Presiden Zelenskyy: Kami Pertahankan Kiev Sampai Mati

Ukraina
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy bertemu dengan sejumlah tentara pasukan bersenjata Ukraina dalam posisi siap tempur dekat garis pemisah dari wilayah pemberontak yang didukung Rusia Donetsk, Ukraina, Kamis (17/2/2022). (ANTARA FOTO/Ukrainian Presidential Press Service/Handout via REUTERS/FOC/djo)

LVIV – Pasukan militer Rusia diperingatkan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy yang mengatakan, pihaknya akan mempertahankan ibu kota Kiev dan menghadapi pertempuran sampai mati.

“Jika mereka memutuskan untuk menjatuhkan ‘karpet bom’ (pengeboman besar-besaran dari udara), dan menghapus sejarah daerah ini, menghancurkan kami semua. Maka mereka bisa memasuki Kiev. Jika itu tujuan mereka, biarkan mereka masuk, tapi mereka akan hidup sendiri di tanah ini,” kata Zelenskyy, Sabtu (12/3).

Presiden yang kerap tampil di media sosial dari ibu kota itu juga mengatakan, sejumlah kota kecil sudah tidak ada lagi.

Invasi Rusia di Ukraina–agresi militer terbesar terhadap sebuah negara Eropa, sejak Perang Dunia Kedua dan kini telah memasuki pekan ketiga.

Pengeboman dari udara telah membuat ribuan warga terjebak, di kota-kota yang terkepung oleh pasukan Rusia.

Jumlah warga Ukraina yang mengungsi ke negara-negara tetangga mencapai 2,5 juta orang.

Pada Sabtu (12/3) Ukraina menuduh pasukan Rusia membunuh tujuh warga sipil, dalam serangan terhadap pengungsi perempuan dan anak-anak di dekat Kiev.

Baca juga: Rudal Rusia Sasar Pangkalan Militer Ukraina di Perbatasan Polandia

Dinas intelijen Ukraina melaporkan, bahwa ketujuh warga itu termasuk seorang anak, dan tewas ketika mengungsi dari desa Peremoha dan bahwa “penjajah memaksa rombongan pengungsi untuk kembali”.

Kantor berita Reuters belum dapat memverifikasi laporan itu dan Rusia tidak berkomentar.

Moskow membantah menjadikan warga sipil target serangan mereka sejak menginvasi Ukraina pada 24 Februari.

Mereka menyalahkan Ukraina atas kegagalan mengevakuasi warga sipil dari kota-kota yang terkepung.

Ukraina dan negara-negara Barat menolak keras tuduhan itu.

Zelenskyy mengatakan, Moskow sedang mengirim tentara baru setelah pasukan Ukraina melumpuhkan 31 batalion taktis Rusia, yang disebutnya sebagai kekalahan militer Rusia terbesar dalam beberapa dekade.

Reuters tidak bisa memverifikasi pernyataannya itu.

“Kami masih harus bertahan. Kami masih harus berjuang,” kata Zelenskyy dalam video, Sabtu.

Dia mengatakan, sekitar 1.300 tentara Ukraina telah tewas dan mendesak Barat untuk lebih terlibat dalam negosiasi damai.

Amerika Serikat mengatakan akan menambah bantuan hingga 200 juta dolar (Rp2,87 triliun), dalam bentuk senjata ringan, anti tank dan anti pesawat bagi Ukraina.

Para pejabat Ukraina sebelumnya telah meminta bantuan militer lebih banyak.

Zelenskyy membahas situasi perang, dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz dan Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang mendesak Putin untuk memerintahkan gencatan senjata segera.

Baca juga: Cegah Invasi, Guru Besar UI: Dunia Perlu Membangun Sistem Keamanan Global

Menanggapi pembicaraan itu lewat sebuah pernyataan, Kremlin sama sekali tidak menyebut gencatan senjata.

Pejabat kepresidenan Prancis mengatakan, “Kami tidak melihat adanya niat dari pihak Putin untuk mengakhiri perang.”

Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov menuduh AS berupaya menambah ketegangan.

Dia mengatakan, situasinya menjadi semakin rumit oleh konvoi bantuan militer Barat ke Ukraina.

Konvoi bantuan itu dianggap oleh Rusia sebagai “target (serangan) yang sah”.

Dalam komentarnya yang dikutip kantor berita Tass, Ryabkov tidak menyebut satu pun ancaman secara spesifik.

Serangan apa pun terhadap konvoi seperti itu sebelum mencapai Ukraina akan berisiko memicu perang yang lebih luas.

Pembicaraan krisis antara Moskow dan Kiev telah dilanjutkan lewat panggilan video, kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov seperti dikutip kantor berita Rusia RIA.

Peskov tidak memberikan rincian, tapi Menlu Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan, Kiev tak akan menyerah atau menerima ultimatum apa pun.

Sumber: Reuters