Krisis Makin Akut, Sri Lanka Desak Warganya di Luar Negeri Kirim Duit

Sri Lanka Krisis, PNS Diminta WFH Demi Irit BBM
Orang-orang meneriakkan slogan yang menentang Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa di kawasan perumahan setelah pemerintah memberlakukan jam malam menyusul bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa di dekat kediaman Presiden di tengah krisis ekonomi negara itu, di Kolombo, Sri Lanka, 3 April 2022. ANTARA/Reuters/Dinuka Liyanawatte/as.

JAKARTASri Lanka mengalami krisis politik dan ekonomi yang semakin memburuk. Pemerintah setempat mendesak warganya di luar negeri mengirim uang ke rumah guna membantu membeli kebutuhan pokok dan bahan bakar yang semakin melambung harganya.

Imbauan itu diterapkan Kolombo menyusul kegagalan pemerintahan Presiden Gotabaya Rajapaksa bangkrut hingga gagal membayar utang luar negeri senilai Rp732 triliun setelah kehabisan devisa untuk mengimpor barang pokok.

Dilansir dari CNNIndonesia, Gubernur Bank Sentral, Nandalal Weeresinghe mengatakan negara membutuhkan diaspora dan warga Sri Lanka di luar negeri untuk “mendukung negara pada saat yang genting ini dengan menyumbangkan devisa yang dibutuhkan.”

Weeresinghe menuturkan pemerintah telah membuka rekening bank untuk sumbangan dari warga di Amerika Serikat, Inggris, dan Jerman.

“Bank Sentral akan memastikan bahwa transfer mata uang asing tersebut akan digunakan hanya untuk impor kebutuhan pokok termasuk makanan, bahan bakar, dan obat-obatan,” kata Weeresinghe pada Rabu (13/4).

Baca juga: Sri Lanka Blokir Akses Media Sosial Setelah Status Darurat Ditetapkan

Seruan itu pun disambut skeptisme dari warga Sri Lanka di luar negeri.

“Kami tidak keberatan membantu, tetapi kami tidak dapat mempercayai pemerintah dengan uang tunai kami,” kata seorang warga Sri Lanka yang bekerja sebagai dokter di Australia kepada AFP.

Sebagian besar sumbangan dan bantuan asing yang telah diberikan kepada Sri Lanka dikabarkan berakhir di kantong para politikus, termasuk sang presiden sendiri.

Presiden Rajapaksa bahkan terpaksa mengembalikan dana bantuan bencana tsunami dari asing yang sempat dipinjamkan ke rekening pribadinya.

Sri Lanka tengah menghadapi krisis besar mulai dari ekonomi hingga politik karena pinjaman yang melambung dan salah kaprah mengelola finansial negara.

Pengamat mengatakan akar krisis di Sri Lanka karena pemerintah yang tak becus urus ekonomi sehingga menciptakan defisit dan kekurangan anggaran.

uluhan ribu warga Sri Lanka menggeruduk kantor kepresidenan untuk memprotes krisis ekonomi dan politik yang makin parah. Mereka juga menuntut Presiden Rajapaksa mundur.

Protes ini disebut-sebut sebagai aksi terbesar sejak krisis mencekik Sri Lanka sejak Maret lalu. Para warga beramai-ramai mengepung kantor kepresidenan di Ibu Kota Sri Lanka, Kolombo.

Mereka mengibarkan bendera nasional dan berulang kali berteriak, “Pulang, Gota!” merujuk pada Gotabaya.