Melestarikan Budaya, Pemkab Natuna Kembali Gelar Panggung Seni

Panggung Seni
Para pementas Seni saat memparadekan prosesi seserahan pernikahan adat melayu, di panggung Seni dendang piwang, di Pantai Piwang Kecamatan Bunguran Timur. (Foto:Muhammad Nurman/Ulasan.co)

NATUNA – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Natuna, Kepulauan Riau (Kepri) kembali menggelar acara panggung seni Dendang Piwang setelah sekian lama absen.

Kegiatan panggung seni tersebut, tak lain untuk menjaga dan melestarikan budaya di Natuna.

Tak hanya budaya, namun pada kegiatan itu juga menampilkan makanan khas Natuna.

Panggung seni Dendang Piwang sempat vakum dikarenakan pandemi COVID-19 dan kini kembali digelar.

Acara yang ini ditaja oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) bersama Dinas Komunikasi dan Informasi (Kominfo), serta Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Natuna.

Kepala Bidang Kebudayaan Disdikbud Natuna, Hadisun mengatakan, tujuan diadakannya panggung seni Dendang Piwang untuk memperkenalkan budaya nusantara kepada warga Natuna.

Karena kemajuan teknologi yang semakin pesat, lanjut Hadisun, membuat budaya mulai hilang dan perlahan dilupakan oleh masyarakat.

“Bukan hanya budaya Melayu, tetapi nanti kita akan menampilkan budaya dari etnis lain,” ucap Hadisun di Pantai piwang, Kecamatan Bunguran Timur, Ahad (12/06).

Tujuan lain diadakanya panggung seni itu, guna menjaga pelestarian budaya yang ada dan menjadi sarana edukasi bagi masyarakat agar selalu diingat.

Hadisun mengungkapkan, panggung seni itu akan digelar setiap Sabtu malam dan dilaksanakan setiap dua kali dalam sebulan.

Pada Sabtu (11/06) malam, salah satu budaya yang ditampilkan adalah budaya Melayu, berupa tarian, musik dan rangkaian pernikahan etnis Melayu.

Untuk rangkaian pernikahan, dimulai dari arak-arakkan pengantin menuju ke rumah mempelai perempuan.

Kemudian dilanjutkan dengan penampilan silat dari perwakilan kedua pengantin, penyerahan seserahan dari pengantin pria, ijab kabul, penjemputan pengantin wanita dikamar dan ditutup adat tepuk tepung tawar.

“Disetiap rangkaian ada nilai-nilai yang ditanamkan,” pungkasnya.

Ia berpesan kepada generasi muda khususnya anak Natuna, untuk belajar mengenal budaya agar ada penerus di masa depan.

“Kalau tak kita, siapa lagi yang akan mewarisi budaya kita. Kalau tidak sekarang kapan lagi,” pesannya.

Selain panggung seni, Disdikbud juga menyediakan bazar yang dikelola oleh Dharma Wanita Persatuan (DWP) Disdikbud.

Ketua DWP Disdikbud, Reni Indra Joni mengatakan, di stan bazar yang mereka buat tersedia makanan khas melayu Natuna dan makanan khas daerah lainnya, untuk harga dimulai dari seribu hingga sepuluh ribu rupiah.

“Ada kernas, tabel mando, empek-empek dan makanan dari olahan sagu lainnya ,” ucapnya.

Ia menyebut produk yang mereka jual merupakan hasil kreatifitas dari anggota DWP.

“Dari ibu-ibu DWP,” pungkasnya.

Pantauan ulasan.co, terlihat ratusan warga turut memeriahkan panggung seni itu bahkan beberapa warga ikut menari bersama.

Amnah, warga Natuna mengaku takjub dengan penampilan anak-anak di panggung seni itu.

“Bulu kuduk saya merinding saat sesi tepung tawar, sewaktu pembacaan mantra,” ucapnya

Ia mengapresiasi apa yang telah dibuat oleh pemerintah, pasalnya menurut Amnah generasi muda banyak yang tidak tahu budaya dan enggan mempelajarinya.

“Jenius, apa lagi yang mementaskannya anak-anak,” pungkasnya.