Kisah Sunardi Nelayan Bintan Hanyut ke Bangka Belitung, Bertahan Hidup Makan Gula Pasir

Sunardi (70) nelayan asal RT05/RW12, Kampung Keke, Kelurahan Kijang Kota, Kecamatan Bintan Timur, Kabupaten Bintan. (Foto:Andri DS/Ulasan.co)

BINTAN – Sunardi (70) nelayan tradisional asal Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau (Kepri) harus bertahan hidup setelah terombang ambing hanyut di tengah lautan selama 7 hari ke perairan Bangka Belitung.

Ia pun akhirnya selamat, ketika kapal tanker bermuatan minyak MT Griya Cirebon yang saat itu melintas di perairan Toti Timur, Bangka Belitung dan langsung dievakuasi oleh awak kapal tersebut.

Kini, Sunardi yang hanyut sampai ke perairan Bangka Belitung sudah kembali berkumpul bersama keluarganya di RT05/RW12, Kampung Keke, Kelurahan Kijang Kota, Kecamatan Bintan Timur, Kabupaten Bintan.

Sunardi menceritakan, awal mula dirinya bisa hanyut hingga di tolong Anak Buah Kapal (ABK) Tanker kepada ulasan.co di Bintan, Jumat (3/2).

Sebelum dirinya hanyut ke perairan Bangka Belitung menggunakan fiber ikan berwarna biru laut, kapal kayu milik anaknya terjadi kerusakan mesin. Sehingga mesin kapal yang ditumpanginya tidak bisa hidup.

Saat mesin mati, Sunardi masih berada di perairan Numbing, Bintan, Rabu (25/1). “Saat itu saya sudah tidak mancing lagi. Saya tidak tambat jangkar. Karena ombak sedang kuat,” kata Sunardi.

Saat itu juga, ia pun bersama kapalnya terombang ambing di tengah situasi gelombang kuat hingga hanyut ke perairan Merapas, Kamis (26/1).

Berselang satu hari tepatnya, Sabtu (28/1) malam, kapal yang ia bawa tersebut sudah sudah kemasukan air laut. Air laut yang penuhi kapalnya itu, karena hempasan gelombang laut yang tinggi.

Bertahan hidup makan gula pasir

Sebelum kapalnya tenggelam di hempas gelombang laut, Sunardi pun sudah mempersiapkan segala sesuatunya jika harus menghadapi situasi terburuk.

Lantas, ia menyiapkan kayu, gayung hingga gula pasir ke dalam sebuah kotak penampungan ikan berbahan fiber di kapalnya. Sebab, ia sudah berfirasat kapalnya akan tenggelam.

Sampai akhirnya kapal tenggelam, Sunardi pun dengan tenang berenang menuju ke fiber ikan yang berombang ambing tidak jauh dari kapalnya.

Ketika tangannya meraih boks fiber, dirinya sempat bergelantungan untuk masuk ke dalam. Ia pun harus berjuang untuk menaiki boks fiber tersebut. Karena bok fiber ikan miliknya cukup tinggi.

Ia pun tak putus asa, dan berkali-kali mencoba tapi gagal. Akhirnya, ia pun membuka penutup boks fiber. Tujuannya, agar air laut bisa masuk ke dalam boks fiber. Sehingga dirinya bisa masuk ke dalam fiber.

Setelah berhasil masuk, Sunardi pun membuang buang air laut di dalam fiber menggunakan gayung yang sudah dipersiapkan dengan perlahan.

Sunardi (70) hanyut dari perairan Bintan ke perairan Bangka menggunakan peti ikan fiber hingga ditemukan awak kapal lain. (Foto:Istimewa)

“Alhamdulillah, air sudah tidak ada lagi di dalam fiber,” ucap Sunardi.

Selama di dalam fiber, dirinya mengaku tidak bisa tidur karena boks tersebut sempit. Sunardi hanya memakan gula pasir yang dipersiapkannya ketika tenggorokannya mulai terasa kering untuk bertahan hidup.

“Kalau tenggorokan sudah kering, saya makan gula pasir satu sendok saja,” terangnya.

Selama berombang ambing di laut, ia pun memiliki keyakinan akan dirinya selamat. Alasannya, ia hanyut berada di perairan yang sering dilintasi kapal.

Tepatnya, Senin (30/1) pagi. ia pun dijumpai oleh kapal tanker MT Griya Cirebon. Awak MT Cirebon langsung melakukan evakuasi terhadap dirinya.

Saat ingin naik ke kapal tangker tersebut, ia mengaku perlu perjuangan yang cukup ekstrem. Sebab, saat itu laut ombak masih kuat. Ia sangat bersyukur ketika ABK tanker MT Griya Cirebon melemparkan tali ke dirinya untuk pegangan.

Saat ingin naik tangga tali di lambung kapal, Sunardi pun hampir terjatuh karena dihantam gelombang tinggi. “Alhamdulillah, sampai juga saya di atas kapal tanker itu. Mereka orang baik dan menolong saya,” ungkap Sunardi.

Ketika berhasil dievakuasi, lantas awak kapal MT Griya Cirebon pun menghubungi keluarga Sunardi di Bintan dan menyampaikan kabar bahwa ia selamat.

Dengan pengalamannya itu, ia pun tidak berani memastikan kapan akan kembali melaut untuk mencari ikan. Karena dirinya harus minta izin ke keluarga saat ingin ke laut.

“Mau dengar dulu omongan anak-anak, dan dari orang rumah. Apakah di kasih melaut atau tidak. Memang saya ini seorang sebagai nelayan,” sebut dia sambil menunjukkan raut wajah senang.