Peneliti Ingatkan Ancaman Penyakit dari Mikroplastik Limbah Masker

Peneliti Ingatkan Ancaman Penyakit dari Mikroplastik Limbah Masker
Ilustrasi - Petugas mengumpulkan limbah masker untuk dimusnahkan di Pusat Daur Ulang (PDU) Jambangan, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (11/1/2022). ANTARA FOTO/Rizal Hanafi/rwa.

Jakarta – Peneliti dari Ecological Observation and Wetland Conservation (ECOTON), Eka Chlara Budiarti mengatakan limbah medis seperti masker yang terurai di lingkungan dapat menjadi mikroplastik yang menjadi vektor bakteri.

Chlara mengatakan, limbah medis seperti masker memiliki potensi mengandung berbagai bakteri yang mudah menular seperti TBC dan sejenisnya.

“Ketika dibuang ke perairan atau ke lingkungan itu juga bisa ikut bakterinya dan selain itu masker bahannya dari plastik dan bisa terurai di alam. Maksudnya terurai bukan hilang begitu saja tapi jadi partikel yang lebih kecil dinamakan mikroplastik,” jelasnya, Kamis (03/02).

Baca juga: Sampah dari Warga yang Isoman Berpotensi Tularkan COVID-19

Dengan ukuran yang sangat kecil mikroplastik itu dapat larut di ekosistem perairan yang memiliki banyak biota dan terkadang dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai keperluan. Tidak hanya itu mikroplastik juga bisa menjadi vektor bakteri.

“Mikroplastik bisa menggandeng bakteri karena mikroplastik bisa mengikat polutan. Polutan itu baik untuk tumbuh kembang biak bakteri jadi bisa sekaligus mengikat atau membawa dari si bakteri itu sendiri,” jelasnya.

Baca juga: Pengelolaan Limbah Masker di Batam Bisa Jadi Persolaan Serius

Tidak hanya masker, limbah medis lain yang bocor ke lingkungan juga perlu diwaspadai karena berpotensi masih membawa bakteri atau virus. Bakteri dan virus yang berada di limbah tersebut dapat berpindah dan menjadi toleran terhadap lingkungan.

Kebocoran limbah medis seperti tes antigen yang dibuang ke perairan dan lingkungan dapat membuat virus atau bakteri dari limbah berpindah ke tempat lain yang ada di lingkungan, seperti kayu dan kapal jika kebocoran terjadi di perairan.

Hal itu penting mengingat pengelolaan limbah medis terutama yang bersifat infeksius dalam masa pandemi seperti saat ini dilakukan menggunakan insinerator atau autoklaf.

“Yang perlu diwaspadai itu bakteri-bakteri yang akhirnya toleran atau virus-virus yang masih toleran terhadap perairan itu berpindah,” tegasnya.