Pasien Isoman Berjatuhan, Pemerintah di Kepri Lepas Tangan?

Foto : ilustrasi (Antara)

Tanjungpinang – Dari sekian banyak kasus kematian yang dialami pasien COVID-19, pasien yang melakukan isolasi mandiri (Isoman), menjadi kelompok pasien paling rawan ‘menghadap malaikat maut’: kematian.

Alasannya? Karena ketika corona virus menyerang, tak ada yang bisa diandalkan oleh pasien Isoman, kecuali daya tahan tubuh, air kelapa muda, jahe merah, dan sejumlah pil vitamin, yang disediakan oleh keluarga di rumah.

Ketika kenaikan kasus COVID-19 makin menggila, lagi-lagi yang paling rentan menghadapi ancaman kematian, adalah pasien yang melakukan Isolasi mandiri. Logikanya sederhana, saat kasus COVID menggila, rumah sakit langsung penuh, oksigen habis, dokter depresi dan kelelahan.

Butuh keajaiban bagi pasien Isoman untuk bisa diterima masuk ke rumah sakit, meski kondisinya sedang gawat dan mendekati ajal.

Tidak seperti pasien COVID-19 di rumah sakit, yang ditangani oleh dokter khusus dengan sejumlah peralatan memadai, pasien yang menjalani Isoman hanya bisa pasrah dan berdoa, semoga malaikat maut tidak menghampirinya.

Intinya, seperti yang diungkapkan oleh Kepala Dinas Keshatan Provinsi Kepri, Mohammad Bisri beberapa waktu lalu, pemerintah daerah tidak sampai mengurus kondisi pasien yang melakukan isolasi mandiri. Soal kebutuhan dan perawatan, kata Kadinkes Bisri, menjadi tanggungjawab keluarga pasien.

“Kalau kita ikut mengecek pasien Isoman, dari mana tenaganya,” kata Bisri saat ditanya wartawan ulasan.co, Kamis (22/07) lalu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *