MAN Batam Lahirkan Ulama Muda yang Moderat

Santri MAN Batam
Santri MAN PK Batam. (Foto: Dok Humas Kanwil Kemenag Kepri)

BATAM –  Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), resmi ditetapkan sebagai MAN Program Keagamaan (MANPK) pada 2023 lalu.

Hal ini ditandai dengan penyerahan Surat Keputusan (SK) Dirjen Pendis Nomor 2403 Tahun 2023 tentang Penetapan Madrasah Aliyah Program Peminatan Unggulan Nasional.

Program MAN PK di MAN Batam telah diresmikan oleh Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dalam kunjungan kerjanya ke Batam pada awal 2024 lalu. Tahun 2024 ini juga merupakan  Seleksi Nasional Peserta Didik Baru (SNPDB) pertama di MAN Batam untuk program keagamaan, sementara kelas embrio program ini sudah dimulai tiga tahun lalu.

Kepala MAN Batam Khairina menceritakan awal mula pengusulan program keagamaan di MAN Batam yang tidak lepas dari dukungan Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Kepri dan Kepala Bidang Pendidikan Madrasah.

“Kalau program keagamaan sudah (ada) dari 2009, kalau MAN PK berasrama itu mulai diusulkan dari Kakanwil dan Pak Kabid, kami ditanya kesiapan untuk membuat MAN PK. Alhamdulillah setelah diskusi dengan stakeholder yang ada kami menerima tantangan inovasi ini,” kata Khairina dalam keterangan tertulisnya diterima, Ahad 7 April 2024.

Dengan tantangan yang diberikan oleh Kakanwil dan Kepala Bidang Madrasah tersebut, MAN Batam di bawah kepemimpinan Khairina langsung bergerak cepat merealisasikannya.

“Sewaktu ada wacana tersebut tahun berikutnya langsung diadakan, dengan support dari Kakanwil dan Bidang Madrasah bagaimana bisa cepat diverifikasi agar anak kita yang tamat di kelas XII ini sudah menjadi anak MAN PK, ini tahun ketiga dan sudah kelas ketiga,” ucapnya.

Sebagai informasi, selama tiga tahun ini program keagamaan MAN Batam sudah memiliki tiga kelas. Kelas X berisi 24 orang, kelas XI berisi 13 orang, kelas XII berisi 14 orang. Semuanya adalah santri laki-laki. Tahun 2024 ini, MAN Batam mulai membuka Program Keagamaan bagi santriwati.

Selain usulan dari Kanwil Kemenag Kepri, Khairina menyebutkan tujuan dibukanya MAN PK adalah untuk melahirkan ulama di Kepri yang moderat.

“Sesuai tujuan dari pemerintah untuk menjawab tantangan itu (ulama yang moderat) di Kota Batam dan Kepri, kalau di kelas reguler belum ada yang khusus untuk itu,” ujarnya.

Khairina menyebutkan minat wali murid dengan adanya program keagamaan berasrama ini sangat tinggi, meski masih ada masyarakat yang berorientasi kalau sekolah berasrama harus di luar Kepri. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri.

“Minat orang tua minat untuk menyekolahkan anaknya di Batam ini sangat tinggi, memang minatnya tidak sebanyak reguler karena umumnya kalau mencari sekolah berasrama masih banyak yang mencari keluar (Kepri), itu tantangan kita untuk selalu menyosialisasikannya,” terangnya.

Tantangan lainnya yang menjadi perhatian dalam melaksanakan MAN PK ini menurut Khairina adalah pengaruh negatif yang muncul dari masih tergabungnya siswa reguler dan siswa program keagamaan dalam satu area gedung.

“MAN PK ini masih gabung dengan reguler, tantangan berat dalam mendidik anak, anak reguler boleh bawa hape (ponsel) karena banyak aplikasi-aplikasi yang menunjang pembelajaran, sementara anak yang berasrama (MAN PK) tidak bisa bawa hape, apalagi sekolah sampai malam,” kisahnya.

Dari tantangan tersebut munculah harapan akan pelaksanaan MAN PK kedepannya. Salah satunya dengan pemisahan gedung program reguler dan program keagamaan.

“Harapan yang ingin dicapai, untuk siswa menjadi ulama yang moderat, berprestasi dan bisa membimbing kawan-kawan reguler dalam mengimplementasikan teori yang didapat. Dan, kita belum punya lahan MAN PK sendiri karena tantangan berat tadi ketika digabung dengan reguler (bisa memberi pengaruh negatif) karena treatmentnya berbeda, jadi harapannya dapat lahan sendiri, kalau sudah ada lahan sendiri insyaallah akan disupport dengan fasilitas dengan standarnya anak MANPK,” ungkap Khairina.

Disampaikan oleh Pembimbing Asrama MAN PK saat itu, materi yang diberikan kepada santri MAN PK di MAN Batam antara lain Tahfizul Quran, bahasa Arab, Nahwu Sharaf, Ilmu Adab dan Akhlak, dan muhadarah. Para santri dibimbing oleh tenaga pengajar yang sudah diseleksi dan memiliki ilmu yang mumpuni.

“Untuk jadwal, Senin belajar Bahasa Arab, Selasa belajar Ilmu Adab dan Akhlak, Rabu belajar Tahfizul Quran tidak hanya malam tapi juga sore dan pagi hari mereka diajarkan untuk menghafal Al-Qur’an, Kamis belajar Adab dan Akhlak, Jumat belajar muhadarah, Sabtu malam Minggu belajar Nahwu Sharaf yang merupakan basic ayah dan ibu dari ilmu bahasa Arab,” Muhammad Khairul Basyar selaku Pembimbing Asrama MAN PK.

“Untuk materi Tahfizul Quran mereka (para santri) didampingi oleh tenaga pengajar lulusan Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Quran di Jakarta, dan tenaga pengajar bahasa Arab juga lulusan Mesir. Tenaga pengajar sudah diseleksi dan mereka adalah orang yang layak untuk menjadi tenaga pengajar di MAN PK program berasrama,” sambungnya.

Para santri tidak hanya diajarkan untuk menghafal tetapi juga memahami makna Al-Qur’an. Dengan penguasaan bahasa Arab juga memudahkan santri untuk memahami kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab.

“Tahfizul Qur’an bagaimana siswa mampu menghafal dan juga memahami makna dari A-Qur’an serta tafsirnya. Bahasa Arab juga perlu mereka kuasai karena menurut Umar bin Khattab sahabat Nabi berkata, bahasa Arab setengah dari agama Islam. Bayangkan betapa banyak sumber hukum Islam dari bahasa Arab,” terang Khoirul.

Selama tiga tahun membimbing kegiatan keasramaan, Khoirul mengatakan santri kelas MAN PK progres keilmuannya baik dan  sudah banyak yang menjuarai MTQ. “Ada yang berhasil menyabet juara lomba pidato bahasa Arab se-Kota Batam, dan cabang lainnya seperti  Fahmil Quran Syarhil Quran, tilawah. Mereka antusias dan sangat siap untuk menghadapi perlombaan baik tingkat kota maupun provinsi,” bebernya.

Salah satu santri MAN PK, Muhammad Iwa Naufal Hibrizki mengutarakan alasannya mengapa memilih jurusan MAN PK.

“Dulu belum memiliki basic agama yang kuat, dengan memilih program ini ilmu agama saya menjadi semakin bagus dan harapannya bermanfaat bagi orang sekitar,” kata santri kelas 12 MAN PK ini.

Selama mengikuti kelas MAN PK dari kelas X hingga saat ini kelas XII, Iwa sapaan akrab santri penyuka mata pelajaran kitab Kuning ini juga sempat dilanda kejenuhan. Namun karena keakraban yang terbentuk dengan sesama santri MAN PK lainnya sehingga rasa jenuh ini dapat terobati.

“Tantangan banyak, rasa malas, jenuh ada, tapi kadang rasa bahagia, seru juga, refreshing juga, dengan tantangan itu banyak hiburan juga,” jawab Iwa.

Baca juga: MTsN 1 Batam Lebarkan Langkah Siswa ke Kelas Internasional Lewat Program Cambridge

Setelah tiga tahun menjalani program keagamaan ini Iwa menyampaikan manfaat yang diperolehnya. Ia yang dulunya tidak menyukai pelajaran bahasa Arab kini sudah menguasainya.

“Alhamdulillah (penguasaan bahasa Arab) meningkat dulu karena SMP paling benci bahasa Arab, sejak masuk MA PK bisa menguasai. Selain itu manfaat yang didapat dari MA PK ini kaya di fikih kita jadi tahu cara pengamalan salat yang baik dan benar, kalau untuk di masyarakat contohnya tahlilan, salat jenazah, ini bisa bermanfaat apabila kita hidup di masyarakat yang minim ilmu keagamaannya,” ucap laki-laki yang bercita-cita ingin melanjutkan studi ke Mesir untuk menjadi guru Tafsir ini.

Dengan berbekal ilmu dari program keagamaan ini, Iwa turut berpartisipasi pada cabang perlombaan MTQ dan sempat menjuarainya. “Alhamdulillah sudah banyak meraih prestasi, pernah ikut MTQ cabang Syarhil Quran, ikut juga lomba di Politeknik dan Kemenag Expo, dan lomba silat juga,” tuturnya.

Menjelang kelulusannya dari MAN Batam, Iwa mengungkapkan harapannya atas program keagamaan ini. “Harapan kedepannya semoga di kegiatan MA PK lebih fleksibel dan bisa dilaksanakan oleh semua siswa, biar tidak terlalu monoton, ada pendekatan kepada siswa-siswanya secara perlahan agar terbiasa,” ungkapnya.

Program keagamaan MAN Batam yang mempelajari bidang keahlian kajian keagamaan Islam (Tafaqquh Fiddin) dengan penguatan kutubut thurat dan Bahasa Arab ini diharapkan dapat melahirkan calon ulama yang moderat, kompeten dalam ilmu agama islam, dan berwawasan kebangsaan. (*)

Ikuti Berita Ulasan.co di Google News