Nikmati Keseruan Ngabuburit di Pulau Belakang Padang sambil Berbuka Puasa dengan Kuliner Khas Melayu

Pulau Belakang Padang
Pulau Belakang Padang, Batam, Kepri (Foto: Dispar Kepi)

BATAM – Nikmati keseruan ngabuburit sambil berbuka puasa di Pulau Belakang Padang, Batam, Kepulauan Riau.

Tentutnya, bulan Ramadan identik dengan ngabuburit bukan? Aktivitas menunggu waktu berbuka puasa. Jika Anda kebetulan sedang berada di Kota Batam atau sedang merencanakan untuk pergi ke Batam di bulan Ramadan ini.

Anda dapat menambahkan list mengunjungi pulau yang satu ini, Pulau Belakang Padang sembari menunggu waktu berbuka puasa.

Bukan tanpa alasan. Ini karena di Pulau Belakang Padang akan memberikan pengalaman dan pemandangan yang tidak ada duanya di tempat lain. Di sini Anda tak perlu khawatir akan kesulitan mencari hidangan berbuka puasa. Ada banyak warung dan kedai makan yang menyediakan hidangan berbuka, serta tempat bersantap dengan pemandangan yang indah jelang waktu berbuka puasa.

“Pulau ini dijuluki Pulau Penawar Rindu ini dan letak geografis yang berbatasan langsung dengan Singapura. Menjadi keunikan atau daya tarik tersendiri Belakangpadang dapat dikembangkan menjadi sebuah destinasi wisata di Kota Batam,” ujar Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Kepri Buralimar saat berbuka puasa di Belakang Padang, Ahad (10/04).

Buralimar menerangkan, ada 6 kelurahan yang termasuk dalam wilayah kecamatan Belakang
Padang, yakni Kelurahan Pemping, Kelurahan Kasu, Kelurahan Pecong, Kelurahan Pulau Terong, Kelurahan Sekanak Raya dan Kelurahan Tanjung Sari.

“Begitu sampai di Pelabuhan Belakang Padang, ada tempat makan yang sangat terkenal yakni Kedai Kopi Botak, Ameng dan Cafe Haji Sulaiman yang wajib disinggahi,” katanya.

Selain itu, ada banyak pilihan tempat makan lain yang tidak kalah enak, karena penduduk asli di sini adalah orang Melayu, pastinya makanan kuliner khas Melayu yang paling banyak dijajakan.

“Tak perlu risau, ada juga menu makanan lain yang dijual, itu karena penduduknya sendiri terbilang heterogen dan kebanyakan pendatang,” ujarnya.

Ada satu tempat makan yang menyediakan menu khas Melayu seperti Mie Lendir dan Roti Prata, ditambah menu dari wilayah nusantara lainnya seperti mie goreng, soto dan es cendol yakni Kedai Kopi Botak.

“Kedai Kopi ini sangat dekat dengan pelabuhan kapal pancung. Sampai di gerbang pelabuhan, langsung saja sedikit berbelok ke arah kanan menuju pasar. Jangan heran jika sangat ramai,” katanya.

Baca juga: Perwara Kota Batam Berbagi Paket Sembako dengan Masyarakat Belakang Padang

Apalagi saat di jam sarapan pagi dan akhir pekan. Butuh sedikit perjuangan agar mendapat tempat duduk. Itu karena Kedai Kopi Botak paling strategis menghadap langsung ke pelabuhan. Ada juga tempat enak lainnya yakni Kedai Kopi Ameng.

“Kalau nggak Kedai Kopi Botak, ya Kedai Kopi Ameng. Teh tariknya paling enak ya di sini. Orang-orang ke Belakang Padang rata-rata penasaran dengan rasa teh tariknya. Emang betulan enak. Beda rasanya dengan teh tarik di tempat lain,” kata Aisyah, salah satu pengunjung dari Kota Tanjungpinang.

Selesai menyantap sajian berbuka puasa dan ingin melanjutkan ibadah salat Maghrib hingga tarawih, tidak jauh dari pelabuhan terdapat masjid terbesar di Belakang Padang yakni Masjid At-Takwa.

Mayoritas penduduk di sini adalah orang Melayu yang masih memegang teguh tradisi. Kebanyakan lebih nyaman tinggal di rumah panggung dari kayu yang berdiri dengan pancang di laut. Dinamika kehidupannya sangat menarik, para kepala keluarga kebanyakan menjadi nelayan atau pengemudi pancung.

Belakang Padang merupakan sebuah pulau yang tidak begitu luas. Jika hendak ke sini harus menyeberang dari Pelabuhan Domestik Sekupang (PDS) menggunakan perahu pancung yakni sejenis sampan kayu dan beratap terpal, berukuran sedang dan bermesin tempel. Menyebrang dengan perahu pancung adalah satu daya tarik utama Belakang Padang. (*)