Pesta Dingkis di Tahun Baru Ala Masyarakat Pulau Kasu

Nelayan Pulau Kasu.

Ulasan.co – Tahun baru selalu menjadi momen yang ditunggu-tunggu banyak orang. Ada yang sudah jauh-jauh hari mengatur rencana bersama keluarga, kerabat, atau bahkan rekan kerja. Jika tahun baru biasanya orang-orang akan pergi ke suatu tempat untuk berwisata atau jalan-jalan mengelilingi kota bersama keluarga sambil menikmati pesta kembang api menuju angkasa. Lain halnya pula dengan masyarakat Pulau Kasu. Pulau yang bisa dikatakan tetangga terdekat dengan Singapura ini punya cara tersendiri dalam menyambut tahun baru.

Pada akhir tahun biasanya mereka menyiapkan Kelong untuk mendapatkan Ikan Dingkis. Kelong merupakan salah satu perangkap ikan terbuat dari kayu dan jaring yang dipasang sedemikian rupa dilengkapi dengan “bubu” atau perangkap ikan dari besi yang dibuat secara khusus. Posisi Bubu diletakkan di pintu kelong yang berfungsi ketika sudah masuk tidak bisa keluar lagi. Adapun ikan yang dimaksud adalah Ikan Dingkis.

Ikan Dingkis hanya ada di daerah Kepulauan Riau dan sekitarnya. Ikan ini sangat cantik dan menarik dengan garis lingkar berkelok warna bercak keabu-abuan. Sisiknya yang kecil menjadi keunikan tersendiri. Biasanya di akhir tahun menjadi musim bertelur masal bagi Ikan Dingkis. Telurnya memiliki rasa yang sangat enak, sehingga hal ini merupakan salah satu faktor ikan dingkis menjadi incaran masyarakat dan memiliki harga jual yang tinggi.

Jika orang menyambut baru dengan pesta, maka masyarakat Pulau Kasu lebih memilih berburu ikan Dingkis. Hal ini karena harga jual Ikan Dingkis di akhir tahun bisa mencapai 250 ribu per kilogramnya. Selain itu, rasa daging dan telurnya sangat enak, sehingga ikan ini pun menjadi sumber mata pencaharian ke jalur perdagangan luar negeri seperti Singapura dan Malaysia.

“Setiap akhir tahun seperti ini memang musimnya dingkis bertelur, harga untuk perkilonya mulai dari 150 sampai 250 ribu, beda lagi kalau ekspor ke Singapura bisa mencapai 500 ribu makanya banyak masyarakat berkelong pada akhir tahun sampai nanti bulan Februari,” ujar Kaman salah satu toke Ikan Pulau Kasu.

Godaan harga yang tidak seperti hari-hari biasanya ini yang menjadi faktor utama masyarakat Pulau Kasu memilih untuk tidak berwisata atau menikmati tahun baru dengan pesta pada umumnya. Banjir ikan dingkis pada akhir tahun seperti ini membuat masyarakat Kasu lebih tertarik untuk berkelong dari pada berwisata. Mereka justru lebih memilih menyiapkan Kelong demi penghasilan yang hasilnya lumayan besar dari hari biasa.

“Kalau sudah akhir tahun seperti ini jarang masyarakat Kasu pergi liburan. Banyak masyarakat sibuk menyiapkan kelong mereka demi mendapatkan penghasilan yang besar,” ujarnya lagi.

Uniknya lagi, Ikan Dingkis tidak hanya laku saat ikan masih segar, akan tetapi ikan ini juga bisa dikeringkan atau dijadikan ikan asin. Perbedaannya, ikan yang dikeringkan atau diasinkan ini peminatnya tidak terlalu banyak. Namun harga jualnya tetap tidak kalah mahal dengan yang segar.

Jika orang-orang di luar Pulau Kasu selalu berharap di Tahun baru dengan impian-impian yang indah, tetapi bagi masyarakat Kasu cukup berharap Ikan Dingkis melimpah ruah demi mata pencahariannya. Sedikit unik, tetapi begitulah adanya bagi masyarakat pulau Kasu yang terkenal dengan Dzikir Baratnya.

Pewarta: Ayusafira.
Editor: Bob