Tanjungpinang – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kepri menyampaikan jumlah penduduk miskin di daerah itu naik sebesar 6,12 persen atau 1.852 orang, yaitu dari 142.611 orang pada September 2020 menjadi 144.462 orang pada Maret 2021.
“Jika dibandingkan dengan Maret tahun 2020, jumlah penduduk miskin bertambah sebanyak 12.497 orang,” kata Kepala BPS Provinsi Kepri Agus Sudibyo di Tanjungpinang, Jumat (16/7).
Berdasarkan daerah tempat tinggal, kata Agus, pada periode Maret 2020-Maret 2021, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan bertambah dari 108.859 orang menjadi 124.896 orang, sedangkan daerah perdesaan berkurang dari 23.107 orang menjadi 19.566 orang.
“Persentase kemiskinan di perkotaan naik dari 5,42 persen menjadi 5,72 persen. Sementara itu di perdesaan terjadi kenaikan dari 10,43 persen menjadi 11,10 persen,” ungkapnya.
Dia menjelaskan pemicu penambahan angka penduduk miskin di daerah itu dikarenakan pada rentang bulan September 2020 hingga Maret 2021 terjadi kenaikan harga bahan kebutuhan pokok atau terjadi inflasi.
Menurutnya inflasi juga terkait erat dengan kemiskinan, semakin tinggi inflasi maka penghasilan pekerja dengan gaji tetap akan tergerus nilainya.
“Contoh, dulunya bisa beli beras 1 kilogram dengan Rp50 ribu, dengan adanya inflasi uang 50 ribu hanya bisa beli kurang dari sekilo. Kalau asupan kalorinya kurang, maka seseorang akan dekat dengan garis kemiskinan,” ungkap Agus.
Baca juga: Daftar Miliarder India Ini Makin Kaya, Saat Jutaan Warga Jatuh Miskin
Agus menyampaikan besarnya sumbangan garis kemiskinan makanan terhadap garis kemiskinan pada Maret 2021 sebesar 66,82 persen.
Selama periode September 2020-Maret 2021, lanjut dia, garis kemiskinan naik sebesar 4,03 persen, yaitu dari Rp617.532 per kapita per bulan pada September 2020 menjadi Rp642.425 per kapita per bulan di bulan Maret 2021.
Sementara pada periode Maret 2020-Maret 2021, garis Kemiskinan naik sebesar 4,51 persen, yaitu dari Rp 614.727 per kapita per bulan pada Maret 2020 menjadi Rp 642.425 per kapita per bulan pada Maret 2021.
Adapun komoditi makanan yang memberikan kontribusi terbesar pada garis kemiskinan pada Maret 2021 di perkotaan adalah beras, yaitu sebesar 15,17 persen, lebih besar dari kontribusi komoditi rokok kretek filter yang sebesar 10,44 persen. Daging ayam ras memberikan kontribusi terbesar ketiga terhadap garis kemiskinan, yaitu 5,41 persen.
Sementara itu untuk wilayah perdesaan, beras dan rokok kretek filter memberikan kontribusi terbesar terhadap garis kemiskinan masing-masing sebesar 20,11 persen dan 10,62 persen. Komoditi bukan makanan yang memberikan sumbangan terbesar baik pada garis kemiskinan perkotaan dan perdesaan adalah perumahan, listrik, dan bensin.
“Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin, namun dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan,” ungkapnya.
Lebih lanjut Agus menyatakan pada periode September 2020-Maret 2021, Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan mengalami penurunan.
Indeks Kedalaman Kemiskinan pada September 2020 adalah 1,213 dan pada Maret 2021 mengalami penurunan menjadi 1,070. Demikian pula halnya dengan Indeks Keparahan Kemiskinan turun dari 0,423 menjadi 0,280 pada periode yang sama.
“Sementara apabila dilihat pada periode sebelumnya yaitu Maret 2020-Maret 2021, Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan secara umum juga mengalami penurunan, meskipun P2 di perkotaan mengalami kenaikan,” pungkasnya.
Pewarta: Antara
Redaktur: Albet