Negara NATO Tak Sanggup Lagi Kirim Bantuan Senjata untuk Ukraina

Rudal AMRAAM yang dikirim untuk bantu Ukraina melawan Rusia. (Foto:AFP)

WASHINGTON DC – Sekitar 20 negara yang tergabung dalam North Atlantic Treaty Organization atau disebut dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara dilaporkan tak sanggup lagi mengirimkan bantuan senjata untuk Ukraina.

Hingga saat ini, Ukraina masih terus digempur oleh pasukan Rusia hingga terakhir mengenai fasilitas instalasi listrik. Sehingga, warga negara Ukraina harus hidup dalam keadaan gelap gulita.

Ketidaksanggupan mayoritas negara-negara NATO itu, terungkap lewat laporan The New York Times, Sabtu (26/11), dengan mengutip sumber-sumber di aliansi militer tersebut.

Sementara, kondisi sebaliknya jumlah persenjataan Rusia terus meningkat melalui pernyataan Dmitry Medvedev pekan lalu, bahwa Rusia tidak kekurangan senjata untuk terus melancarkan serangan ke Ukraina.

Seorang pejabat NATO mengatakan kepada The New York Times, ketika Rusia memulai operasi militer di Ukraina pada Februari lalu, persediaan senjata yang dimiliki sebagian negara NATO hanya setengah dari yang seharusnya. Kini, jumlahnya semakin menipis.

Pada saat yang sama, kemampuan untuk memproduksi senjata yang dapat digunakan negara-negara NATO secara bergantian hanya menghasilkan sedikit kemajuan.

Baca juga: Ukraina Dibombardir 70 Rudal Presisi Rusia dalam Sehari

Sementara itu, menurut The New York Times, hanya 18 persen dari pengeluaran pertahanan negara-negara Uni Eropa yang kooperatif dengan NATO.

Negara-negara NATO telah mengirimkan persenjataan senilai sekitar 40 miliar dolar AS atau setara Rp627,74 triliun ke Ukraina.

Jumlah itu kira-kira setara dengan besaran anggaran pertahanan tahunan Prancis. Akan tetapi, banyak negara telah kehabisan kemampuannya untuk memasok peralatan militer ke Kiev.

Menurut seorang pejabat NATO, sebanyak 20 dari 30 negara anggota aliansi militer itu sudah tak sanggup lagi memberikan lebih banyak dukungan ke Ukraina.

Sementara beberapa negara sekutu yang lebih besar seperti Prancis, Jerman, Italia, dan Belanda, masih mampu untuk mengirimkan bantuan untuk Ukraina.

Negara-negara Barat telah memberikan bantuan kemanusiaan, militer, dan keuangan kepada Ukraina di tengah agresi Rusia di Ukraina.

Moskow pun mengecam aliran senjata ke Kiev dari Barat itu. Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov mengatakan, setiap angkutan kargo yang berisi senjata untuk Ukraina, akan menjadi target serangan yang sah bagi Moskow.

Baca juga: Medvedev: Senjata Kami Cukup untuk Lanjutkan Serangan ke Ukraina