Menembus Angin Menyisir Laut Nelayan Karimun Melawan Takut

Nelayan Tradisional Kabupaten Karimun, (Foto) : Meta.

Karimun, Ulasan.co — Ketika angin muson barat mulai berembus di bulan satu; angin yang bersifat basah dan banyak menghasilkan hujan. Di saat itu pula, para bahariwan bersama pompong kayunya berlayar ke tengah lautan. Meskipun cuaca begitu mendung, awan terlihat gelap, dan angin lembab pembawa uap air menguasai langit, tetapi tidak ada kegentaran di dalam diri mereka.

Satu persatu dari mereka meniti jembatan kayu panjang. Di ujung sana kapal-kapal nelayan berkelir warna-warni terlihat tengah bersandar. Masing-masing dari mereka membawa berbagai perlengkapan ‘perang’ tradisional seperti; jaring angkat, tombak, bubu, dan pancing. Menata jaring, memeriksa mesin dan memastikan tidak ada yang rusak pada perahu adalah hal penting bagi mereka sebelum menyisir lautan melawan angin kencang.

Kehidupan sebagai nelayan tradisional tidaklah mudah. Saat berlayar mereka harus menghadapi ombak dan badai laut yang tak bersahabat. Dahulu, sebelum adanya perahu bermesin motor, mereka melaut hanya bisa pada malam hari. Sebab perahu sederhana milik mereka, dapat bergerak hanya karena adanya bantuan angin darat. Waktu terjadinya angin darat itupun hanya pada tengah malam dan dini hari. Oleh karena itu pula pada waktu-waktu inilah nelayan mulai berlayar ke tengah laut untuk menangkap ikan.

Nelayan Tradisional Kabupaten Karimun. (Foto) : Meta.

Menjelang pagi bebunyian khas mesin kapal mereka menggema pulang, bersama sinar kuning di teras cakrawala, dua pria paruh baya terlihat menggotong boks berwarna kuning berisi ikan-ikan khas perairan laut Kepulauan Riau. Raut wajah kelelahan tercetak jelas di sana, tetapi tarikan senyum dan helaan napas lega mengalahkan penat yang tampak jelas.

Bagaimana mungkin mereka tidak tersenyum? Sedang di dalam boks sana terdapat berbagai tangkapan laut yang terdiri dari ikan Parang, Kurau, Tongkol, dan Kembung. Uniknya nelayan Karimun, tidak semua ikan mereka perjualbelikan di pasar. Sebab sebagai pemasok paling utama, mereka juga bekerja sama dengan juragan ikan alias tauke ikan. Tentunya sesuai dengan sistem jual beli yang disepakati.

Salah satu jenis ikan yang paling banyak diminati adalah Kurau. Saat ini Kurau sudah temasuk ke dalam kategori jenis ikan langka. Dagingnya yang bertekstur lunak merupakan favorit negara tetangga, Malaysia dan Singapura. Mengingat tingginya angka permintaan pasokan dari kedua negara tersebut. Sebulan sekali para tauke akan mengekspor ikan-ikan itu dengan harga yang lebih tinggi.

“Ikan Kurau memiliki nilai ekonomis yang tinggi di pasaran sehingga menjadi sasaran tangkap utama bagi nelayan. Harga perkilogram Kurau yaitu rata-rata Rp100.000. Tetapi harga ikan Kurau dapat berbeda-beda tergantung musimnya,” ujar Said Ahmad, tenaga pendidik yang menjadikan melaut sebagai hobi, Selasa (12/1).

Sepaham dengan rekannya, Muhammad Saleh, nelayan senior yang memiliki 10 pompong di dermaga turut menambahkan bahwasanya terlepas dari risiko yang mengintai di lautan. Sektor kelautan dan perikanan Kabupaten Karimun apabila dikembangkan secara intensif melalui langkah-langkah yang tepat, maka akan menghasilkan nilai produksi yang besar. Sehingga secara tidak langsung mereka berkontribusi untuk Pendapatan Asli Daerah. Namun sayang, kurangnya sumbangsih dari pemerintah membuat beberapa dari mereka mengeluhkan bantuan kesejahteraan nelayan yang tidak merata dan tidak tepat sasaran.

Secara umum nelayan Indonesia memiliki tingkat kesejahteraan relatif rendah dan berada di bawah garis kemiskinan. Tingkat pendidikan rendah, buta teknologi, kesehatan lingkungan dan tempat tinggal kurang baik, serta sarana dan prasarana perikanan kurang memadai.

Seperti yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 48/PERMEN-KP/2015. Tentang Pedoman Umum Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu di Pulau-pulau Kecil dan Kawasan Perbatasan. Bisakah Indonesia lebih memerhatikan kesejahteraan mereka?

Sebab memenuhi kebutuhan nutrisi masyarakat lokal, mendukung ketahanan pangan nasional; dan menghasilkan devisa negara melalui kegiatan ekspor sekaligus mempercepat pertumbuhan ekonomi lokal. Bukan sekadar janji yang tertulis di atas kertas.

Pewarta : Meta