TANJUNGPINANG – Jajanan tradisional satu ini mungkin terbilang sangat jarang ditemui, namun yang menyukainya mungkin sangat banyak. Jajanan yang dimaksud adalah kue pancong.
Untungnya kue pancung masih ditemui di Ibu Kota Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), Kota Tanjungpinang.
Pak Darsim salah satu pedagang kue pancong dengan gerobak panggulnya, kerap terlihat menjajakan dagangannya di Bundaran Bintan Centre, Batu 9, Kecamatan Tanjungpinang Timur.
Kue pancong masih disukai pecinta kuliner tradisional yang ada di Kota Tanjungpinang. Kue yang masih bersaudara dekat dengan kue pukis ini memiliki rasa yang sangat gurih.
Apalagi jika disajikan dalam keadaan hangat, rasanya yang renyah di luar dan lembut di dalamnya memang membuat rasa kue ini sulit dilupakan.
Terkhusus di Kota Tanjungpinang, kue pancong masih tetap eksis di tengah munculnya beragam kue-kue kekinian yang banyak variannya.
Kue yang berbentuk setengah lingkaran yang terbuat dari bahan tepung beras, santan, parutan kelapa dan garam ini sangat nikmat jika disajikan hangat ditemani secangkir teh atau kopi di pagi hari.
Namun di beberapa daerah sebutan kue pancong berbeda-beda. Pak Darsim mengaku berdagang kue pancung sejak 1985 itu mengatakan, jika di kampung asalnya Indramayu kue pancong disebut dengan nama gonjing.
Baca juga: Mahasiswa UMRAH Dagang Ayam Geprek di Kampus, Dewantoro Raup Omzet hingga Rp7 Juta
“Nama kue pancong sendiri memiliki sejarah yang unik. Kenapa disebut pancong, karena cara panggangnya dengan cara dipancong,” ujar Darsim kepada Ulasan.co.
Di tengah persaingan dengan jajanan dan kue-kue kekinian lainnya, kue pancong tetap memiliki tempat tersendiri untuk memikat penikmatnya.
Darsim menambahkan, keunikan kue pancong terletak pada bahan-bahannya yang masih alami dan tanpa pengawet. Dia tak hanya berjualan di lokasi Bintan Centre, namun juga di tempat lainnya.
“Setiap hari mulai pukul 09:00 WIB saya jualan di Bundaran Bintan Centre. Nah sorenya saya jualan di dekat kampus STIE Pembangunan Tanjungpinang,” sebut Darsim.
Meskipun tantangannya berat untuk menjaga kelestarian kuliner tradisional di tengah era modernisasi saat ini, pak Darsim berharap ke depannya bisa mengembangkan usahanya agar banyak dikenal banyak orang dan memiliki khas tersendiri.
“Harapan saya anak-anak muda bisa ikut dalam melestarikan kue pancong ini, jangan sampai makanan tradisional seperti ini hilang begitu saja,” tutup dia.
Pewarta magang: Arnis Halawa/Damara Agusta