Membangun Kesadaran Berbangsa Tangkal Terorisme

Ucok Lasdin Silalahi
Ucok Lasdin Silalahi. (Foto: Ist)

Penulis: Ucok Lasdin Silalahi
Mahasiswa: Program Doktoral (S3) Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian; Angkatan Ke-8.

Dalam beberapa kurun waktu terakhir ini, serangan dari aksi terorisme dengan metode pelaku bom bunuh diri atau suicide bombing (selanjutnya disebut SB) mencederai nilai-nilai kemanusiaan di Indonesia.

Aksi terorisme SB tersebut menjadi catatan merah dalam sejarah pilu Indonesia. Jejak aksi yang merenggut sejumlah nyawa orang yang tidak bersalah dan melukai ratusan orang lainnya dimulai sejak tahun 2000-an.

Masih ingat dengan tragedi Bom Bali I pada tahun 2002? Jumlah korban yang tercatat dalam aksi terorisme pelaku bom bunuh diri terjadi mencapai 200 jiwa, terbanyak dalam sejarah aksi terorisme di Indonesia.

Keluarga korban Bom Bali I dari berbagai negara masih mengenang kisah tragis itu. Setiap tahun beberapa di antara mereka mengunjungi Monumen Bom Bali, dan berdoa dalam duka cita.

Menjelang akhir tahun 2022, aksi bom bunuh diri ternyata belum berakhir. Aksi itu masih menjadi ancaman keamanan yang serius yang menelan banyak korban.

Semenjak peristiwa Bom Bali I, serangan SB terus terjadi di Indonesia, bukan hanya menyasar korban dari kalangan masyarakat aksi. Para pelaku terorisme itu mengarahkan langsung serangan kepada personel dan markas komando/kesatuan Polri.

Berikut ini adalah daftar panjang beberapa kejadian serangan terorisme pada markas kesatuan Polri dikutip dari pemberitaan media mulai dari kasus terbaru aksi teror bom di Polsek Astana Anyar Bandung pada hari rabu, 7 Desember 2022, seorang pelaku yang meledakan diri tewas mengakibatkan seorang anggota Polri Aipda Sofyan gugur dalam peristiwa itu.

Dua bulan sebelumnya meskipun tidak menyerang Polri, aksi seorang perempuan muda (24 tahun) pada tanggal 25 Oktober 2022 mengacungkan senjata api jenis FN dan hendak menyerang anggota Paspampres yang berjaga di depan Istana Negara Jakarta telah memicu kekhawatiran dan rasa takut masyarakat. Aksi serupa terjadi juga serangan terorisme di Markas Besar Polri pada 2021, pelaku perempuan berinisial ZA melakukan serangan dengan menembak sebanyak enam kali ke pos polisi. Pelaku diketahui berideologi radikal ISIS.

Di penghujung 2019 tepatnya 13 November 2019, serangan bom bunuh diri terjadi di Kantor Polrestabes Medan, Sumatra Utara. Aksi bom bunuh diri terjadi saat apel pagi pada pukul 08.00 WIB. Pelaku mampu melewati pemeriksaan petugas dan meledakkan bom yang dililitkan pelaku di pinggang.

Lalu 14 Mei 2018 sehari setelah insiden bom bunuh diri di tiga Gereja Surabaya publik dikejutkan dengan bom bunuh diri di Mapolrestabes Surabaya.  Hanya selang dua hari, serangan juga terjadi ke Mapolda Riau pada 16 Mei 2018. Lima pelaku menggunakan mobil menerobos Mapolda Riau lalu menyerang polisi menggunakan pedang. Pihak kepolisian menyebut para pelaku merupakan anggota NII.

Pada 5 Juli 2016, bom bunuh diri terjadi di Mapolrestabes Solo, Jawa Tengah. Pelaku berinisial NR merupakan salah satu pelaku bom Thamrin yang berhasil melarikan diri. Pelaku merupakan anggota Jamaah Anshar Khilafah Daulah Nusantara.

Berbagai serangan aksi terorisme di Indonesia yang menargetkan masyarakat baik WNI (Warga Negara Indonesia), maupun WNA (Warga Negara Asing) telah berkembang dan secara terbuka melakukan serangan dengan target/sasaran institusi Polri.

Demikian pula dengan pola serangan, dari semula dilakukan secara terorganisir dengan garis komando kini dilakukan secara mandiri tanpa struktur garis komando dengan pesan serangan dari para pelaku yang kuat untuk menyatakan perlawan kepada penindasan global maupun perlawanan pada ideologi negara, Pancasila, yang menjadi dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Perubahan pola aksi terorisme Indonesia ini mengikuti tren global yang ada. Pertama, pendekatan konvensional, dalam bentuk aksi yang dikendalikan oleh organisasi terorisme, dengan sistem komando, jaringan dan sel-sel, aktor, perencanaan, penargetan, operasi serangan dan efek yang diharapkan.

Sedangkan terorisme modern menggunakan taktik baru, aksi-aksi mandiri, struktur organisasi tanpa bentuk dan terpisah, tak ada kendali yang jelas, dilakukan secara lone wolf.

Model teror ini dikenal dengan phantom cell network (jaringan sel hantu), leadership resistance atau tanpa pemimpin dan lone wolf (sendiri/tunggal). Trend global kelompok terorisme di Indonesia seringkali berafiliasi dan dipengaruhi oleh kelompok terorisme internasional (global) antara lain Al-Qaeda dan ISIS (Islamic State of Iraq and Syria).

Uniknya kehadiran kedua organisasi terorisme internasional itu, saat ini telah telah memicu gesekan di dalam kelompok radikal dan teroris di Indonesia. Beberapa pihak menyatakan dukungannya kepada Al-Qaeda, seperti JII maupun Neo JII, dan lainnya secara terbuka menyuarakan dukungan kepada ISIS, seperti JAD, JAT, MIB, dan MIT. Hal ini menimbulkan persepsi atau keyakinan bahwa terjadi pergeseran dari khilafah global menjadi khilafah lokal/regional.

Kesadaran Kolektif

Mengikuti perkembangan aksi terorisme sebagaimana diuraikan di atas, perubahan pola serangan dan target serangan yang mengikuti perkembangan kelompok terorisme internasional menunjukkan kepada kita bahwa ada benang merah keterhubungan kelompok terorisme internasional dengan kelompok terorisme di Indonesia.

Bisa jadi penggunaan internet dan media sosial merupakan sarana ideal untuk radikalisasi, penggalangan dana, dan perekrutan anggota, serta untuk mempublikasikan ideologi dan mendapatkan dukungan dari publik. Dalam rangka menangkal ancaman pengaruh ideologi kelompok terorisme internasional terhadap ideologi Pancasila sebagai dasar negara Indonesia diperlukan kesadaran kolektif berbangsa Indonesia dari setiap elemen negara.

Kesadaran kolektif yang dibangun bangsa Indonesia sebaiknya dengan memanfaatkan rasa takut akibat berbagai aktifitas pelaku terorisme internasional maupun lokal yang telah terjadi. Kesadaran tersebut dibangun dengan memanfaatkan rasa takut manusia atas berbagai peristiwa terorisme yang telah terjadi, tidak lain disebabkan perasaan tersebut merupakan salah satu naluri alamiah manusia yang juga berguna untuk bertahan hidup.