BATAM – Ketersediaan air bersih masih berpolemik di Kota Batam, Kepulauan Riau hingga sekarang. Salah satunya dialami warga adalah salah satu kota yang masih Perumahan Putra Jaya, Kelurahan Tanjung Uncang, Kecamatan Batuaji.
Air bersih yang seharusnya jadi kebutuhan utama masyarakat justru sulit didapat. Alhasil, kondisi itu menimbulkan berbagai reaksi dan kecaman dari berbagai pihak terutama masyarakat. Salah satunya melakukan aksi unjuk rasa meminta kejelasan atas ketersediaan air bersih untuk kebutuhan mereka.
Unjuk Rasa di SPAM Batam
Sejumlah warga dari Perumahan Putra Jaya mendatangi kantor Sistem Penyediaan Air Minum Kota Batam di Batam Centre pada Selasa (01/11) lalu. Mereka datang ingin menyuarakan keluhan soal sulitnya mendapatkan air bersih.
Salah seorang koordinator sekaligus Ketua RW Perumahan Putra Jaya, Azwar Sukendi mengatakan, kondisi itu sudah dirasakan oleh warganya selama kurang lebih 10 tahun. Setidaknya sebanyak 4.000 keluarga hidup di perumahan tersebut dengan air yang sulit didapat.
Air bersih yang dialiri oleh SPAM Batam hanya mengalir pada subuh dini hari. Akibatnya, para warga harus berjaga setiap malam agar mendapatkan air untuk mencukupi kebutuhan mereka. Bahkan, pada tiga minggu terakhir, sejumlah cluster di perumahan tersebut tidak mendapatkan air sama sekali.
“Kondisi selama ini tak lancar sama sekali. Bahkan dua minggu belakang tak jalan sama sekali. Tak maksimal sudah lebih 10 tahun,” ujar Azwar.
Ia melanjutkan, untuk mencukupi kebutuhan air, warga terpaksa membeli air galon isi ulang atau mencari ke tempat lain. Biasanya, air di Putra Jaya hanya mengalir pada malam hari sekira pukul 00.00 hingga 04.00 subuh.
“Itu pun tak merata di sejumlah rumah warga. Kita beli galon, kalau yang tak sanggup ya pergi cari air,” tegas Azwar.
Merespon aksi tersebut, Korporat Komunikasi PT Air Batam Hilir, Ginda mengaku, pihaknya memang kesulitan mengalirkan air pada daerah tersebut. Pasalnya, kemampuan Water Treatment Plan (WTP) di Kota Batam tak sebanding dengan pertumbuhan penduduk.
Untuk itu, SPAM Batam menawarkan solusi jangka pendek dan jangka panjang untuk air para warga. Perusahaan hasil konsorsium PT Moya dan PT PP tersebut berjanji akan bertanggung jawab atas ketidaknyamanan para warga itu.
“Jangka panjang kita akan buka WTP 350 liter,detik. Sekarang lagi proses lelang. Jangka pendek, kita tawarkan water suplai ke warga,” tuturnya.
“Selama ini kita hanya kelola 6 WTP, tidak sesuai dengan pertumbuhan penduduk sekarang. Kita akan usahakan semaksimal mungkin. Jadi bisa dibagi per hari baik pagi, siang, maupun sore,” tambahnya.
Usai dijanjikan, sejumlah kepala keluarga itu pulang dengan harapan janji tersebut segera ditepati.
Aksi Susulan
Sepekan berlalu, pada Senin (07/11), warga Perumahan Putra Jaya kembali menggelar aksi unjuk rasa dengan tuntutan yang sama. Namun, aksi kedua itu dilakukan di depan kantor Badan Pengusahaan Batam dengan jumlah warga yang jauh lebih besar.
Warga meminta Kepala BP Batam Muhammad Rudi turun langsung menemui mereka. “Kami meminta kepala BP Batam keluar dan temui kami. Jangan hanya omong manis waktu minta suara kami,” kata salah seorang orator dari atas mobil komando.
Koordinator Aksi, Azwar Sukendi mengungkapkan, janji PT Moya melalui PT Air Batam Hilir pekan lalu hanya terealisasi apabila para warga menelepon.
“Tak maksimal pengiriman tangki, harus ditelepon, diantar kadang dua atau tiga tangki, tergantung, koordinator RT masing-masing,” katanya.
Kemudian, penyaluran air itu juga tidak merata. Masih ada sejumlah wilayah yang tidak tersalurkan air sama sekali. Ditambah lagi, air di perumahan mereka tak mengalir sama sekali dalam dua pekan terakhir. Pada aksi tersebut, para warga juga membawa dokumen kesepakatan yang harus ditandatangani oleh Kepala BP Batam sebagai bentuk komitmennya.
“Anak kami tak bisa mandi. Kami harus begadang tunggu air hidup. Itu pun kalau hidup, ini kadang tidak juga,” kata Tumanggor, salah satu pengunjuk rasa.
Mereka juga harus membeli air demi istri mereka bisa memasak. Aktivitas mereka terganggu akibat air tersebut.
“Kami beli 1 drum Rp15 ribu. Setiap hari kami harus keluarkan uang. Berapa lah itu kalau setiap bulan,” kata dia.
Ia berkata tak hanya sekedar janji, namun butuh bukti nyata agar mereka bisa merasakan air seperti perumahan lainnya. Ia juga mempertanyakan aliran air di perusahaan yang berada di sekitar perumahan mereka berjalan lancar.
“Perusahaan kok bisa berjalan lancar? Masa ditempat kami hidup tengah malam saja,” kata dia.
Ratna Dewi, warga Perumahan Putra Jaya juga mengeluhkan akibat air yang tak lancar mereka susah untuk mencuci pakaian.
“Cucian saya sudah satu minggu itu numpuk. Mau nyuci tak air ini sudah tak hidup satu minggu,” kata Ratna.
Akan tetapi, justru Anggota Deputi IV BP Batam, Wan Darussalam yang muncul menemui warga. Menurutnya, kesulitan air bersih yang dirasakan para warga itu akibat pipa dan pompa air yang ada saat ini tak mampu memompa air hingga ke perumahan mereka.
Ia mengakui, kondisi serupa tak hanya terjadi di Tanjung Uncang saja, tapi juga di sejumlah wilayah lainnya dengan total warga terdampak mencapai 18 ribu. Atas permasalahan itu, ia menawarkan sejumlah solusi untuk mengatasi keluhan warga tersebut.
Wan Darussalam menjelaskan, langkah pertama yang diambil oleh BP Batam adalah menyediakan air sebanyak 45 ribu liter setiap hari. Kedua, BP Batam akan membangun pipa dengan metode short cut sepanjang 700 meter. Pipa tersebut akan dibangun dalam waktu tiga minggu.
Ketiga, BP Batam menjanjikan masa tunggu air untuk warga tak lagi pukul 12.00 malam ke atas. “Nanti juga kita akan turun bersama warga. Kita cek sama-sama bagaimana kondisinya,” katanya.
Tak berselang lama, giliran Kepala BP Batam, Muhammad Rudi yang hadir menemui warga. Ia berjanji akan menuntaskan masalah air bersih di perumahan tersebut.
“Saya tidak mungkin main-main. Janji adalah utang yang harus saya selesaikan. Kami serius ingin menyelesaikan masalah ini,” kata Kepala BP Batam sekaligus Wali Kota Batam itu.
Rudi menjelaskan, pihaknya sedang mengupayakan dua solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Pasalnya, kondisi pipa saluran air di Batam telah mengkhawatirkan karena berusia 25 tahun.
Pertama, Rudi sedang mengupayakan perbaikan dan pembangunan Water Treatment Plan (WTP) baru menambah produksi air di Kota Batam.
“Untuk perbaikan WTP membutuhkan waktu hingga empat bulan, sedangkan untuk penambahan WTP baru memakan waktu hingga delapan bulan,” ujarnya.
“Satu bulan februari, satu juni atau juli. Sedang kita anggarkan. Kita sudah upaya selesaikan, tapi belum selesai,” lanjut Rudi.
Sembari menunggu WTP itu selesai, Rudi telah memerintahkan PT Moya untuk memasok air secara rutin untuk kebutuhan warga.
“Kalau beberapa bulan ke depan tak selesai juga, warga bisa langsung WA ke saya,” tegas Rudi.
Setelah mendengar janji kepala BP Batam, warga Perumahan Putra Jaya mengancam akan menggelar aksi unjuk rasa lebih besar apabila masalah air tak kunjung selesai.
Para warga itu akhirnya bubar setelah dijanjikan sejumlah solusi dari Kepala BP Batam. Warga membubarkan diri meski Rudi enggan menandatangani berkas kesepakatan yang mereka bawa. Jika janji itu tak kunjung terealisasi, para warga mengancam akan menggelar aksi unjuk rasa yang lebih besar lagi.
Dikecam Anggota Dewan
Kondisi itu, sontak mendapat perhatian dari sejumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah baik Kota Batam maupun Provinsi Kepri. Mereka meminta agar pengelola SPAM Batam segera menyelesaikan masalah tersebut.
Anggota Komisi III DPRD Batam, Rohaizat mengatakan, dirinya kerap kali menerima aduan warga yang kesulitan mendapatkan air bersih. Menurutnya, warga yang kesulitan air tak hanya di Perumahan Tanjung Uncang saja. Namun, terdapat juga sejumlah wilayah lain dengan keluhan serupa.
Untuk itu, ia meminta agar SPAM Batam menambah armada mobil tangki yang dijanjikan untuk menyuplai air ke para warga selagi sulit mengakses air.
“Ada sembilan mobil tangki air untuk seluruh warga Batam. ini tidak memadai. Kami berharap akan ada evaluasi dan menambah armada mobil tangkinya sehingga masyarakat mudah mendapatkan air,” katanya.
Ia menjelaskan, pasokan air itu tidak boleh terputus karena merupakan kebutuhan pokok bagi warga. Menurutnya, kesulitan air bersih saat ini adalah dampak tidak seimbangnya perkembangan pertumbuhan penduduk dengan infrastruktur yang ada.
Alhasil, air yang ada saat ini tidak dapat disuplai kepada masyarakat dengan maksimal. Ia khawatir, apabila masalah itu tak kunjung diselesaikan, sejumlah warga di daerah lainnya kemungkinan juga akan menggelar aksi seperti warga Tanjung Uncang kemarin.
“Kebutuhan air bertambah terus, tapi tak diimbangi dengan infrastruktur. Pengelola hanya bisa mengusulkan, nanti BP Batam yang menindaklanjuti,” tuturnya.
Hal serupa juga disampaikan oleh Anggota DPRD Kepri dapil Batam, Wahyu Wahyudin. Ia mengaku kecewa dengan pelayanan air yang justru menurun dari penanggung jawab sebelumnya. Tak hanya ketersediaan air, ia juga kerap kali menerima keluhan perihal biaya pembayaran yang meningkat.
Kemudian ada juga keluhan warga soal sulitnya prosedur jika ingin berlangganan air hingga air yang mengalir cukup keruh.
“Banyak aduan dari masyarakat karena pemasangan air sangat sulit. Kemudian biaya air yang meningkat drastis. Saya mengecam tindakan air minum di Batam ini,” katanya.
Baca juga: Kepala BP Batam Janji Selesaikan Masalah Air Warga Perumahan Putra Jaya
Untuk itu, ia meminta agar BP Batam dan PT Air Batam Hilir yang bertanggung jawab atas SPAM Batam segera melakukan evaluasi agar pelayanan air lebih optimal dan tidak mengecewakan.
“Kalau tiap hari pakai galon kan biayanya cukup tinggi. BP batam harusnya mengevaluasi,” tegas Wahyu.
Pascaaksi Unjuk Rasa
Pasca aksi di BP Batam, para warga Perumahan Putra Jaya, Tanjung Uncang, mulai merasakan dampaknya. Termasuk mendapatkan aliran air meski tidak 24 jam. Ketua RW setempat, Azwar Sukendi mengatakan, aksi pekan lalu langsung mendapat respons dari Kepala BP Batam, Muhammad Rudi.
“Alhamdulillah banyak perubahan. Air malam sudah hidup. Seperti di beberapa cluster dulu tak hidup, sekarang sudah hidup. Sampai jam 5 kadang sampai jam 6,” katanya, Senin (14/11).
Ia menjelaskan, sejumlah petugas juga turun langsung melihat lokasi untuk proses pemasangan pipa sebagaimana janji BP Batam kemarin. “Hari itu juga air mengalir dan pipa-pipa datang juga. Pengerjaan sudah berjalan sepertinya,” katanya.
Selain itu, mobil tangki air yang dijanjikan BP Batam juga rutin datang ke perumahan tersebut. Hampir setiap pagi, mobil tangki dari BP Batam maupun PT Air Batam Hilir datang ke lokasi tersebut.
Hal serupa juga disampaikan oleh warga lainnya, Maria. Menurutnya, air bersih telah Ia dapatkan meski harus menggunakan pompa sendiri.
“Sekarang sudah mengalir. Itu pun harus pakai Sanyo. Sebelumnya dua minggu benar-benar tak dapat air,” ujarnya.
Sebelumnya, ia harus membeli air galon isi ulang atau pesan pada penjual air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Ia pun terpaksa menghemat penggunaan air bila harus menggunakan air galon isi ulang.
“Jadi harus beli galon. Satu hari habis tiga galon. Itu pun sudah hemat. Mandi pun terbatas. Kalau beli air tangki itu 45 ribu dan agak kuning,” ujarnya.
Ia berharap, kondisi tersebut akan semakin membaik agar masyarakat Putra Jaya bisa hidup sebagaimana warga Batam lainnya. (*)