JAKARTA – Sebuah pesawat dari maskapai Tara Air yang mengangkut 22 penumpang hilang kontak di Nepal pada Ahad (29/5).
AFP melaporkan pesawat itu lepas landas di Kota Pokhara pada pukul 09.55 waktu setempat. Namun, pesawat itu hilang kontak dengan kontrol lalu lintas udara (ATC).
“Satu penerbangan domestik ke Jomsom dari Pokhara hilang kontak,” kata juru bicara maskapai Tara Air, Sudarshan Bartaula dikutip CNNIndonesia.com, Ahad sore.
Bartaula mengungkapkan pesawat itu mengangkut setidaknya 19 penumpang dan tiga kru.
Sementara itu, juru bicara Kementerian Dalam Negeri Nepal Phanindra Mani Pokharel mengatakan sebanyak dua helikopter telah dikerahkan untuk proses pencarian.
Walaupun begitu, jarak pandang selama proses pencarian tak begitu baik.
“Cuaca buruk kemungkinan bakal menghambat proses pencarian. Jarak pandangnya sangat buruk, tak ada yang dapat dilihat,” kata Pokharel.
Baca juga: 13 Orang di China Hilang Usai Cari Pesawat Militer Jatuh 80 Tahun Silam
Jomson sendiri merupakan salah satu destinasi pendakian di Himalaya. Jarak tempuh dari Pokhara ke Jomson yakni 20 menit dengan pesawat.
Industri penerbangan di Nepal memburuk dalam beberapa tahun terakhir. Negara itu dikenal memiliki rekam jejak keselamatan udara yang buruk karena pelatihan dan pemeliharaan yang tak memadai.
Uni Eropa bahkan melarang seluruh penerbangan maskapai dari Nepal ke wilayah itu dengan alasan keamanan. Nepal juga memiliki rekam jejak kecelakaan pesawat yang memakan korban.
Pada Maret 2018, pesawat Maskapai US-Bangla jatuh di dekat bandara internasional Kathmandu dan menewaskan 51 orang. Setahun setelahnya, sebuah pesawat keluar dari landasan pacu dan menabrak dua helikopter di bandara Lukla, dekat Gunung Everest. Insiden ini menyebabkan tiga orang tewas.
Selain itu, Menteri Pariwisata Nepal Rabindra Adhikari turut menjadi korban tewas dalam kecelakaan helikopter bersama enam orang lain di perbukitan timur negara itu pada 2019.
Nepal sendiri bakal membuka bandara internasional kedua di Bhairahawa pada bulan ini. Proyek senilai US$76 juta (Rp1,1 miliar ) itu dinilai mampu meringankan beban bandara internasional Kathmandu.