Pasien Isoman Berjatuhan, Pemerintah di Kepri Lepas Tangan?

Foto : ilustrasi (Antara)

Pemerintah Daerah Lepas Tangan
Terlepas dari fasilitas rumah sakit dan minimnya tenaga kesehatan yang dimiliki oleh pemerintah daerah, apa yang dikatakan Kepala Dinas Kesehatan Kepri tersebut, merupakan gambaran jelas bagaimana pemerintah daerah di Kepri dalam menangani kasus COVID-19.

Foto : ilustrasi (Antara)

Banyak pihak menilai, sikap lepas tangan yang ditunjukkan pemerintah dalam menangani pasien isolasi mandiri tersebut, sebagai bentuk kegagalan pemerintah daerah Kepri, yang harusnya hadir dalam setiap persoalan yang dihadapi oleh rakyatnya.

Maka wajar bila kecenderungan ‘lepas tangan’ pemerintah dalam menangani pasien isolasi mandiri itu, membuat geram mahasiswa dan masyarakat umum.

Dedi Irwansyah, aktivis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Tanjungpinang menilai, hak hidup dan mendapatkan kesehatan pasien isoman telah diabaikan oleh Pemerintah Daerah Tanjungpinang.

“Pemerintah jelas lepas tangan dalam menangani pasien Isoman. Apapun dalihnya, sebagai wakil sebuah negara, jelas tidak bisa di terima,” jelas Dedy, Jumat (23/07).

Hal sama dikatakan Ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Tanjungpinang-Bintan. Muhammad Safar. Menurut Safar, tingginya angka kematian pasien Isoman karena tidak mendapatkan perawatan dari rumah sakit dan pemerintah, menjadi contoh betapa kacaunya penanganan COVID-19 di daerah Kepri.

“Bahkan, pasien Isoman harus membeli obatnya sendiri ke apotek. Bagaimana kalau mereka tidak punya uang? ” jelasnya.

Anggota DPRD Kepri dari Partai Hanura, Rudy Chua, mengaku hampir setiap hari mendapat laporan tentang pasien isolasi mandiri COVID-19 yang meninggal dunia.

Rudy Chua menilai, minimnya pengawasan dan kontrol kesehatan terhadap pasien isolasi mandiri, bisa diartikan bahwa pemerintah daerah tidak serius dalam menangani pandemi COVID-19.

“Lihat saja di Tanjungpinang, yang hanya memiliki 3 rumah sakit, sementara pasien COVID-19 dan non COVID-19 mencapai ribuan. Jadi pasti menjadi masalah,” tuturnya, Rabu (21/07).

Koordinator Lapangan Penerapan Protokol Kesehatan (Prokes) Pemerintah Kota Tanjungpinang, Surjadi, mengaku prihatin dengan banyaknya warga yang menjalani isoman meninggal dunia. Bahkan Suryadi terkejut, setiap hari selalu ada warga Isoman yang meninggal karena COVID-19.

“Hampir setiap hari warga positif COVID-19 yang menjalani isolasi mandiri meninggal dunia. Di pertengahan bulan Juli saja, sudah 10 orang yang meninggal,” ujar Surjadi, Kamis (22/07)

Menurut Surjadi, tren kematian isoman yang meningkat harus segera diantisipasi. Menurutnya, ada tiga hal yang menjadi faktor isoman meningal dunia. Pertama, kapasitas rumah sakit yang tidak memadai, kedua ada kelompok masyarakat tanpa testing langsung memutuskan untuk isolasi mandiri, dan ketiga protokol pemantauan isoman ini yang harus kita tingkatkan.

“Kemampuan rumah sakit harus segera ditingkatkan, meskipun kita tahu tidak semudah itu,” ujar surjadi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *