Mengenal Kecenderungan Kasus Bunuh Diri, Ini Faktor dan Tanda-Tandanya Menurut Sosiolog

Sosiolog Universitas Maritim Raja Ali Haji, Marisa Elsera (Foto:Dok/Pribadi/Marisa Elsera)

“Bahkan kini di internet kita bisa menemukan sejumlah artikel yang menuliskan pedoman bunuh diri yang baik dan benar, coba aja cari ada banyak itu,” ungkap dia.

Belum lagi, tekanan sosial yang sebelumnya dibahas, hal ini juga bisa semakin mendorong seseorang untuk bunuh diri.

Marisa pun berpesan kepada agar setiap pribadi di masyarakat tidak enggan berkomunikasi dengan lingkungan saat mengalami tekanan, kalut ataupun stress berlebihan.

“Apalagi jika dalam kondisi yang membutuhkan pertolongan secara mental dan pemikiran,” tuturnya.

Namun jika saluran komunikasi dengan orang tua atau teman yang tidak memadai dan sulit memahami, maka seseorang bisa mencari bantuan ke pihak lainnya.

“Kalau di sekolah bisa ke guru BP, atau jika di luar bisa ke profesional seperti psikiater, apalagi sekarang sudah ditanggung BPJS,” sebutnya lagi.

Kemudian secara sosial, masyarakat saat ini harus mulai ‘aware’ alias menyadari untuk menghindari hal-hal yang bisa menyebabkan seseorang bunuh diri seperti bullying, justifikasi (menghakimi) di media sosial baik orang yang dikenal dan tidak dikenal.

Ilustrasi faktor kecenderungan kasus bunuh diri. (Foto:Dok/Freepik)

Ia juga menekankan, agar masyarakat memperhatikan tanda-tanda bunuh diri dari perubahan perilaku seseorang.

Menurutnya, seringkali orang bunuh diri sebelumnya memberikan sebuah ‘warning’ atau peringatan. Misalnya, membuat status atau curhat di media sosial seperti halnya mental health yang sering di bahas Gen-Z.

“Hal itu jangan dianggap remeh, bisa jadi itu caranya untuk mengungkapkan tanda-tanda yang dicicilnya sebelum melakukan bunuh diri,” ujarnya.

“Biasanya juga mereka akan menunjukan tanda-tanda kecil, seperti menusuk tangannya dengan garpu atau benda lain untuk mendapat perhatian,” sambungnya.

Kemudian masyarakat harus mulai peka terhadap perubahan perilaku dari orang-orang disekitar, keluarga, teman atau orang-orang yang disayang.

Perubahan itu, tak hanya seperti seseorang yang sebelumnya periang, tiba-tiba menjadi pendiam.

Bahkan sebaliknya, orang yang sebelumnya pendiam tiba-tiba menjadi periang, itu juga patut dicurigai, karena hal itu bisa saja untuk menutupi perasaan dari tekanan yang ia alami.

“Apa yang perlu dilakukan? Mulailah menjadi pendengar, menjadi tempat curhat dan pemberi masukan yang baik serta berikan perhatian, dan jika sulit ditangani bimbing ia ke psikiater,” tutupnya.