TANJUNGPINANG – Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Kepri merupakan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Provinsi Kepri yang bertanggungjawab atas pasokan air minum bersih untuk masyarakat, khususnya di Kota Tanjungpinang dan Kabupaten Bintan.
Dalam Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Kepulauan Riau nomor 3 tahun 2020 tentang Perusahaan Umum Daerah Air Minum Tirta Kepri, BUMD itu diamanahkan untuk membangun, memelihara, serta menjalankan sistem penyediaan air.
Namun sayang, memiliki peran sentral perusahaan yang diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 3 Mei 1971 itu tampak masih tertatih dalam menjalankan tugasnya. Jangankan menjalankan tugasnya dengan sempurna, PDAM yang berusia setengah abad itu tampak terus dirundung masalah dalam pendistribusian air minum ke masyarakat.
Hal itu lantaran pipa milik PDAM Tirta Kepri kerap kali mengalami kebocoran. Akibatnya bolak-balik perbaikan pipa seolah telah menjadi agenda rutin hampir setiap pekannya. Sehingga, pendistribusian air bersih ke pelanggaran mengalami kendala.
Baca juga: Pipa PDAM di Jalan Ahmad Yani Tanjungpinang Bocor
Pipa Berusia Puluhan Tahun
Waduk Sei Pulai yang berada di KM 14 Kota Tanjungpinang yang merupakan satu di antara sumber mata air yang digunakan PDRM Tirta Kepri.
Di bangunan yang terlihat kumuh, cat memudar, serta berisi pipa-pipa berkarat itulah air bersih untuk warga Tanjungpinang diproses sebelum didistribusikan.
Untungnya, masih terdengar suara mesin yang menandakan proses pengolahan air masih berlangsung meski sudah termakan usia.
Dari keterangan operator, pipa di tempat tersebut kerap mengalami kebocoran kerana termakan usia. Proses air Sei Pulai yang terus berlangsung selama 24 jam itu pun akhirnya terganggu. Kini, Pipa bernama PCM yang berusia setengah abad itu menjadi kendala utama yang harus mereka hadapi.
“Ini PCM memang tertua dari 1971. Sering bocor. Kendalanya ya pipa karena sudah lama,” ucap salah seorang operator waduk tersebut.
Baca juga: Pipa PDAM Bocor Lagi, Aliran Air Bersih Warga Terganggu
Ia menjelaskan, aliran air melalui pipa itu jarang terbuka secara penuh karena dikhawatirkan akan pecah.
Pria itu menjelaskan, perawatan alat di tempat itu memang pernah dilakukan namun, belum mencukupi. Hingga saat ini pipa dan mesin yang sudah berusia puluhan tahun itu tetap beroperasi memproses air bersih untuk warga Kota Gurindam.
“Dari provinsi ada sih ada. Cuma kurang skala besar. Kemarin pompa jaman pak Isdianto,” ucapnya lagi.
Mereka mengaku, sering mendapat komplain dari warga Tanjungpinang yang merasa resah karena aliran air kerap terhenti.
Tak hanya di waduk Sei Pulai, di waduk Sei Gesek di Kabupaten Bintan ternyata mendapatkan keluhan hampir serupa. “Di sini juga kurang diperhatikan. Alatnya juga tidak cukup. Cuma kelebihannya kita proses 24 jam,” tutur penjaga di tempat itu.
Ia menjelaskan terdapat tiga proses yang harus dilewati air setiap waduk agar dapat disalurkan.
Kondisi dua tempat penyaringan air itu sangat meyakinkan bahwa perusahaan Tirta Kepri telah beroperasi sejak puluhan tahun lalu dengan sebagian alat yang masih digunakan hingga saat ini.