KARIMUN – Aktivitas pelayaran antarpulau di Dermaga Tanjung Maqom, Selat Beliah, terganggu setelah salah satu ponton pelabuhan tersebut ambruk, Senin, 6 Oktober 2025 sekira pukul 21.00 WIB.
Ambruknya fasilitas vital terhadap arus orang dan barang di wilayah pulau Kundur itu diduga kuat akibat cuaca buruk dan kondisi ponton yang sudah termakan usia.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Karimun, Tohap, membenarkan kejadian tersebut.
Ia menyebut angin kencang dan arus laut yang kuat menjadi pemicu utama keruntuhan, diperparah oleh kondisi ponton yang memang sudah tua.
“Ponton ambruk akibat angin kencang dan arus laut yang kuat, ditambah kondisinya memang sudab termakan usia. Tadi pagi kami sudah turun ke lokasi,” ujar Tohap.
Untuk memastikan layanan pelayaran tetap berjalan, pihak pelabuhan mengambil langkah cepat dengan mengalihkan operasional sementara.
“Untuk menjaga kelancaran layanan, operasional pelabuhan sementara dialihkan ke ponton keberangkatan,” jelasnya.
Sementara itu, penanganan dan perbaikan lebih lanjut diserahkan kepada pengelola pelabuhan. Ponton yang ambruk segera diangkat oleh Badan Usaha Pelabuhan (BUP) selaku pengelola.
BUP diharapkan dapat segera melakukan penanganan untuk mengembalikan fungsi dermaga sepenuhnya.
Sebelumnya, kondisi ponton pelabuhan Tanjung Maqom, Selat Beliah, menjadi salah satu pelabuhan di Karimun yang perlu mendapat penanganan secara serius.
Wakil Bupati Karimun, Rocky Marciano Bawole, juga sempat melihat kondisi ponton pada pertengahan September 2025 secara langsung. Didapati kondisi ponton tanpa dua tiang penyangga.
Dari hasil perhitungan konsultan, diperlukan anggaran sebesar Rp1,6 miliar untuk memperbiki kondisi Pelabuhan Tanjung Maqom tersebut.

















