Kisah Cleopatra Yang Berakhir Tragis Di Akhir Kekuasaan Firaun

Sumber foto: The Love Of History

Mengulik kembali kisah hidup Cleopatra VII yang berakhir menyedihkan dengan rentetan cerita menarik di sepanjang perjalanan hidupnya. Cleopatra disebut juga sebagai Firaun terakhir dari garis Ptolemeus keturunan Macedonia dan para penguasa yang telah duduk di tahta Mesir selama 300 tahun lamanya.

Sosok Cleopatra sangat  terkenal akan kecantikan dan bujuk rayuannya, tapi di balik itu banyak orang melupakan bahwa dia adalah seorang penguasa yang bisa melakukan apa saja pada masanya. Pertama kali ia naik tahta, saat itu masih sangat muda dan sedang berada di masa sulit. Namun dia cukup terampil dan kreatif dalam menggunakan keterampilannya untuk melindungi rakyat. Ia juga begitu lihai menumbuhkan perhatian dan dukungan ke orang-orang yang berpengaruh di lingkungan kekuasaannya.

Cleopatra lahir pada 70 atau 90 SM. Ketika ia berusia 18 tahun, ayahnya meninggal dan tahta kekuasaan jatuh ke tangannya. Namun pada masa itu ada aturan yang menyebutkan bahwa seorang perempuan tidak bisa memimpin sendirian di Mesir. Oleh karena itu ia memilih untuk menikahi adik laki-lakinya yang masih belia. Adiknya bernama Ptolemeus XIII, usianya baru 10 tahun tapi demi kekuasaan yang harus dijaga, mereka menikah dengan segera.

Berawal dari pernikahan yang melupakan tali persaudaraan akan pantang larang, tidak lama setelah itu, para penasihat Ptolemeus XIII menentang dengan keras segala bentuk kekuasaan yang dibuat Cleopatra. Peristiwa itu pun membuat Cleopatra melarikan diri ke Suriah pada tahun 49 SM untuk sementara waktu.

Setahun lamanya ia hidup di Suriah. Di sana ia tidak hanya berdiam saja atau memulai hidup baru, tapi justru mengumpulkan banyak tentara bayaran yang akhirnya dibawanya ke Mesir untuk memberikan perlawanan ke pasukan saudara laki-lakinya itu.

Di sisi lain, peristiwa itu juga memunculkan nama baru dalam sejarah kehidupan Cleopatra, yakni Julius Caesar. Awalnya, keberadaan Caesar di Roma dengan tujuan menghadapi Pompey selama perang Saudara Romawi Besar berlangsung. Pompey melarikan diri ke Yunani, namun nasib tidak beruntung bahwa di sana ia dikalahkan oleh pasukan Caesar dalam pertempuran Pharsalus pada tahun 48 SM.

Dalam pertempuran tersebut, meski kalah tetapi Pompey tidak terbunuh, ia berhasil lolos lalu melarikan diri ke Mesir demi mendapatkan dukungan. Setibanya di Mesir, ia tidak mampu bersilat lidah karena sebelumnya orang-orang Mesir sudah mendapatkan berita kekalahannya dari pertempuran di Yunani. Berita itu pun menjadi penanda bahwa para Dewa (Mesir) lebih menyukai Caesar.

Pompey tidak berdaya di Mesir, kepalanya dipenggal dan dijadikan sebagai ritual penyambutan kedatangan Caesar yang bertujuan mengejar Pompey yang melarikan diri. Akan tetapi, Caesar tidak senang kedatangannya disambut dengan kepala, sehingga ia gusar kepada Ptolomeus XIII.

Menurut Ancient Egypt Online dikutip dari Bangka.pos, Cleopatra justru tidak memanfaatkan situasi genting tersebut sebagai titik balik demi keuntungan dirinya sendiri. Ia justru mengatur pertemuan dengan Caesar. Namun sebagian orang di masa itu percaya bahwa sesungguhnya ia memiliki niat terselubung di balik pertemuan tersebut.

Berawal dari pertemuan itu dan dengan adanya garis keturunan dari Alexander yang agung kepribadianny, Cleopatra pun berusaha merayu Caesar untuk menjadi kekasihnya. Akhirnya mereka pun menjalin hubungan asmara dalam periode yamg sangat singkat.

Setelah itu kekuasaan Cleopatra yang sempat beku pun dipulihkan kembali sebagai wakil dari Ptolemeus XIII. Namun hal ini tidak membuat Ptolemeus senang, sehingga terjadilah pertempuran hebat yang mengakibatkan pasukan Ptolemeus XIII tenggelam dan dinyatakan kalah. Saat peristiwa itu berlangsung Cleopatra sedang mengandung anak buah dari hubungannya dengan Caesar.

Beberapa bulan setelah pertempuran, Caesar pun mendidik adik laki-laki Cleopatra lainnya, Ptolemeus XIV untuk menjadi wakil dari Cleopatra. Selain itu ia juga menikahi Cleopatra dengan budaya Mesir, akan tetapi pernikahan tersebut tidak diakui oleh orang Roma. Setahun setelah itu, ia kembali ke Roma bersama putranya Caesarion.

Pada masa itu, hubungan Caesar dan Cleopatra menjadi tidak jelas. Namun hal itu tidak membuat Caesar menyangkal putra tunggalnya. Mereka tetap bersama di Roma sampai akhirnya Caesar tutup usia. Pasca kematian itu Caesarion pun kembali ke Mesir karena ada kabar dari sana bahwa Ptolemeus XIV jiga tutup usia.

Adapun maksud kembalinya Caesarion adalah untuk menjadi pemimpin menggantikan Ptolemeus XIV pada 44 SM. Selama 14 tahun pemerintahan Cleopatra masa Caesarion berjalana stabil sehingga mendapatkan dukungan dari Mark Antony, salah satu pemimpin Romawi Baru.

Dukungan tersebut membuat Cleopatra dan Mark Antony menikah kemudian memiliki tiga orang anak. Namun pada 30 tahun SM, Octavian menyerang Mesir dan Antony sempat beberapa kali melawan sehingga akhirnya kalah dalam pertempuran.

Dari peristiwa itu Cleopatra sangat takut sekali kehilangan Caesarion. Ia pun membuat rencana untuk mengirimnya pergi ke luar Mesir dengan bekal harta yang cukup agar dia bisa bertahan hidup dan nyaman menjalani kehidupan baru. Setelah mengusung rencana itu, Cleopatra pun langsung mengakhiri kehidupannya dengan bunuh diri agar Octavian ketika pulang ke Roma tidak ada bukti kemenangan. Belum berselang lama kejadian itu terjadi, Caesarion ditangkap dan dibunuh secara tragis. Akhirnya kematian itu juga menandakan berakhirnya kekuasaan Firaun.

(Boby Julian)

*Tulisan ini ditulis dari berbagai sumber dalam buku maupun internet.