Limbah Kayu Disulap Jadi Bahan Bakar Alternatif

Ketua Pokmas Jaya, Desa Wonorejo, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Majudi menunjukkan pelet kayu yang diproduksi di perusahaan Desa Wonorejo Minggu (5/9/2021). (FOTO ANTARA/ Asmaul Chusna).

Hal itu berdasarkan hitung-hitungan yang telah dilakutan tim akuntansi di perusahaan. Biaya produksi cukup rendah, sehingga ia pun memberikan dukungan ke pokmas mengirimkan pelet kayu ke perusahaan. Harganya Rp750 per kilogram.

Ia mengakui kapasitas hasil produksi pelet kayu itu masih kecil, hanya 1,5 ton per hari. Padahal, ia punya kebutuhan yang cukup banyak. Selain untuk bahan bakar di usaha kerupuk, juga bahan bakar di usaha pasta cabai.

Alhasil, kini yang memanfaatkan pelet kayu hanya usaha kerupuk, sedangkan untuk usaha pasta cabai masih memanfaatkan kayu bakar.

“Kami terbantu dengan ini (pelet kayu), karena HPP (harga pokok produksi) juga bisa turun. Kalau bahan bakar ini lebih panas,” kata pria berumur 51 tahun ini.

Menggunakan bahan bakar pelet kayu ini tentunya juga harus siap menambah pengeluaran. Bagaimana tidak. Tungku pembakaran dengan bahan baku kayu beda dengan pelet kayu.

Namun, itu tidak menjadi masalah bagi Sumadianto. Ia menilai hal ini bisa dimanfaatkan jangka panjang dan sebagai investasi sehingga mengubah tungku pun dilakoninya.

Pria yang juga Wakil Ketua Umum Bidang Agrobisnis dan Ketahanan Pangan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kabupaten Kediri ini juga menambahkan hasil pembakaran dari pelet kayu juga cenderung lebih bersih. Tentunya ini juga tidak terlalu mengganggu lingkungan.

Sumadianto menilai peluang usaha industri ini masih sangat terbuka lebar. Saat ini, banyak perusahaan yang melirik memanfaatkan pelet kayu ini sebagai bahan bakar di industrinya. Bakar bakar alternatif yang murah.

Apalagi di era pandemi COVID-19 ini, dengan pengeluaran untuk bahan bakar yang mampu ditekan tentunya operasional perusahaan juga bisa lebih dihemat.

Ia justru juga memberikan ide agar UMKM bisa memanfaatkan bahan bakar ini. Pemilik UMKM mayoritas memanfaatkan elpiji untuk berjualan, namun dengan bahan bakar ini tentunya lebih bisa menghemat ongkos produksi.

Ia juga mengajak serta kepada pokmas lainnya jika berminat untuk ikut serta fokus menggarap bahan bakar alternatif ini. Kelompok masyarakat diutamakan ketimbang industri besar, karena dengan pokmas bisa lebih memberdayakan masyarakat.

Terlebih lagi, persaingan usaha di bidang bahan bakar ramah lingkungan ini masih cukup minim di Kediri. Bahkan, dirinya menduga tidak ada lagi yang produksi bahan bakar pelet kayu ini di Kabupaten Kediri.

Hal itu ia dengar saat berbincang dengan petugas Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Kediri yang mengatakan sebelumnya ada satu pabrik di Kabupaten Kediri yang membuat pelet kayu namun orientasinya ekspor. Kini, perusahaan itu tidak lagi beroperasi.

“Menurut saya menarik, bagus peluang ini untuk hidupkan ekonomi masyarakat,” kata dia.

Sebagai seorang pengusaha, ia juga menilai pendampingan dari pemerintah daerah sangatlah penting, agar usaha kelompok masyarakat bisa lebih berkembang. Namun, ia tahu bahwa hal itu tidak mudah. Dengan semangat yang terus optimistis, ia pun yakin pokmas lainnya juga bisa berkembang.

Dukungan Kadin

Ketua Kadin Kabupaten Kediri Yekti Murih Wiyati mengapresiasi pokmas yang berhasil membuat bahan bakar alternatif tersebut, dari awalnya limbah kayu ternyata bisa diolah menjadi bahan bakar yang punya nilai ekonomis cukup baik.

Pihaknya sebenarnya juga sudah punya rencana untuk ikut melakukan sosilisasi pemanfaatan bahan bakar alternatif, namun karena terkendala PPKM hal itu urung dilakukan.

Menurut dia potensi bahan bakar pelet kayu untuk industri maupun UMKM masih berpeluang besar. Penggunaannya juga bisa menekan pemanfaatan bahan bakar lain misalnya elpiji.

“Prospeknya bagus, karena juga menyerap limbah jadi bisa dipakai. Ini inovasi yang cukup bagus dan memang diperlukan dalam kondisi seperti ini,” kata Yekti.

Sumadianto, pengurus Kadin Kabupaten Kediri menambahkan peranan Kadin memang salah satunya mendorong pemulihan ekonomi nasional supaya di Kabupaten Kediri itu terus tumbuh. Untuk itu, perhatian kepada pokmas pun juga sangat diharapkan.

Sementara itu, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perdagangan Kabupaten Kediri Tutik Purwaningsih mengatakan pemerintah kabupaten mendukung agar UMKM maupun usaha kecil di kabupaten ini terus maju.

Beragam acara dilakukan salah satunya menggelar workshop digital marketing. Namun, pihaknya juga mendukung terkait dengan pengurusan izin usaha bagi yang belum hingga sosialisasi merek usaha.

Tutik mengemukakan banyak cara mengenalkan produk salah satunya memanfaatkan digital marketing sehingga penjualan juga mempermudah.

“Kami mengajak pelaku usaha Kabupaten Kediri untuk menikmati perkembangan digital melalui marketing untuk pelaku usaha di kabupaten ini,” katanya.

Sekali lagi, pandemi COVID-19 tidak hanya sarat dengan kisah sedih. Inovasi juga lahir dari pandemi, dan salah satunya adalah kisah positif lahirnya bahan bakar alternatif dari limbah kayu di Kediri. (*)

Pewarta: Antara
Redaktur: Muhammad Bunga Ashab

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *