Pasien Koma 4 Hari Gegara RSUD Natuna Kehabisan Stok Jarum Cuci Darah

RSUD Natuna
Pasien penderita masalah ginjal saat berada di RSUD Natuna, Jalan Ali Murtopo, Kecamatan Bunguran Timur. (Foto: Muhamad Nurman)

NATUNA – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Natuna, Kepulauan Riau, kehabisan stok jarum untuk terapi cuci darah (hemodialisa). Akibatnya nyawa 19 pasien yang berobat di sana terancam, bahkan satu pasien sempat pingsan selama empat hari.

Hemodialisa atau hemodialisis merupakan terapi cuci darah di luar tubuh. Terapi ini umumnya dilakukan oleh pengidap masalah ginjal yang ginjalnya sudah tak berfungsi dengan optimal.

Pada umumnya pengidap masalah ginjal harus melakukan cuci darah 2-3 kali dalam satu minggu, jika tidak, racun di dalam tubuh mengendap dan bisa membahayakan nyawa, seperti yang terjadi di RSUD Natuna baru-baru ini.

Pasien penderita gangguan ginjal, Agung Elisa Hermawan mengatakan, nyawanya dan 18 pasien lainnya terancam. Sebab, tidak bisa melakukan terapi cuci darah.

Akibat tidak ditangani tubuh mereka bermasalah, ada yang mengalami pembekakan di kaki, sesak nafas bahkan masuk diruang Intensive Car Unit (ICU) selama satu minggu untuk perawatan khusus.

“Akibat tidak cuci darah, semua jadi tidak fit, saya menggigil, ada juga yang koma selama lima hari,” ucap Agung Elisa Hermawan di RSUD Natuna, di Kecamatan Bunguran Timur, Jumat (28/10).

Agung menerangkan, penyebab mereka tidak ditangani dikarena salah satu alat untuk melakukan terapi cuci darah kosong.

Mirisnya kekosongan tidak terjadi pada bulan ini saja, namun, sejak tiga bulan terakhir. Agung menilai managemen RSUD tidak propesional dan terlalu menyepelekan kesehatan orang lain, terlebih lagi alasan yang digunakan pihak manajemen selalu sama yakni alat dalam proses pengiriman.

Seharusnya, kata Agung, sebelum alat itu habis manajemen RSUD sudah melakukan pembelian atau segera menginformasikan kepada pasien jika memang tidak memiikk anggaran. Sebab, jika diperbolehkan mereka akan mengelurakan uang pribadi untuk membelinya. Namun, hal itu tidak dilakukan atau informasi yang diberikan mendadak.

“Kami seperti disepelekan, cuman urusan jarum Aterivena pisula. Saya heran barang seringan itu kosong. Ini tidak terjadi hari ini aja, sudah terjadi berkali-kali. Disini (Natuna) tidak ada tapi di Kota Batam banyak dijual diapotik,” ujarnya.

Ia berharap ada tindakan tegas untuk menajemen RSUD dan diminta segera melakukan pembenahan sebelum memakan korban dan membuat heboh.

“Ini masalah nyawa, katanya rumah sakit mau naik akreditasi, tapi ngurusin yang kecil aja tidak bisa,” ujarnya.

Baca juga: Duh, Limbah Medis RSUD Natuna Menumpuk Sampai 26 Ton