JAKARTA – Perang Rusia-Ukraina yang masih berlangsung hingga saat ini, masih menjadi topik pembiacaraan menarik. Kabar terbarunya, Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa sedang mengupayakan dialog damai untuk mengakhiri perang.
Bahkan ekonomi Rusia tampak baik-baik saja, dan bahkan ramai pemberitaan oleh media asing. Rusia harus impor amunisi dari luar seperti Iran dan Korea Utara.
Menariknya, bicara perekonomian Rusia teryata menjadi perhatian bagi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno.
Situasi perang yang berkepanjangan di Ukraina, Rusia terus mendapat tekanan embargo dan sanksi ekonomi dari negara-negara Barat.
Namun bukan malah menyulitkan posisinya, justru Negeri Beruang Merah dilaporkan malah mendapatkan untung besar dari konflik tersebut.
Keuntungan besar didapatkan setelah Moskow mengalihkan sebagian besar arus perdagangannya ke wilayah timur, pascagoyahnya sebagian besar rantai pasokan di pasar Eropa akibat sanksi Barat.
Rusia yang dipimpin Presiden Vladimir Putin, berhasil menerapkan kembali taktik kontrol modal yang mengharuskan eksportir, termasuk produsen minyak utama, untuk menjual pendapatan mereka dari perdagangan luar negeri di pasar domestik untuk mengamankan arus masuk mata uang asing.
Berkat taktik jitu tersebut, mata uang rubel berhasil menguat sekitar 5 persen terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Oktober 2023.
Faktor lainnya, dilaporkan pendapatan bulanan Moskow dari ekspor minyak saat ini lebih besar. Bila dibandingkan sebelum invasi ke Ukraina. Hal ini menunjukkan, adanya kegagalan langkah-langkah untuk mengekang dana perang mereka.
Tepat pada 10 bulan pertama tahun 2023, melansir dari cnbc, neraca transaksi Rusia mencatat, perdagangan, investasi dan transfer terhadap negaranya berjumlah US$53,8 miliar atau sekitar Rp834 triliun.
Hingga mencapai level tertinggi di September 2023, surplus Rusia bahkan melebihi US$11 miliar pada Oktober 2023 saja. Bank sentral negara tersebut bahkan merevisi proyeksi transaksi dari US$45 miliar, menjadi US$60 miliar akibat melonjaknya harga minyak.
Berkat adanya sanksi ketat, pendapatan Moskow dari penjualan minyak dan gas malah mencapai US$17,7 miliar pada Oktober, melonjak ke level tertinggi, dalam satu setengah tahun meskipun ada perkiraan defisit yang besar.
Sebelumnya Menparekraf, Sandiaga Uno melalui akun Instagram pribadinya, juga sempat mengatakan, Rusia mendapat untung US$5 miliar atau Rp74 triliun per hari dari perang Ukraina.
Sandiaga yang berlatar belakang seorang pengusaha itu mengatakan, untung itu diraup dari kenaikan harga minyak dunia yang terjadi akibat perang itu.
Kemudian, lanjut Sandiaga, kenaikan ini memberikan untung besar bagi Rusia yang juga merupakan merupakan produsen minyak terbesar ketiga di dunia setelah AS dan Arab Saudi.
Sandiaga menyebutkan, meski Rusia saat ini menjual minyak di bawah harga pasar, negara produsen minyak terbesar ketiga itu masih mendapat keuntungan sebesar US$6 miliar atau sekitar Rp89,2 triliun per hari.
Berkat untung besar itu, tak heran jika perang Rusia-Ukraina berlangsung lama.