TANJUNGPINANG – Bakal calon presiden (Capres) Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo sampai saat ini belum juga mengumumkan siapa calon wakil presiden (Cawapres) akan mendampinginya.
Padahal pendaftaran Bacapres dan Cawapres Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) tinggal tiga pekan lagi.
Sejauh ini baru Bacapres Anies Baswedan yang telah mengumumkan pendampingnya, yakni Muhaimin Iskandar atau Cak Imin. Pasangan ini didukung koalisi Partai NasDem, PKB, dan PKS.
Dikutip dari CNNIndonesia.com, di Tanjungpinang, Rabu (27/09), pada Pilpres 2024 nanti digadang-gadang bakal ada tiga poros, yakni Koalisi Prabowo Subianto meliputi Partai Gerindra, Partai Golkar, PAN, PBB, Partai Gelora, dan Partai Demokrat. Koalisi Ganjar Pranowo berisi PDIP, PPP, Partai Hanura, dan Partai Perindo.
Sejauh ini Prabowo baru sekadar dikaitkan dengan nama-nama seperti Erick Thohir, Khofifah Indar Parawansa, Yenny Wahid, Airlangga Hartarto, hingga Gibran Rakabuming Raka. Nama terakhir ini masih menunggu hasil uji materi di MK terkait usia capres-cawapres di Pemilu.
Sementara itu, Ganjar juga baru sebatas dipasang-pasangkan dengan nama-nama seperti Sandiaga Uno, Mahfud MD, Khofifah, dan Andika Perkasa.
Di tengah kosongnya kursi cawapres Prabowo dan Ganjar, muncul isu peleburan poros. Ada isu yang menyebut gelaran pilpres nanti hanya diikuti dua kandidat presiden.
Direktur Eksekutif Pusat Kajian Politik FISIP UI Aditya Perdana menilai Prabowo dan Ganjar belum mengumumkan cawapres karena ada kebuntuan di koalisi masing-masing.
Aditya menuturkan, ada keinginan di kalangan elite politik untuk menyederhanakan pilpres menjadi satu putaran. Namun, tidak ada sosok cawapres yang bisa membuat capres langsung mendapat 50 persen plus satu suara di putaran pertama.
“Deadlock koalisi karena setiap calon wakil presiden yang di tiga poros ini enggak ada yang langsung menggerek, menaikkan, elektabilitas secara signifikan,” kata Aditya, Rabu (27/9).
Aditya juga menduga ada pembicaraan kompensasi yang belum selesai. Partai-partai belum bersepakat soal jatah kursi menteri jika capres yang mereka usung terpilih.
Di saat yang sama, ada wacana peleburan poros. Aditya menilai mungkin saja Ganjar dan Prabowo belum mengumumkan cawapres karena masih terbuka dengan opsi peleburan.
“Dari sisi koalisi yang terbentuk masih cair dan apa pun masih bisa terbuka peluangnya untuk bisa mencalonkan karena memang prosesnya masih sekitar tiga minggu lagi (sebelum pendaftaran di KPU),” ujarnya.
Sementara itu, peneliti politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Jati menyebut Prabowo dan Ganjar dalam posisi saling intip. Mereka masih mau melihat situasi sebelum menentukan cawapres.
Wasisto mengatakan elektabilitas Prabowo dan Ganjar di sejumlah survei masih bersaing. Dua poros itu tak mau salah langkah dengan mengumumkan cawapres sejak dini.
“Pola saling intip, salin menerka, menjadi hal yang tidak terelakkan. Posisi cawapres menjadi kartu As yang akan melengkapi kekurangan masing-masing figur,” ucap Wasisto saat dihubungi, Rabu.
Wasisto mengatakan situasi berbeda terjadi di poros Anies. Anies perlu mengumumkan cawapres sedini mungkin untuk mendongkrak elektabilitas.
Baca juga: Gerindra Ungkap Alasan Prabowo Subianto Bakal Maju di Pilpres 2024
Dia melihat keputusan Anies lebih dulu mengumumkan cawapres mulai terlihat hasilnya. Survei Politika Research and Consulting (PRC) merekam 22,4 persen pemilih PKB mulai migrasi dari Prabowo ke Anies.
“Kalau di sisi lain seperti Ganjar dan Prabowo strategi elektoral beda. Ini yang mungkin masih bernegosiasi formula yang tepat,” kata Wasisto.
“Saya melihat akan ditentukan di menit akhir,” tambahnya. (*)
Sumber: CNN Indonesia
Ikuti Berita Lainnya di Google News