Mahasiswa Daring dan Stres

Mahasiswa Daring dan Stres
Lisdianingsih (Foto: Ulasan.co/Dok Pribadi)

Penulis Lisdianingsih
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Kampus Universitas Maritim Raja Ali Haji

Sudah hampir dari dua tahun pandemi COVID-19 melanda Indonesia. Pandemi sangat mengubah berbagai kehidupan masyarakat salah satunya, aspek pendidikan baik tingkat dasar, pendidikan menengah pertama, pendidikan menengah atas, hingga perguruan tinggi.

Pandemi ini mengubah pola proses belajar mengajar dari sebelumnya. Biasanya dilaksanakan belajar tatap muka di sekolah atau kampus. Kini harus belajar lewat sarana teknologi digital atau online.

Peralihan metode pembelajaran ini, tentu memiliki hambatan tersendiri baik tenaga pendidik atau peserta didik. Seperti halnya pendidikan di perguruan tinggi, di mana tidak semua mahasiswa bisa menjalani pembelajaran daring di masa pandemi.

Banyak mahasiswa yang merasa kesulitan dalam pembelajaran daring ini, masalah-masalah sering membuat mahasiswa kesulitan dalam pembelajaran daring, seperti sulit dalam memahami materi yang diberikan dosen, borosnya kuota belajar, sulitnya akses internet terutama bagi mahasiswa yang berada di daerah yang masih sulit akses internet. Kemudian sulitnya bersosialisasi dengan teman apalagi jika ada tugas kelompok yang hanya berdiskusi melalui ruang zoom meeting.

Selain itu, pembelajaran daring juga berdampak pada masalah mental pribadi seperti selalu merasa cemas, stress, tertekan karena tugas yang lebih banyak di bandingkan kuliah tatap muka.

Faktor keluarga mahasiswa juga bisa mempengaruhi kualitas belajar mahasiswa selama mengikuti pembelajaran daring. Misalnya, ada konflik permasalahan dengan keluarga. Lalu, lingkungan keluarga yang tidak mendukung sehingga membuat mahasiswa tertekan. Faktor lain, seperti mahasiswa bosan di rumah terus-menerus dan kurangnya bersosialisasi dengan orang lain.

Perkuliahan daring yang berkelanjutan membuat mahasiswa jenuh dan bermalasan untuk mengikuti perkuliahan daring mengikuti pembelajaran secara virtual melalui zoom metting.

Bahkan ada beberapa mahasiswa sering tidak masuk ruang zoom dengan alasan tidak ada jaringan internet sedangkan mahasiswa tersebut bertempat tinggal di kota, bisa dibilang jaringan internet yang sudah stabil. Jaringan internet selalu yang jadi alasan utama untuk tidak mengikuti perkuliahan.

Di sisi lain pembelajaran daring juga membuat miskomunikasi atau proses komunikasi yang tidak lancar antara mahasiswa satu dan mahasiswa lainnya. Misalnya, pada saat dosen memberikan tugas kelompok yang seharusnya dikerjakan bersama-sama. Akan tetapi berat sebelah dalam artian yang mengerjakan hanya beberapa anggota kelompok saja, sedangkan yang lain hanya numpang nama tanpa membantu mengerjakan tugas kelompok tersebut.

Baca Juga: Narkoba Musuh Mahasiswa dan Pelajar

Perkuliahan secara daring hanya fokus kepada pembelajaran mata kuliah saja tidak memberikan mahasiswa untuk dapat mencari pengalaman maupun pengalaman di luar lingkungan kampus.

Pengalaman memiliki peran tersendiri sebagai penambahan pengalaman mahasiswa. Sebab, pengalaman merupakan hal penting untuk membantu mahasiswa menemukan jati dirinya, menambah wawasan, serta dapat membantu mahasiswa dalam mencari pekerjaan jika sudah lulus kuliah nanti.

Perkuliahan daring juga membuat beberapa mahasiswa yang memutuskan untuk berhenti kuliah, seperti mengambil cuti setahun untuk bekerja, maupun berhenti kuliah karena memutuskan untuk menikah.

Sementara dampak positif dari perkuliahan daring bagi mahasiswa itu sendiri, bisa menghemat biaya yang biasanya harus dikeluarkan saat kuliah seperti biaya kos atau kontrakan dan biaya hidup selama merantau menimba ilmu di kota lain. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *