Lagi Stres, Ini Cara Mengatasi agar Tetap Kalem

Lagi Stres, Ini Cara Mengatasi agar Tetap Kalem
Ilustrasi stres (Foto: Ulasan.co/Canva)

Jakarta – Meski lagi stres, tapi tetap terlihat kalem. Caranya mengatasi dengan mengelola stres, menyadari kesulitan dan menikmati semua tantangan sedang dihadapi.

 Psikolog Deasy M. Amrin, S.Psi memberikan kiat agar tetap kalem, cool, saat sedang stres.

“Untuk stay cool saat sedang stres, kita perlu mengelola stres dengan menyadari kesulitan kita, tetap fit, dan menikmati tiap tantangan yang kita hadapi. Dengan begitu kita bisa memiliki kesejahteraan dan kesehatan mental,” kata Psikolog dari Universitas Indonesia, dalam siaran pers Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI), dikutip Minggu (12/09).

Deasy mengatakan, umumnya terdapat dua tahapan untuk mengelola stres yaitu menyadari adanya stres pada diri lalu mengelolanya dengan memodifikasi lingkungan, pikiran dan fisik.

Modifikasi lingkungan artinya mengendalikan situasi lingkungan mulai dari mengantisipasi hingga menyelesaikan pemicu dari stres tetapi tidak boleh menghindar.

Modifikasi pikiran berarti menjadi lebih positif, mengurangi sugesti negatif untuk meningkatkan relaksasi. Lalu, modifikasi fisik berupa menjaga tubuh lebih fit dengan berolahraga, sebab tubuh yang sehat lebih mudah untuk mengelola stres.

BACA JUGA: Ini Kata Psikolog Cara Ajari Anak Mengelola Emosi

Menurut Deasy, Anda bisa menjaga kesehatan mental ketika dapat mengelola tingkat stres pada diri. Stres yang meningkat bisa diminimalisir dengan cara mengelolanya agar dapat mencapai keadaan kesejahteraan (well-being).

“Mengelola tingkat stres yang kita alami merupakan cara utama untuk diri kita tetap berada dalam keadaan sehat mental. Ketika kesehatan mental kita terjaga, artinya kita sudah berada dalam keadaan kesejahteraan (well-being) mental,” tutur Deasy.

Stres sendiri merupakan respons tubuh pada saat diri mempersepsi adanya tuntutan yang tidak mampu diatasi. Tanda-tanda stres bisa dibagi berdasarkan empat kategori, yakni fisik seperti detak jantung meningkat ataupun otot menegang dan napas menjadi berat.

Secara kognitif, tanda-tandanya seperti sulit fokus maupun sering lupa. Dari segi emosi, gejalanya antara lain cepat sensitif, cemas, mudah panik dan marah atau merasa tertekan.

Sementara, tanda stres dari perilaku seperti selera makan dan pola tidur berubah atau bahkan menarik diri dari lingkungan sosial. (*)

Pewarta: Antara
Redaktur: Muhammad Bunga Ashab

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *