Nelayan Karimun Keluhkan Hasil Melaut Dihargai Murah

Ikan
Ikan. (Foto: Irvan Fanani)

KARIMUN – Nelayan Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), mengeluhkan kondisi melaut serta rendahnya harga penjualan ikan.

Seorang nelayan tradisional asal Kecamatan Tebing, Kabupaten Karimun, Suhardi No mengatakan, hasil dari melaut pada bulan Mei dan Juni tidak hanyak.

“Memang bulan lima sama enam ini sulit, ikan tidak banyak. Nanti mulai baik lagi biasanya di bulan sembilan sampai bulan empat,” katanya pada ulasan.co, Jumat 14 Juni 2024.

Disampaikan Suhardi, selain hasil tangkapan yang tidak banyak, harga penjualan ikan saat ini juga terbilang murah.

“Seperti ikan Tenggiri sekarang ditolak (dijual ke pengepul) Rp 53.000, standarnya itu Rp 59.000. Lalu ikan Parang ditolak Rp 20.000 sekilo, kalau standarnya itu Rp 30.000,” ujarnya.

Menurut Suhardi hasil menjaring ikan tidak menutupi biaya operasional para nyelayan. Ia memerinci untuk sekali berangkat setidaknya menghabiskan biaya sekitar Rp 400.000 lebih dengan pembagian Rp 300.000 untuk BBM dan gaji ABK sebesar Rp 100.000.

“Itu belum rokok, roti dan beras untuk berangkat. Palingan sekarang dapat hasil tiga ratus ribuan. Jadinya tidak menutup operasional,” ucapnya.

Baca juga: Pengamat Ekonomi: Nelayan Kepri Terimpit Impor Ikan dan Tengkulak

Suhardi menambahkan jika harga ikan dari nelayan ditentukan oleh pengepul. Namun, ia mengaku tidak mengetahui adanya ikan impor yang masuk dari Malaysia ke Kepri, termasuk Karimun.

“Kalau ikan masuk dari Malaysia saya tidak tau. Tapi jika masuk sampai empat ton tentu saja bisa mempengaruhi harga penjualan di sini,” sebut dia.

Terpisah, seorang nelayan Karimun yang enggan disebutkan namanya mengaku mendengar kabar terkait masuknya ikan dari negara luar ke Karimun.

“Saya baru jual ikan Parang sekilonya ke tauke Rp 20.000, di Moro yang parah ikan Parang sekilo Rp 13.000. Katanya ikan (masuk dari luar negeri) banjir, karena Malaysia dan Singapura tidak ambil,” kata sumber tersebut.

Ikuti Berita Ulasan.co di Google News