JAKARTA – Usman Harun mengukir sejarah abadi lewat aksi heroiknya yang penuh risiko demi mempertahankan kehormatan negara.
Bahkan Usman Harun menjadi simbol keberanian dan pengorbanan. Diketahui Usman Harun terdiri dari dua orang, masing-masing yakni Harun bin Said dan Usman bin Muhammad Ali.
Konfrontasi Indonesia-Malaysia merupakan peristiwa sejarah, yang disebabkan oleh pemerintahan Republik Indonesia di bawah Presiden Soekarno menolak pembentukan negara federasi Malaysia pada 31 Agustus 1963.
Berikut kisah singkat operasi klandestin dalam konfrontasi Indonesia-Malaysia pada tahun 1965-1968.
Kisah Usman dan Harun
Menurut buku Kisah 124 Pahlawan dan Pejuang Nusantara, Gamal Komandoko, (2007:137-139), dalam kisah Usman Harun dikisahkan Indonesia telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Malaysia di tanggal 17 September 1963.
Sehari sebelumnya, Inggris membentuk negara Federasi Malaysia. Sementara pemerintah Indonesia menganggap pembentukan negara Federasi Malaysia bentuk neokolonialisme Inggris.
Dengan dibentuknya Federasi Malaysia, Indonesia khawatir hal itu akan mengganggu jalannya revolusi di Indonesia. Pasal 3 Mei 1964, Presiden Soekarno menggelorakan Dwikora (Dwi Komando Rakyat).
Ini dilakukan akibat konfrontasi yang terus memuncak antara Indonesia dan Malaysia. Sekitar 3 bulan setelah Presiden Soekarno menggelorakan Dwikora, seorang anak muda memasuki dinas militer pada Korps Komando Angkatan Laut (KKO) yang kini berubah menjadi Korps Marinir.
Prajurit muda yang bernama Harun bin Said mendapatkan tugas yang sangat berat, sebagai wujud nyata seruan Dwikora. Tepat 10 Maret 1965, Harun mendapat perintah untuk menyusup ke Singapura dan membuat sabotase di sana.
Singkatnya, Harun diketahui bersama dengan Usman bin Muhammad Ali dan Gani bin Arup menerima tugas tersebut dengan penuh tanggung jawab.
Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, ketiganya berhasil menyusup masuk ke Singapura. Adapun sasaran target operasi sabotase tersebut yakni bangunan McDonald Singapura.
Gedung McDonald berhasil diledakkan oleh Usman, Harun, serta Gani. Setelah selesai, ketiganya bergegas meninggalkan wilayah Singapura.
Singapura pun menjadi gempar saat itu. Pemerintah Singapura menyebar pasukan khusus mereka, untuk mencari otak peledakan yang sangat mengguncangkan negara tersebut. Bahkan pasukan khusus Australia juga diminta untuk turut serta mencari.
Pasukan itu pula yang berhasil menangkap Harun bin Said dan Usman bin Muhammad Ali di Pelabuhan Singapura setelah boat yang ditumpangi kedua prajurit tersebut rusak.
Keduanya lantas dipenjara dan setelah diajukan ke persidangan, hakim Singapura memutuskan keduanya bersalah dan divonis hukuman mati.
Kemudian Pemerintah Indonesia telah menempuh berbagai cara untuk membebaskan Harun Usman tetapi semua usaha tersebut gagal.
Hidup Usman dan Harun berakhir di tiang gantungan penjara Changi Singapura tanggal 17 Oktober 1968.
Jenazah keduanya dikembalikan ke Indonesia dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Pemerintah Indonesia juga menetapkan Usman dan Harun sebagai pahlawan nasional.
Kisah Usman Harun bukan sekadar cerita masa lalu, melainkan pelajaran abadi tentang keberanian, kesetiaan, dan pengorbanan.