Meneropong Aksi Detektif Swasta di Indonesia

Jakarta, ulasan.co – Detektif swasta, sebuah profesi yang benar ada di kehidupan nyata. Cara kerja mereka juga mirip dengan cerita detektif di film yakni melakukan penyelidikan dengan berbagai cara hingga teka-teki terpecahkan.

Untuk menemukan para penyedia jasa detektif swasta cukup sebenarnya cukup mudah. Sebab mereka kini juga mulai menawarkan jasanya di media sosial seperti Facebook dan Instagram.

Percaya atau tidak, profesi detektif swasta memang benar ada dalam kehidupan nyata. Mereka menawarkan jasanya untuk berbagai macam misi, seperti menyelidiki pasangan selingkuh, pegawai yang korupsi, penyembunyian aset, hingga memata-matai rekanan bisnis.

Biasanya mereka yang menjalani profesi ini bergerak secara diam-diam. Mereka menyembunyikan identitas asli dirinya.

Bagaimana cara kerja mereka? Berapa tarifnya? Berikut berita selengkapnya:

Sore itu, di pojok sebuah kedai kopi, Habibi tengah menyusun beberapa peralatan kerjanya. Peralatan yang dia bawa saat itu berupa teropong dan sebuah kotak kecil GPS.

“Ini cuma peralatan iseng aja, jaga-jaga kalau butuh. Kita bahkan punya kamera tersembunyi yang ada di kacamata dan pena,” ujar pria berusia 27 tahun itu kepada detikcom beberapa waktu lalu.

Habibi memperkenalkan dirinya sebagai detektif swasta khusus perselingkuhan. Dandanannya saat itu berkemeja rapih dengan kacamata tebal, tak seperti detektif di film box office yang berpenampilan misterius. Meski begitu tampilannya saat itu menyaru dengan karyawan kantoran biasa.

Habibi terbiasa dengan berganti-ganti penampilan. Profesinya memang mengharusnya dia untuk terbiasa berbaur agar tidak tampil mencolok. Meskipun saat itu dia tidak tengah bertugas.

Sudah hampir 5 tahun dia menjalani profesinya sebagai detektif perselingkuhan. Profesinya itu berawal dari kegemarannya membaca novel-novel bertema detektif seperti Sherlock Holmes.

Dari hobi itu menginspirasinya untuk membuat biro jasa detektif swasta pada 2014. Dibuatlah sebuah akun Facebook bernama Adi Detektif Perselingkuhan.

Siapa sangka, klien pertamanya kala itu orang Indonesia yang tengah hidup di Inggris, sementara istrinya di Indonesia. Kliennya curiga dengan sikap istrinya.

Misi pertamanya saat itu dia kerjakan dengan mengajak 3 orang temannya. Hanya dengan waktu 5 hari, misinya selesai. Mereka berhasil mendapatkan bukti seperti foto dan video yang diminta oleh kliennya. Misi berhasil, Habibi dibayar US$ 200 dolar.

Sejak saat itu, Habibi merasa menemukan profesi yang membuatnya bergaiah. Bukan karena bayarannya, tapi karena capaiannya yang berhasil membuntuti targetnya hingga mendapatkan bukti-bukti yang menjadi tujuan misinya.

Kini Habibie sudah sangat serius menjalani bisnisnya itu. Perbulan dia bisa menangani belasa kasus. Tarif yang dia banderol bisa berkisar Rp 4 juta hingga Rp 70 juta per misi.

Berbeda dengan Habibibi, Black Widow (nama samaran) tak ingin dirinya disebut sebagai detektif. Dia mengaku hanya menjalani bisnis jasa intelijen.

“Kalau dibilang detektif di pikiran saya seperti Sherlock Holmes. Saya hanya seperti bisnis intelijen,” tuturnya.

Wanita yang ingin identitasnya dirahasiakan ini memang hanya menawarkan jasa pencarian informasi. Jasanya digunakan kebanyakan oleh konsultan maaupun perusahaan asing yang ingin berinvestasi di Indonesia.

Ternyata perusahaan-perusahaan asing itu jauh lebih mementingkan informasi tentang calon rekannya di Indonesia maupun pejabat-pejabat terkait yang berhubungan dengan investasinya di Indonesia, ketimbang regulasi perizinan.

“Misalnya ada calon investor asing mau tanam modal di sini, mereka ingin tahu. Misalnya pemerintah lelang proyek tol, atau pabrik pupuk, ada kasus korupsi yang melibatkan rekanya. Nah mereka ini kan nggak punya akses khusus untuk dapat informasi. Sementara yang ada di media kan hanya di permukaan, mereka ingin tahu di balik cerita itu ada siapa,” tuturnya.

Kebanyakan dari kliennya meminta untuk mengumpulkan informasi sedetil mungkin tentang perusahaan rekanannya. Mulai dari rekam jejak perusahaan hingga informasi direksinya, apakah pernah tersandung kasus, siapa orang di belakangnya. Bahkan informasi pribadi, seperti apakah direksi perusahaannya punya perilaku menyimpang seperti pedofil.

Tak hanya itu, dia beberapa kali diminta untuk mengulik regulasi yang berkaitan dengan bisnis kliennya. Seperti misalnya alasan dan tujuan pemerintah mengeluarkan kebijakan itu.

Berkat ketepatannya dalam menggali informasi, Black Widow mendapatkan klien berkat rekomendasi dari klienya yang lain. Sekali mengirimkan laporan dia bisa dibayar hingga ribuan dolar AS.

Habibi, sudah menjalani profesinya selama hampir 5 tahun. Dalam 2 tahun belakangan ini, dia menggeluti profesinya cukup serius.

Dia membentuk tim, mulai dari tim yang terjun di lapangan, tim khusus IT yang mem-back up melalui jejaring internet bahkan untuk meretas sebuah sistem keamanan, hingga tim marketing untuk promosi jasanya.

Habibi juga menerima penyelidikan hampir di seluruh wilayah Indonesia. Dia membangun jaringan dengan beberapa pihak di wilayah yang mau menjadi koordinatornya.

Habibi menjelaskan untuk tahapan awal tergantung kasus yang akan dijalani. Jika tujuannya untuk mencari bukti perselingkuhan yang dilakukan pasangannya, Habibi meminta informasi awal tentang kebiasaan targetnya.

“Biasanya yang datang terkait perselingkuhan pasti sudah ada kecurigaan, ada indikasi terlebih dahulu. Nah kita minta informasi keseharian targetnya seperti apa. Kerja di mana. Atau kalau sudah ketahuan, dan tengah mencari bukti, kita minta informasi kemana saja dia mainnya,” terangnya kepada detikcom.

Informasi awal itu juga untuk menentukan tarif. Maklum, jasa seperti ini tidak ada tarif yang pasti. Habibi hanya memperhitungkan biaya operasional selama dia dan timnya melakukan penyelidikan. Untuk awal dia menghitung biaya operasional untuk 1 minggu.

“Kita hitung untuk beroperasi untuk peyelidikan awal 7 hari. Waktunya memang nggak tentu sampai misinya berhasil. Tapi pernah 1 hari kita sudah dapat bukti dia selingkuh, kadang bisa satu bulan,” ujarnya.

Penghitungan penyelidikan awal 1 minggu menurutnya waktu yang paling ideal. Sebab dia berpandangan, bahwa orang yang berselingkuh pasti paling lama tidak ketemu hanya 1 minggu.

Setelah informasi awal didapat, Habibi dan tim mulai membuntuti targetnya. Untuk dapat mengetahui kemana saja targetnya pergi, Habibi tak segan menggunakan alat pelacak GPS yang dia tempelkan di kendaraan targetnya. Alat GPS yang dia gunakan berbentuk kotak kecil yang dilengkapi dengan perekat.

Seperti dalam film detektif, alat GPS itu dia tempelkan ke kendaraan target secara diam-diam saat targetnya lengah. Meskipun sering kali juga dibantu oleh orang terdekat target untuk menempatkan alat tersebut.

Saat membuntuti target, Habibi dan timnya menggunakan kendaraan baik mobil maupun motor. Kendaraan yang dia gunakan setiap harinya berbeda untuk menghindari kecurigaan targetnya. Untuk kendaraan Habibi sewa di rental mobil.

“Saat membuntuti kita pakai mobil dan motor. Karena kalau pakai mobil saja takut ketinggalan, kalau pakai motor saja nanti dia masuk tol kita kehilangan. Jadi pakai dua kendaraan,” ujarnya.

Habibi dan tim juga sudah terbiasa untuk membaca gelagat targetnya saat dibuntuti. Biasanya jika target sudah merasa diikuti, target itu sering berhenti atau tiba-tiba belok ke jalan yang tidak biasa. Dalam kondisi seperti itu, biasanya Habibi menerjunkan tim yang lain.

Selain GPS, Habibi juga menggunakan peralatan lainnya seperti teropong, kamera profesional, kamera kecil, smartphone, bahkan sampai alat canggih seperti kamera tersembunyi dalam kacamata maupun pena.

Selain mencari tahu kebiasaan targetnya, Habibi juga mengumpulkan informasi dari selingkuhan si target. Mereka membuntuti hingga kebiasaan si target dan selingkuhannya bertemu.

Jika mereka bertemu di sebuah hotel, giliran tim IT-nya yang bekerja. Tim IT akan berusaha menembus jaringan CCTV hotel.

Setelah semuanya sudah jelas, namun belum mendapatkan bukti. Habibi dan timnya mengatur skenario agar bisa mendapatkan bukti foto dan video saat target dan selingkuhannya bertemu.

Investor Asing
Black Widow (nama samaran) adalah satu narasumber detikcom yang berprofesi sebagai intelijen informasi. Dia merupakan seorang penyedia jasa intelijen khusus untuk investor asing.

“Kalau dibilang detektif di pikiran saya seperti Sherlock Holmes. Saya hanya seperti bisnis intelijen,” tuturnya.

Wanita yang ingin identitasnya dirahasiakan ini memang hanya menawarkan jasa pencarian informasi. Jasanya digunakan kebanyakan oleh konsultan maupun perusahaan asing yang ingin berinvestasi di Indonesia.

Ternyata perusahaan-perusahaan asing itu jauh lebih mementingkan informasi tentang calon rekannya di Indonesia maupun pejabat-pejabat terkait yang berhubungan dengan investasinya di Indonesia, ketimbang regulasi perizinan.

“Misalnya ada calon investor asing mau menanam modal di sini, mereka ingin tahu. Misalnya pemerintah lelang proyek tol, atau pabrik pupuk, ada kasus korupsi yang melibatkan rekanya. Nah mereka ini kan nggak punya akses khusus untuk dapat informasi. Sementara yang ada di media kan hanya di permukaan, mereka ingin tahu di balik cerita itu ada siapa,” tuturnya.

Kebanyakan dari kliennya meminta untuk mengumpulkan informasi sedetail mungkin tentang perusahaan rekanannya. Mulai dari rekam jejak perusahaan hingga informasi direksinya, apakah pernah tersandung kasus, siapa orang di belakangnya. Bahkan informasi pribadi, seperti apakah direksi perusahaannya punya perilaku menyimpang seperti pedofil.

Tak hanya itu, dia beberapa kali diminta untuk mengulik regulasi yang berkaitan dengan bisnis kliennya. Seperti misalnya alasan dan tujuan pemerintah mengeluarkan kebijakan itu. Terkadang mereka juga meminta dirinya untuk menggali informasi tentang proyek yang tengah tersandung masalah korupsi.

Kunci kesuksesan Black Widow menjalani misinya adalah jaringan yang luas. Pekerjaannya saat ini memang membuat dia memiliki kelebihan untuk bisa memiliki jaringan yang luas. Mulai dari perusahaan-perusahaan besar hingga sumber-sumber di kementerian dan lembaga pemerintahan.

“Bisnis ini basic-nya adalah kepercayaan. Dalam membuat laporan saya menyembunyikan identitas sumber saya. Ya intinya klien saya harus percaya dengan saya,” tuturnya.

Black Widow menjalani bisnis sampingannya itu sejak 2013. Saat itu ada konsultan bisnis dari Singapura yang meminta untuk dicarikan sosok yang bisa mencari informasi. Konsultan bisnis itu mendapatkan kontaknya dari jejaring sosial linkedIn.

“Saya tidak pernah menawarkan jasa ini. Sampai saat ini banyak investor yang tiba-tiba email. Bahkan banyak klien saya yang sampai saat ini belum pernah bertemu,” ujarnya.

Berkat ketepatannya dalam menggali informasi, Black Widow mendapatkan klien berkat rekomendasi dari klienya yang lain. Sekali mengirimkan laporan dia bisa dibayar hingga ribuan dolar AS.

Sumber:detik.com