Limbah Hitam Cemari Laut Batam, Nelayan Terganggu dan Merugi

Laut Batam Tercemar Limbah Hitam
Limbah hitam mencemari kawasan pesisir Batam, Kepulauan Riau. (Foto: Muhammad Islahuddin)

BATAM – Aktivitas nelayan di Batam, Kepulauan Riau, terganggu dengan adanya limbah hitam mencemari kawasan pesisir.

Salah satunya dialami nelayan di Kampung Melayu, Kelurahan Batu Besar, Kecamatan Nongsa, Kota Batam, Rabu (03/05).

“Dulu beberapa tahun lalu sudah pernah juga. Tapi waktu angin utara,” kata Kelompok Pengawas Masyarakat (Pokmaswas), Muhammad Idris, Rabu

Menurutnya, saat itu masih terbilang wajar karena ada angin dan gelombang kencang lantaran musim utara. Kemudian saat itu tak begitu berdampak pada masyarakat khususnya nelayan karena memang tidak melaut.

Namun, saat ini terbilang janggal. Pasalnya, saat ini merupakan musim angin timur yang seharusnya laut dan gelombang dalam keadaan tenang.

“Seharusnya memang tidak ada saat ini karena angin Timur. Inilah waktunya para nelayan turun ke laut,” tuturnya.

Idris menuturkan, pencemaran limbah saat ini merugikan nelayan yang kini jumlahnya mencapai ratusan orang tergabung dalam 11 kelompok. “Masing-masing kelompoknya berisi 11 hingga 15 orang,” ujarnya.

Alhasil, jaring nelayan rusak, sampan nelayan terkena oli, serta keberadaan ikan diperkirakan dapat berkurang hingga 85 persen. Ia meminta agar limbah tersebut segara dibersihkan dari bibir pantai Kampung Melayu.

“Ini sangat merugikan. Kami berharap akan ada kompensasi khususnya untuk nelayan di sini,” tegasnya.

Baca juga: Tim Gabungan Usut Sumber Limbah Hitam Cemari Laut Batam

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat, Khairul Bahri mengungkapkan, limbah itu mulai tampak sekitar jam 07.00 WIB sepanjang bibir pantai Kampung Melayu.

Ia menjelaskan, limbah hitam itu sangat menganggu aktivitas warga sekitar. Terlebih, daerah itu merupakan kawasan wisata yang mengandalkan alam sebagai daya tarik utamanya.

Selain itu, lingkungan sekitar sangat tercemar sehingga pasti mempengaruhi ekosistem yang ada. Ia mengaku, tak mengetahui pasti asal atau sumber dari limbah tersebut.

“Kami berharap ini agar segera ditindaklanjuti karena sangat merugikan,” tegasnya. (*)

Ikuti Berita Lainnya diĀ Google News