Mengejar Cuan di Bulan Kemerdekaan

Mengejar Cuan di Bulan Kemerdekaan
Ermawati (44), pedagang pernak-pernik kemerdekaan di Kota Batam, Kepulauan Riau (Kepri). (Foto: Muhammad Chairuddin)

BATAM – Peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) ke-77 tinggal beberapa hari lagi, tepatnya pada 17 Agustus nanti.

Biasanya, sejak akhir bulan Juli dan memasuki awal Agustus banyak ditemukan pedagang musiman. Pedagang menjual atribut hari kemerdekaan seperti bendera, umbul-umbul, hingga bambu merah putih.

Sang Merah Putih sepanjang Agustus akan berkibar mulai dari pelosok hingga ke kota di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Begitulah cara rakyat merayakannya di bulan kemerdekaan setiap tahunnya.

Ermawati (44), salah satu dari pedagang pernak-pernik kemerdekaan di Kota Batam, Kepulauan Riau. Bermodalkan sebuah tenda atau pondok yang hanya bertutup terpal, Ermawati beserta suami memajang berbagai atribut kemerdekaan.

Teriknya panas, dinginnya hujan sepertinya hal biasanya baginya untuk meraih cuan di wilayah Bengkong, Kota Batam. Pasalnya, momen kemerdekaan salah satu waktu yang dinanti setiap tahunnya.

Menurutnya, menjual atribut kemerdekaan merupakan usaha menjanjikan untuk membantu perekonomian keluarganya. “Setahun sekali. Penjualan dua minggu bisa Rp10 juta. Tidak dipungkiri memang lumayan,” ujarnya kepada ulasan.co.

Wanita yang dalam kesehariannya adalah ibu rumah tangga (IRT) itu mulai banting setir menjadi pedagang atribut kemerdekaan sejak Juli 2015 silam.

Saat itu, ia dan suaminya berprofesi sebagai fotografer terinspirasi dari keluarga penyewa di tempatnya. Tetangganya itu terlihat memiliki keuangan yang baik sejak berjualan atribut kemerdekaan.

Dari kisah itu, ia dan suami mencoba terjun untuk menuai pundi-pundi rupiah di bulan kemerrdekaan, meski masih bergantung pada orang lain. “Dulu saya ambil sama orang dan bukan modal sendiri. Dapat sekitar Rp7 juta. Alhamdulillah,” ujarnya.

Seiring berjalannya waktu, Ermawati mulai betah menjadi pedagang musiman itu. Bosan bergantung dengan orang lain, ia mencoba peruntungan dengan membuka gerai sendiri sejak 2019 lalu.

Bermodalkan sekitar Rp30 juta, ia dan suami berhasil memasok berbagai atribut kemerdekaan dari Pulau Jawa. Tercatat hanya bambu saja yang berasal dari Tanjungpinang dan Palembang. “Ini ambil dari Jawa. Ambil perkodi. Satu kodinya murah tapi kan transportasinya lumayan juga,” kata Ermawati.

Dirinya juga pernah merasakan borongan jutaan rupiah dari pelanggannya. Dalam sekali pembelian saja, dagangan yang laku mencapai Rp10 juta. “Dulu pernah dapat orderan paling banyak Rp10 juta langsung satu orang. Terus Rp6,5 juta. Biasanya untuk perusahaan, itu sekitar tiga tahun yang lalu,” kata Ermawati.

Pendapatan itu, menjadi suntikan semangat berjualan demi mencukupi kebutuhan keluarga dan anaknya yang berada di pondok pesantren.

Sempat Rugi Jutaan Rupiah

Perjalanan Ermawati dan suami dalam mengolah Sang Merah Putih tak serta-merta lurus tanpa hambatan.

Lika-liku berdagang sempat keduanya rasakan pada 2018 lalu. Pembelian kali itu tak sebanding dengan penjualan keduanya. Alhasil, Ermawati harus menanggung kerugian hingga jutaan rupiah.

“Paling sedikit dulu 2018 saya malah nombok, karena over load. Sedangkan penjualan sepi,” ungkapnya.

Baca juga: Sambut Kemerdekaan RI, Warga Gang Sagu Hias Taman Dengan Barang Bekas

Ditambah lagi, saat itu ia harus membayar tiga orang pekerjanya yang tersebar di tiga titik di Kota Batam. Saat itu, pembelian atribut oleh Ermawati mencapai Rp30 juta. “Total pemasukan hanya Rp17 juta,” katanya.

Beruntung, dengan keyakinan dan kegigihan ia beserta suami, hal itu dapat mereka atasi. Barang belum laku setiap tahunnya akan ia simpan dengan agar tidak rusak. Karena baginya, Sang Merah Putih bukan hanya sekedar tempat ia mencari sesuap nasi.

Merah Putih juga melambangkan perjuangan para pendahulu serta harkat dan martabat negara yang wajib dijaga sampai kapan pun. “Kalau ada sisa, saya simpan baik-baik. Ini bendera kita sangkut pautnya langsung sama negara. Wajib dijaga,” tegas Ermawati.

Kini, Ermawati dan suaminya masih aktif berjualan berbagai atribut kemerdekaan. Dengan tiga gerai yang ia kelola, Sang Merah Putih memberikan berkah bagi keluarga mereka.

Sementara itu, pedagang lainnya, Yude mengatakan, penjualan itu baru berlangsung sejak beberapa hari lalu. Ia menjelaskan, dirinya menyediakan berbagai jenis pernak-pernik kemerdekaan. Mulai dari bendera hingga latar belakang atau kerap disebut Background.

“Iya baru beberapa hari ini kita buka. Ada bendera motor hingga latar belakang merah putih,” ujarnya, Ahad (31/07).

Yude melanjutkan, pernak-pernik kemerdekaan itu ia jual dengan harga yang bervariasi. Tergantung dengan jenis barang yang diinginkan pelanggan.

“Harga sekitar Rp10 ribu sampai Rp400 ribu. Kita jual sampai sebelum 17 Agustus,” ungkapnya.

Begitu juga dengan Taufik Hidayat, pedagang pernak-pernik kemerdekaandi Natuna.

“Saya sengaja dari Garut datang ke Natuna, untuk berjualan pernak-pernik agustusan,” ucap Taufik, di Jalan Datok Kaya Wan Moh Benteng, Kecamatan Bunguran Timur, Kamis (28/07).

Ia mengaku, ini adalah tahun kedua berjualan pernak pernik di Natuna, ada pun pernak pernik yang dipasarkan meliputi sebagian besar bendera dan umbul-umbul.

“Background panjang 9 meter lambang garuda saya menjual Rp400 ribu hingga 500 ribu. Untuk ukuran kecil merah putih Rp300 ribu. Umbul-umbul Rp50 ribu hingga 65 ribu. Sedangkan bendera yang satu meter Rp80 ribu,” pungkas pria yang akrab dipanggil Opik. (*)