Menakar Strategi Mobilisasi Massa Paslon ASLI dan NADI di Pilkada Batam 2024

Pengamat politik dari Universitas Riau Kepulauan (Unrika), Rahmayandi Mulda.
Pengamat politik dari Universitas Riau Kepulauan (Unrika), Rahmayandi Mulda. (Foto: Randi Rizky K)

BATAM – Menjelang tahapan kampanye Pilkada Batam 2024, publik mulai penasaran dengan strategi politik dijalankan dua pasangan calon (paslon), Amsakar Achmad-Li Claudia Chandra (ASLI) dan Nuryanto-Hardi Selamat Hood (NADI), dalam memobilisasi dukungan massa.

Pengamat politik dari Universitas Riau Kepulauan (Unrika), Rahmayandi Mulda, menyebutkan bahwa suhu politik di Batam semakin memanas, terutama dengan manuver kedua kandidat dalam mempersiapkan strategi penggalangan massa.

Menurut Rahmayandi, NADI tampaknya akan fokus melakukan konsolidasi dengan berbagai paguyuban dan organisasi masyarakat yang memiliki basis kuat di Batam.

“NADI lebih mengarahkan strateginya ke kelompok-kelompok masyarakat terorganisir, seperti paguyuban, yang berpotensi besar mendongkrak suara mereka,” ujarnya, Rabu 11 September 2024.

Ia menambahkan, paguyuban di Batam cukup banyak dan solid, sehingga jika dimanfaatkan secara maksimal, NADI bisa saja mengungguli ASLI.

Meski begitu, Rahmayandi mengingatkan bahwa NADI perlu berhati-hati dalam memainkan politik akar rumput ini, karena berpotensi menimbulkan sentimen antar daerah.

“Jangan sampai NADI kebablasan, jangan sampai terjebak dalam politik identitas,” tambahnya.

Di sisi lain, Rahmayandi memandang ASLI terlihat lebih memilih strategi yang berbeda. Mereka fokus memperkuat jaringan politik dan simpatisan yang sudah ada, serta menargetkan kantong-kantong suara dari partai koalisi yang ada di kelurahan-kelurahan.

Rahmayandi menyebut, langkah ASLI ini cukup strategis untuk menjaga dan memperkuat basis pemilih setia di berbagai wilayah Batam, terlebih pada Pilkada kali ini, ASLI didukung koalisi partai yang besar.

Baca juga: Sagulung Jadi Kecamatan DPS Terbanyak di Pilkada Batam 2024

Adapun alasan Amsakar tidak terlalu fokus pada paguyuban, menurut Rahmayandi, adalah karena aksesnya yang terbatas di kelompok-kelompok tersebut.

“Meskipun Amsakar dikenal dekat dengan semua kalangan, tapi ia lebih memilih pendekatan ke masyarakat di tingkat kelurahan melalui tim suksesnya,” tutup Rahmayandi. (*)

Ikuti Berita Ulasan.co di Google News