Konflik Gubernur-Wagub Bikin Tak Nyaman, Ini Curhat ASN Kepri

Tugu Prmprov Kepri di Dompak. (Foto: Ulasan.co)
Tugu Prmprov Kepri di Dompak. (Foto: Ulasan.co)

TANJUNGPINANG – Sejumlah pejabat dan pegawai Pemrov Kepri mengaku resah dengan perselisihan antara Gubernur Kepri Ansar Ahmad dengan wakilnya, Marlin Agustina. Kian hari konflik kepala daerah itu semakin tajam.

Dampaknya, ASN, terutama pejabat di Pemprov Kepri terbelah. Mulai muncul blok-blok dan kubu-kubuan. Sebagian besar memilih ikut Gubernur Ansar supaya aman, sebagian kecil ikut Marlin. Tak sampai di situ, saling membocorkan informasi, seperti apa saja kegiatan keduanya, ke mana saja, dan apa yang dilakukan,  juga jadi makanan sehari-hari ASN Kepri. Hal-hal sepele bisa jadi besar.

Buruknya hubungan dua kepala daerah ini benar-benar membuat gusar. Sampai-sampai ada ASN senior yang punya jabatan strategis di Pemprov Kepri, mengirimkan surat elektronik (email), termasuk ke Ulasan.co. Isinya, curahan hati ASN tersebut berada di situasi tidak nyaman akibat konflik politik Ansar-Marlin. Surat terbuka itu ditujukan kepada Ansar Ahmad, selaku pemimpin daerah tertinggi di Kepri.

Berikut isi surat yang masuk ke redaksi Ulasan.co:

 

Kepada Ayahanda kami Gubernur Kepulauan Riau

H Ansar Ahmad

Assalamualaikum wr wb

Salam takzim

 Doa dan harapan kami semoga ayahanda berada dlm keadaan sehat wal afiat dan senatiasa berada dalam lindungan Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa serta sukses selalu dalam menjalankan aktivitas sebagai Gubernur Kepulauan Riau saat ini.

 Ayahanda,

Sesungguhnya kami terkejut melihat ayahanda meluapkan isi hati ayahanda di media bahkan hal tersebut menjadi viral. Luapan hati terkait kerja bersama pasangan ayahanda, bunda Wakil Gubernur, Marlin Agustina. Ini mengkuatirkan bagi kami. Sehingga kami bertanya tanya, apakah negeri kita ini akan seperti negeri lain di mana pimpinannnya bertikai secara terbuka? Kemanakah adat resam Melayu yang kita junjung tinggi?

Ingatkah ayahanda pesan pendahulu dalam untaian Gurindam 12?

 “Apabila terpelihara lidah, niscaya dapat daripadanya paedah”

 “Mengumpat dan memuji hendaklah pikir, di situlah banyak orang yang tergelincir”

 “Barang siapa yang sudah besar,  janganlah kelakuannya membuat kasar”

 “Apabila perkataan yang lemah-lembut, lekaslah segala orang mengikut.

“Apabila perkataan yang amat kasar, lekaslah orang sekalian gusar”

“Lidah yang suka membenarkan dirinya, daripada yang lain dapat kesalahannya.

“Daripada memuji diri hendaklah sabar, biar dan pada orang datangnya khabar”

“Orang yang suka menampakkan jasa, setengah daripada syirik mengaku kuasa”

 “Kejahatan diri sembunyikan, kebalikan diri diamkan. Keaiban orang jangan dibuka, keaiban diri hendaklah sangka”

 Untaian ini ananda sampaikan sebagai pengingat kepada ayahanda. Bahwa negeri bertuah ini hendaklah ingat terperi atas kata kata bijak bestari dan para pendahulu negeri.

 Ayahanda, negeri kita ini bersandarkan pada kearifan ayahanda untuk menggesa pembangunan. Ada banyak ketertinggalan yang haris dipenuhi sebagaimana janji janji ayahanda dahulu sebelum sebagian rakyat negeri ini memilih ayahanda dan bunda sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur.

 Alangkah indahnya, jika ayahanda bertakziah ke kediaman bunda Marlin selepas kepulangan bunda Marlin dari perjalanan umroh ke tanah suci. Selain bisa mengalap barokah juga dapat bercengkerama sambil mencicipi air zam zam dan kurma. Duduklah bersama, bincangkan dengan hati setawar sedingin, sebagai sarana ibadah, memajukan negeri dan memenuhi janji kampanye terdahulu. Bukankah Allah swt, Tuhan Yang Maha Esa amat senang jika kita bersatu padu dan menjadi orang yang terpercaya serta amanah?

 Kami sedikit sebanyak juga pilu sekaligus malu, ini bukanlah tauladan yg baik bagi kami. Apakah tidak teringat bagi ayahanda, bahwa kami juga dapat meniru jejak ayahanda ini? Mendedah kesalahan sejawat ke khalayak ramai? Apakah itu yg kita harapkan? Tentulah tidak. Akan chaos lah negeri kalau pimpinannya bertikai dan bawahan saling memihak. Maukah ayahanda menyaksikan hal ini? Teragak kah ayahanda memikirkan bahwa ini akan menjadi legasi dari ayahanda?

 Sungguh ayahanda, jika saluran komunikasi, rasa kekeluargaan, maupun adat resam Melayu tidak dapat lagi ditempuh untuk mendamaikan ayahanda dan bunda, maka panggillah pihak ketiga sebagai pendamai. Ayahanda bisa meminta bantuan ke Bapak Menteri Dalam Negeri untuk usul periksa kebenaran yang ayahanda sampaikan. Sehingga bisalah ditempuh penyelesaian secara administrasi pemerintahan yang bermartabat dan menjunjung tinggi hukum. Sehingga kedua belah pihak dapat melakukan refleksi diri.

 Janganlah ayahanda pertikaikan terbuka, bahkan ketika orangnya yang disebut sedang berada di tanah suci, menjalankan umroh. Kalau itu benar maka jatuhlah ghibah, kalau itu tidak benar maka jatuhlah fitnah. Sebab itu bersabarlah ayahanda, tunggulah setelah kepulangan dari umroh bunda tersebut barulah ajukan keberatan. Kalaupun akhirnya harus menjatuhkan Talak sebagai pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur, berpisahlah secara baik- baik karena ketika bertemu dan bersepakat berpasangan dulu semua dilakukan dengan niat baik dan secara baik.

 Berilah contoh sebagai tauladan bagi kami, para pegawai yang sedikit sebanyak terganggu atas ungkapan terbuka itu.

 Sesungguhnya kekuasaan itu hanya sebentar ayahanda, ianya juga akan beralih. Ketika masa ayahanda maka berlaku lah adil dan bijak. Karena semua pasti akan dipertanggungjawabkan.

 Demikianlah kami menyusun sepuluh jari menghaturkan sembah takzim kepada ayahanda sebagai bentuk kecintaan kami. Semoga ayahanda terketuk hati membaca ini dan berkenan menempuh cara cara negarawan dalam menyelesaikan persoalan kekuasaan ini.

 Salam takzim kami

 Aparatur sipil negara

Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau. (***)