TANJUNGPINANG – Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Cabang Kepulauan Riau (Kepri) mengimbau instansi pemerintah, organisasi kemasyarakatan, media massa dan siapa saja agar menggunakan foto resmi tiga pahlawan nasional dari Provinsi Kepri, yakni Raja Haji Fisabilillah, Raja Ali Haji dan Sultan Mahmud Riayat Syah.
Hal ini untuk menghindari kesalahan fatal, seperti halnya penggunaan foto Raja Ali Haji yang banyak beredar dan banyak digunakan, seperti di media massa dan media sosial yang keliru.
“Saat pengajuan tiga pahlawan nasional itu, disertai dengan foto. Jadi kita imbau semua pihak agar menggunakan foto resmi yang sudah ada itu. Kalau memasang foto yang sumbernya asal comot, itu berbahaya. Terjadi kekeliruan sejarah. Beberapa waktu lalu, Raja Ali Haji jadi Google Doodle.”
“Jadi pembicaraan orang namun parahnya foto yang digunakan bukan foto Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad. Tapi yang dipakai foto Raja Ali yang bergelar Tengku Selat, Ketua Ahmadi Co di Pulau Midai,” kata Penasihat MSI Cabang Kepri, Rida K Liamsi dalam diskusi pengurus MSI Cabang Kepri di Kafe Shooter, Bintan Centre, dalam keterangan tertulisnya diterima Jumat (18/11).
Ketua MSI Cabang Kepri, Anastasia Wiwik Swastiwi menyebutkan, untuk foto Sultan Mahmud Riayat Syah dan Raja Haji Fisabilillah yang berupa skesta wajah itu nyaris tidak ada perdebatan karena foto keduanya tidak ada. Hal ini berbeda dengan Raja Ali Haji yang foto yang banyak digunakan adalah foto yang keliru.
“Kita belum menemukan foto wajah asli Raja Ali Haji. Jadi kita gunakan saja sketsa foto yang digunakan saat penetapan Raja Ali Haji sebagai pahlawan nasional,”kata Wiwik.
Wiwik mengkhawatirkan, jika tidak diluruskan pemakaian foto yang sembarangan akan berdampak pada pengaburan sejarah. Ini nantinya berefek pada kesejarahan daerah ini di masa depan.
“Generasi mendatang nantinya meyakini foto-foto yang banyak beredar dan mereka lihat, itu yang benar. Makanya kita luruskan agar kekeliruan yang ada tidak berkelanjutan,”tegasnya.
Raja Ali Haji, pahlawan nasional atas kiprahnya dalam bidang kebahasaan meninggal tahun 1873 di Pulau Penyengat. Beliau meninggal dengan meninggalkan sejumlah karya monumental yang banyak dikenal, seperti Tuhfat al Nafis, Gurindam 12, Kitab Pengetahuan Bahasa dan sejumlah karya lain. Makamnya ada di Pulau Penyengat dan jadi salahsatu tujuan utama wisata ziarah di Pulau Penyengat.
Baca juga: Raja Ali Haji Pengarang Gurindam 12 Jadi Google Doodle Hari Ini
Sampai saat ini baru ada tiga pahlawan nasional dari Provinsi Kepri. Raja Haji Fisabilillah ditetapkan menjadi pahlawan nasional berdasarkan Keppres No. 972/TK/Tahun 1997, 11 Agustus 1997. Sementara, Raja Ali Haji ditetapkan sebagai pahlawan nasional berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 089/TK/Tahun 2004 tanggal 5 November 2004. Sultan Mahmud Riayat Syah menjadi pahlawan nasional ketiga dari Kepri berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 115 TK Tahun 2017 tanggal 6 November 2017.
Biodata Singkat;
1. Sultan Mahmud Riayat Syah
Sultan Mahmud Riayat Syah(SMRS) biasa juga disebut Sultan Mahmud III. Ia pahlawan nasional ketiga dari Provinsi Kepri, setelah Raja Haji Fisabilillah dan Raja Ali Haji.
SMRS lahir pada tanggal 24 Maret 1756. Mahmud Syah III adalah anak bungsu dari sultan Johor ke-13, Abdul Jalil Muazzam Syah dengan istri keduanya, Tengku Puteh. SMRS jadi sultan saat masih belia. Sepanjang hidupnya, ia aktif dalam melawan Belanda. Strategi gerilya laut yang dikembangkannya melawan Belanda menjadikan sosok ini jadi lawan yang ulet bagi Belanda hingga ia wafat. Ia memiliki dua putra, Tengku Abdulrahman dan Tengku Husein.
SMSR adalah Sultan Riau Lingga dengan wilayah takluknya kini menjadi tiga buah negara yakni Indonesia, Singapura dan Malaysia. Makam SMRS berada di belakang Masjid Sultan, Daik Lingga. Nama SMRS diabadikan menjadi nama Lapangan Sepakbola di Daik Lingga, nama perkantoran di Kantor Gubernur Kepri, Dompak dan nama masjid di Sagulung, Kota Batam.
2. Raja Haji Fisabilillah
Raja Haji Fisabilillah lahir di Hulu Riau sekitar tahun 1727. Orangtuanya adalah Daeng Celak (Yang Dipertuan Muda Riau II) dan Tengku Mandak, adik dari Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah, Sultan Riau Lingga pertama. Setelah Daeng Celak meninggal dunia, digantikan oleh pamannya Daeng Kamboja, yang bergelar YDM Riau III.
Raja Haji menjabat sebagai kelana, posisi sebelum menjabat YDM tahun 1777. Ia terlibat sejumlah perang dengan Belanda, seperti Perang Linggi tahun 1757. Ia tewas dalam perang menghadapi Belanda di Teluk Ketapang, Melaka tahun 1784. Jasadnya dibawa dan dimakamkan di Pulau Penyengat.
Nama Raja Haji Fisabilillah diabadikan menjadi nama bandara di Tanjungpinang, nama pangkalan Angakatan Udara di Tanjungpinang dan juga nama jalan di Tanjungpinang. Nama Raja Haji diabadikan juga untuk nama kampus di Tanjungpinang, yakni Stisipol Raja Haji dan juga jadi nama jembatan di Batam.
3. Raja Ali Haji
Sosok Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad merupakan sastrawan abad ke-19 dari Kepulauan Riau. Nama lengkapnya adalah Raja Ali al-Hajj Ibni Raja Ahmad al-Hajj Ibni Raja Haji Fisabilillah bin Opu Daeng Celak alias Engku Haji Ali Ibni Engku Haji Ahmad dengan Encik Hamidah binti Panglima Malik Selangor, di Pulau Penyengat Kepulauan Riau. Lahir pada tahun 1808 M.
Raja Ali Haji memiliki saudara enam orang : 1) Raja Muhammad Said (meninggal sepulangnya dari Betawai. 2) Raja Haji Daud. 3) Raja Abdul Hamid. 4) Raja Usman. 5) Raja Haji Umar. 6) Raja Haji Abdullah.
Senarai karya-karya Raja Ali Haji rangkaiannya sebagai berikut: 1. Gurindam Dua Belas (1857) 2. Bustanul al-Khatibin(1857) 3. Muqaddimah fil Intizam Wazaif Haji al-Malik (1857) 27Ibid., hlm. 23. 86 4. Samratu al-Muhimmati / Tamarat al-Muhammah (1857- 1886) 5. Kitab Pengetahuan Bahasa (1858) 6. Silsilah Melayu dan Bugis (1865)28 7. Tuhfat al-Nafis (1865) 8. Syair Kitab / Hukum al-Nikah / Syair suluh Pegawai (1866 dan 1889) 9. Syair Siti Sianah / Jawharat al-Maknunah (1866 dan 1923) 10. Syair Sinar Gemala Mestika Alam (1893) 11. Syair Hukum Faraid (1893) 12. Syair Awal (1863)29 Selain itu Raja Ali Haji juga menulis buku panduan dalam mengurus kerajaan. Yaitu al-Wustha, al-Qubra, al-Sugra dan Peringatan Sejarah Negeri Johor.
Nama Raja Ali Haji banyak diabadikan, seperti nama kampus Universitas Maritim Raja Ali Haji, nama museum di Batam, nama kawasan di Pekanbaru, yakni Bandar Seni Raja Ali Haji (Bandar Serai).(*)