Pensiun, Impian Terbesar Sang Penemu Vaksin Sinovac

Pensiun, Impian Terbesar Sang Penemu Vaksin Sinovac
CEO Sinovac Biotech Ltd Yin Weidong di Beijing, China, Selasa (18/1/2022). Foto: Antara

Beijing – Nama Sinovac Biotech Ltd dalam dua tahun terakhir terus melambung secara global seiring dengan tingginya permintaan masyarakat dunia akan vaksin COVID-19. Vaksin yang mereka produksi dikenal dengan vaksin Sinovac.

Sinovac juga populer di Indonesia karena program nasional vaksinasi COVID-19 mayoritas menggunakan CoronaVac yang diproduksi oleh perusahaan yang berkantor pusat di Distrik Haidian, Beijing itu.

Bagi Sinovac, Indonesia adalah mitra terpentingnya karena negara kepulauan berpenduduk sekitar 260 juta jiwa ini telah menjadi tujuan pertama ekspor CoronaVac sejak kasus COVID-19 melambung.

Baca juga: Ini Loh, Saran WHO Bagi Pengguna Vaksin Sinovac

Apalagi, Presiden Joko Widodo mengawali program vaksinasi itu dengan suntikan CoronaVac di lengannya, makin yakinlah masyarakat Indonesia untuk menggunakan vaksin buatan Sinovac tersebut.

Dari Indonesia pula, Sinovac mendapatkan sertifikat halal. Meski beberapa negara Islam lainnya tidak pernah meminta, namun sertifikat halal yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) menambah keyakinan beberapa negara lain yang mayoritas penduduknya beragam Islam.

Hal itu bukan basa-basi, namun diakui sendiri oleh seorang pejabat Sinovac saat bertemu dengan ANTARA, kantor berita Republik Indonesia di Beijing pada 19 Oktober 2021 lalu.

Lalu di Indonesia juga, hasil uji coba vaksin yang dikembangkan Sinovac pada akhir 2019 menunjukkan efikasi tertinggi dibandingkan dengan di negara-negara lain.

Dari 128.290 tenaga kesehatan di Indonesia yang menjadi tenaga sukarelawan uji coba vaksin Sinovac, 94 persen menunjukkan kekebalan dari infeksi COVID-19.

Baca juga: Ketua Uji Klinis Vaksin Sinovac dr Novilia Sjafri Wafat Karena COVID-19

Efikasi itu tertinggi dibandingkan dengan uji coba serupa yang dilakukan Sinovac di Chile (66 persen), Brazil (84 persen), dan Turki (84 persen), sebagaimana laporan yang dilansir The Lancet.

Namun sayangnya, di balik popularitas Sinovac yang mendunia, tidak banyak yang tahu tentang sosok Yin Weidong. Padahal pria berusia 58 tahun yang mengawali kariernya sebagai dokter di Kota Tangshan, Provinsi Hebei, itu adalah pendiri sekaligus CEO Sinovac.

Dia memang tidak sepopuler Prof Zhong Nanshan, ahli kesehatan terkemuka China di bidang saluran pernapasan, yang meletakkan dasar-dasar mitigasi, pencegahan, dan pengendalian COVID-19 yang kemudian dikenal dengan protokol kesehatan anti-pandemi seperti sekarang ini.

Foto Yin pun tidak banyak ditemukan di tempat-tempat umum di China seperti Prof Zhong atau bahkan Jack Ma saat masih tenar-tenarnya dulu, yang kata-katanya dikutip di mana-mana.

Penampilan Yin juga terlihat biasa saja. Bahkan di lingkungan perusahaannya, dia juga tidak terlihat menonjolkan diri. Terkait jabatannya sebagai pendiri, Presiden Direktur, dan CEO Sinovac, Yin mendapatkan total kompensasi sebesar 105.632 dolar AS (sekitar Rp1,5 miliar).

Tidak ada jabatan lain di jajaran eksekutif Sinovac Biotech yang dibayar lebih dari kompensasi Yin.