BATAM – Perusahaan Listrik Negara (PLN) Batam, Kepulauan Riau, sudah bersiap beralih ke Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang menggunakan batu bara.
Kabarnya, Pemerintah Pusat berencana akan menyuntik mati pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara, pada acara puncak Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali 15-16 November 2022 mendatang.
Menanggapi hal itu, Vice Presiden of Publik Relation PLN Batam, Bukti Panggabean mengatakan, hal tersebut sesuai dengan target pemerintah pusat.
“2030, bahwa Indonesia sudah mengaplikasi green energy. Jadi untuk proses itu dilakukan secara bertahap,” kata Bukti, melalui sambungan telepon, Kamis (10/11).
Menurutnya, ketika pemerintah menyutik mati PLTU tidak serta merta langsung habis semua PLTU. “Tapi kami sudah proses ke PLTS untuk mendukung penerapan green energy,” kata dia.
Namun, ia menilai, proses sempurna untuk menjadi energi bersih membutuhkan waktu. Sebab, investasi di bidang energi memakan biaya yang cukup besar.
Baca juga: Tim PUPR Tinjau Lokasi Pembangunan PLTS Terapung di Batam
“Contohnya bahan bakar solar, untuk satu megawaat setara dengan satu hektare untuk lahanya. Jadi proses itu tetap berjalan,” kata dia.
Bukti mengatakan, tahapan menjadikan energi bersih di Batam sudah mulai berjalan meski belum terlalu besar.
“Saat ini Batam sudah mulai jalan, seperti kami sekarang sementara sudah ada 1 mega. Untuk kantor sendiri sudah kita bangun PLTS,” kata dia.
Sementara, terkait target waktu Batam menjadi energi bersih sempurna menurutnya tidak ada.
“Karena kita kan anak perusahaan. Jadi dalam hal ini, apabila katakan pemimpin kita bilang 2030 itu sudah harus clean semua. Kita harus mengikuti,” kata dia.
Ia menambahkan, untuk persiapan pemindahan ke energi bersih tetap dilakukan oleh pihaknya.
“Seperti beberapa hari lalu ada lelang untuk PLTS, tapi itu masih tahap lelang. Tahapan masing panjang. Rencana akan kita bangun di Tanjunguma,” tutupnya.
Baca juga: Tamarin Gandeng PLN Batam untuk Pasok Listrik Data Center KEK Nongsa