Pilih Mana? Mati Akibat Covid-19 atau Mati karena Lapar

Rakyat kuba menggelar demonstrasi protes pemerintah Kuba yang dianggap gagal tangani COVID-19. Foto : Istimewa

Meski tidak sekaya Amerika Serikat, seharusnya pemerintah Indonesia bisa belajar bahwa bantuan sosial sangat penting bagi masyarakat untuk tetap aman dalam menghadapi COVID-19. Dan itu jelas membutuhkan anggaran yang sangat besar. Bantuan tersebut harus difokuskan untuk penanggulangan bencana COVID-19, termasuk membantu ekonomi masyarakat yang sedang ambruk.

Apalagi kebijakan pembatasan sosial atau karantina tidak bisa dilepaskan dari bantuan kebutuhan hidup. Berkaca pada kondisi dunia saat ini, Indonesia seharusnya dapat lebih baik.

Memang, Indonesia tidak tertekan secara ekonomi seperti Kuba saat menghadapi pandemi Covid-19. Namun, ketika stok pangan mencukupi dan harga tidak naik, siapa yang dapat menjangkaunya ketika warga tidak ada lagi penghasilan?

Ketika masyarakat tak bisa lagi beraktifitas mencari rezeki, maka tugas pemerintahlah yang harus mengayomi dalam bentuk bantuan sosial langsung. Tanpa bantuan sosial yang mencukupi bagi seluruh warga yang membutuhkan, itu sama saja dengan membiarkan mereka memilih mati karena Covid-19 atau mati kelaparan.

Saat pemberlakukan PPKM Darurat diberlakukan di Tanjungpinang, Walikota Rahma masih mengeluhkan masyarakat yang tidak taat aturan PPKM Darurat. Padahal bila melihat lebih kedalam lagi persoalan yang dialami masyarakat, tingginya mobilitas warga selama kebijakan PPKM Darurat, bisa menggambarkan kondisi bahwa warga mempertaruhkan hidupnya agar tidak mati kelaparan.

Bukanya masyarakat tidak mematuhi PPKM darurat yang membatasi gerak aktivitas ekonominya, tapi bertahan dari kebutuhan hiduplah, yang membuat mereka melanggar aturan PPKM Darurat.

Hasilnya, Indonesia, dan Kepulauan Riau khususnya, terus mencatat rekor kasus baru Covid-19 yang pada pekan kedua Juli 2021 telah menembus di atas 50.000 kasus harian.

Tanpa bantuan kebutuhan hidup untuk seluruh rakyat kecil, ekonomi mereka juga bisa terepresi seperti halnya rakyat Kuba. Jika itu terjadi, bisa jadi, inilah saatnya belajar dari rakyat Kuba, bagaimana seharusnya melakukan protes kepada pemerintah. *

Pewarta : Berbagai Sumber
Editor : MD Yasir