan dengan jumlah massa yang tidak sedikit. Akibatnya, peran tersebut dinilai berbahaya yang menjadi keresahan bagi warga.

Perang Sarung di Tanjungpinang

Jumat (08/04) malam, Polsek Tanjungpinang Timur mendapat laporan dari warga sekitar Bandara Raja Haji Fisabilillah Tanjungpinang besar-besaran antara dua kelompok remaja di depan deretan ruko. Para remaja itu saling adu ketangkasan memecut sarungnya masing-masing layaknya tawuran.

Dari laporan itu, Polsek Tanjungpinang Timur langsung bergerak cepat ke lokasi kejadian. Alhasil, pihak kepolisian berhasil mengamankan 32 remaja dengan rentan usia 14 sampai 15 tahun. Ironisnya dari 32 remaja itu, itu empat diantaranya merupakan remaja perempuan.

“Sarung ini, kalau dilihat di video jadi perang sarung antara dia sama dia juga. Jadi yang lain takut,” ucap AKP Syafruddin, Kapolsek Tanjungpinang Timur pada malam itu.

Baca juga: Perang Sarung Jadi Sorotan, Anggota DPRD Kepri: Generasi Muda Hadapi Perang Moralitas

Ia khawatir, permainan para remaja itu akan terus berkelanjutan bahkan hingga ke jalan.

AKP Syafruddin mengatakan, perang sarung tersebut ternyata tak hanya malam itu saja. Mereka kerap kali meresahkan dan membuat onar hingga mengganggu ketenangan di bulan Ramadan.

Meski demikian puluhan remaja itu tidak dipidana. Pihaknya akan memberikan pembinaan meminta agar membaca itu membuat surat perjanjian tidak mengulangi lagi.

“Kita panggil orang tuanya untuk buat surat pernyataan agar tidak mengulanginya lagi,” tambah Kapolsek Tanjungpinang Timur itu.

Sementara itu, salah seorang warga sekitar, Suprianto mengatakan, aksi para remaja itu awalnya hanya dalam skala kecil dan beraktivitas seperti biasa.

Namun seiring waktu, jumlah para remaja itu bertambah dan melaksanakan perang sarung berskala besar.

Baca juga: Dewan Pendidikan Tanjungpinang Minta Warga Tak Berlebihan Tanggapi Perang Sarung

Suprianto mengaku, dirinya sempat melerai para remaja itu. Akan tetapi, mereka justru kembali lagi dengan ulah yang sama. Ia khawatir, perang sarung itu akan berujung petaka seperti di daerah lainnya.

“Awalnya hanya kecil. Setelah itu bertambah sampai kurang lebih ada enam kelompok. Biasa anak-anak, sudah tahu saya,” ucapnya.

Menurutnya, jumlah peserta perang sarung itu bahkan mencapai 200 anak. Dari keramaian itu, ia pun akhirnya berinisiatif melaporkan hal tersebut ke Polsek Tanjungpinang Timur.

Ia berharap, kejadian itu tak terulang lagi. Pasalnya, aktivitas itu sangat mengganggu warga sekitar terutama untuk istrinya yang mengidap penyakit jantung. Selain itu, menurutnya aparat setempat juga harus melakukan dialog bersama para orang tua agar dapat menasehati anaknya masing-masing.

“Sering-seringlah melakukan dialog ke RT atau orang tua agar tak terjadi lagi,” tambahnya.