Mengukur Kesiapan Kota Tanjungpinang Hadapi Gelombang II COVID-19 (Bagian I)

Wali Kota Tanjungpinang, Rahma, saat meninjau vaksinasi di Bintan Centre, Tanjungpinang. (Foto: Muhammad Chairuddin)

Tanjungpinang – Hari demi hari, kasus COVID-19 kian menjadi bahan yang seksi untuk masuk dalam topik pembahasan di Indonesia, termasuk juga di Tanjungpinang, Ibu Kota Provinsi Kepulauan Riau.

Sejak munculnya kasus pertama di Tanjungpinang pada Selasa (17/03/2020) lalu, jumlah kasus positif di Kota Gurindam pun semakin melonjak. Berdasarkan data Satuan Tugas Penanganan COVID-19 dan Percepatan Pemulihan Ekonomi Provinsi Kepulauan Riau, hingga Rabu (26/05), tercatat jumlah kasus COVID-19 mencapai 3.056 orang dengan jumlah kasus aktif mencapai 430 orang.

Pada hari yang sama, jumlah pasien sembuh mencapat 2.556 orang. Sedangkan jumlah pasien meninggal mencapai 70 orang. Berdasarkan jumlah tersebut, Kota Tanjungpinang kini berstatus zona orange.

Isolasi

Pemerintah Kota Tanjungpinang telah memindahkan para pasien COVID-19 yang menjalani isolasi mandiri ke lokasi isolasi terpadu di Hotel Lohas, Km. 23. Pemindahan tersebut berlangsung sejak Selasa (25/05).

Wali Kota Tanjungpinang, Rahma, saat meninjau vaksinasi di Bintan Centre, Tanjungpinang. (Foto: Muhammad Chairuddin)

Wali Kota Tanjungpinang, Rahma, mengatakan bahwa pemindahan tersebut berlaku bagi pasien positif COVID-19 yang menjalani isolasi mandiri di tempat yang tidak sesuai standar.

“Hari ini juga, kami persiapan. Pasien yang positif COVID-19 di Tanjungpinang yang tidak memenuhi kriteria isolasi di rumah, kami tempatkan di satu tempat di Hotel Lohas yang sudah disiapkan oleh pihak provinsi,” jelasnya saat meninjau vaksinasi di Bintan Centre Tanjungpinang, Senin (24/05).

Lohas Hotel.

Lanjut Rahma, Hotel Lohas telah siap menerima pasien sejak Selasa (25/05).

“Insyaallah, besok. Karena kesiapan Hotel Lohas itu menerima pasien itu besok hari Selasa,” lanjut Rahma.

Selain itu, Rahma juga mengungkapkan bahwa mulai Senin (24/04), Pemkot Tanjungpinang akan mulai mendata pasien-pasien isolasi mandiri yang rumahnya tidak memenuhi kriteria.

“Hari ini kita mulai mendata kembali pasien yang diisolasi di rumahnya dan tidak memnuhi kritesia akan kita pindahkan ke lokasi isolasi terpadu. Kenapa ini penting, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Sehingga penyebaran itu tidak meluas. Ke seputaran keluarga terutama,” tuturnya.

Rahma juga menjelaskan bahwa syarat karantina mandiri ialah wajib menyediakan kamar tidur yang memiki kamar mandi sendiri serta dilengkapi dengan ventilator. Ia pun mengaku telah mengeluarkan perwako untuk memperkuat hal tersebut. Selain itu, rahma berharap seluruh masyarakat dapat mematuhi kebijakan dari pemerintah.

Wali Kota Tanjungpinang itu juga telah mengeluarkan surat edaran untuk seluruh masyarakat agar meniadakan aktivitas berkerumun.

“Hari ini saya juga megeluarkan surat edaran utnuk tidak ada lagi kerumunan termasuk pesta. Karena merajuk pada peraturan yang lebih tinggi. Termasuk pesta perkawinan,” tegasnya.

Sementara itu, Budi salah seorang pasien COVID-19 di Tanjungpinang mengatakan bahwa hari pertama saat menjalani karantina di hotel Lohas, pasien COVID-19 kelaparan, karena petugas tidak menyediakan makan malam.

“Tadi malam sempat lapar karena tidak ada makan malam,” kata Budi, salah seorang pasien COVID-19, yang dihubungi via WhatsApp, Rabu (26/05).

Ia dan pasien lain mulai menjalani karantina terpadu di Hotel Lohas pada Selasa sore (25/5). Baru tadi pagi, petugas menyediakan sarapan.

“Tadi malam saya terpaksa minta bantu teman saya untuk mengantarkan makanan,” tuturnya.

Budi bersama sejumlah pasien COVID-19 tinggal dalam satu rumah. Di rumah itu, mereka juga kesulitan air bersih untuk mandi, karena pipa bocor.

Aditya, pasien COVID-19, yang berada dalam satu rumah dengan Budi, mengeluhkan hal yang sama. Tadi malam mereka tidak dapat tidur nyenyak lantaran kepanasan.

“Tidak ada pendingin ruangan atau pun kipas angin. Ya, kami mohon sediakan kipas angin saja karena ruangan rumah ini panas,” keluhnya.

Aditya juga mengeluhkan sarana lainnya, seperti tidak ada kompor untuk memasak atau memanaskan air. “Dispenser pun tidak ada. Kami butuh air hangat untuk melegakan tenggorokan,” ucapnya

Aditya pun mengeluhkan juga tidak ada jemuran pakaian. Jika ada tali, mereka siap membuat jemuran sederhana.

“Bagaimana kami mau cuci baju kalau pipa bocor. Mandi saja sulit. Bagaimana kami mau jemur pakaian, kalau jemurannya tidak ada,” katanya.

Sebelumnya, Sekda Tanjungpinang Teguh Ahmad Syafari, mengatakan, Hotel Lohas disewa untuk karantina terpadu mengingat pasien COVID-19 yang menjalani karantina terpadu di Gedung Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Kepri di Bintan sudah penuh.

Hotel Lohas disewa oleh Pemprov Kepri, sementara Pemkot Tanjungpinang menyiapkan konsumsi untuk para pasien.

“Baru sehari yang lalu pasien yang dianggap tidak memenuhi syarat untuk melakukan isolasi mandiri di rumah dipindahkan ke Hotel Lohas,” katanya.

Berdasarkan data Satuan Tugas Penanganan COVID-19 dan Percepatan Pemulihan Ekonomi Provinsi Kepulauan Riau, hingga Rabu (26/05), jumlah pasien yang menjalani perawatan mencapai 36 orang dengan rincian, 24 orang di RSUD Raja Ahmad Tabib, 5 orang di RSUD Kota Tanjungpinang, dan 7 orang di RSU AL dr. Midiyato Suratani. Selain itu, jumlah pasien karantina mencapai 394 orang, dengan rincian 360 mandiri, dan 34 orang isolasi di LPMP. Dengan demikian, jumlah tempat tidur atau bad yang telah terpakai mencapai 109 tempat tidur, 53,28% dari kapasitas.

RT-PCR

Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Tanjungpinang, Nugraheni, menegaskan bahwa alat tes RT-PCR di RSUD Tanjungpinang sering mengalami trouble (bermasalah).

Kadinkes Kota Tanjungpinang, dr. Nugraheni.

Menurut Nugraheni, hal tersebut dapat memengaruhi pelayanan terutama saat melakukan uji tes COVID-19. Alat tes COVID-19 RT-PCR yang saat ini berada di RSUD Tanjungpinang merupakan alat yang sudah lama. Alat tersebut pun telah digunakan sebelum wabah COVID-19 terjadi.

“Di RSUD ada, cuma itu alat yang dulu. Dipakai sebelum COVID-19,” ujarnya.

Tambah Plt. Kadinkes Tanjungpinang itu, karena sudah lama, alat tersebut pun sering mengalami masalah.

“Karena itu sudah lama, jadi sering trouble (bermasalah),”

Dengan sering bermasalahnya alat tersebut, Satgas COVID-19 Tanjungpinang kerap kali berpusat di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKL-PP) Batam.

“Jadi, kita berpusat di BTKL Batam,” jelasnya.

Lanjut Nugraheni, di Tanjungpinang juga terdapat alat tes RT-PCR lainnya. Alat tersebut berada di RSAL dan RSUD RAT. Namun, alat tersebut hanya untuk pasien rawat inap.

“Ada di RSAL dan RSUD RAT. Tapi mereka diperuntukkan untuk yang rawat inap,” ucap Nugraheni.

Nugraheni mengaku bahwa ia telah menyampaikan agar alat tersebut dapat digunakan juga untuk membantu masyarakat yang membutuhkan hasilnya untuk segera kelua. Misalnya yang sudah keluar gejala. Sehingga dapat segera mendapatkan penanganan.

Raja Ahmad Tabib, 7 di RSUD Kota Tanjungpinang, 7 RSUAL dr. Midiyato Suratani, 292 orang isolasi mandiri, dan 40 orang isolasi di LPMP.

Penulis: Muhammad Chairuddin dan Fara