BATAM – Sekitar 200 pekerja menjerit karena belum gajian yang bekerja di galangan kapal PT Global Tirta Sinergi (GTS), subkontraktor dari PT Bintang Inti Persada Shipsyard (BIS), Kota Batam, Kepulauan Riau.
Mereka menuntut pembayaran gaji yang belum dibayarkan sejak Desember 2024 hingga Januari 2025 dengan total sekitar Rp980 juta.
Salah seorang pekerja berinisial RJ mengungkapkan bahwa mereka berusaha melakukan mediasi terkait masalah gaji yang tertunda.
“Kami sudah mencoba mediasi dengan pihak mainkontraktor PT BIS, dan mereka meminta kami membuat laporan terkait gaji yang belum dibayarkan. Namun hingga hari ini tidak ada kejelasan. Kami juga tidak tahu kantor PT GTS di mana,” jelas RJ, Kamis 20 Februari 2025.
Setelah menemui jalan buntu, pekerja berinisiatif melaporkan masalah ini ke Polsek Batu Ampar.
“Kapolsek Batu Ampar menyarankan kami melanjutkan laporan ke Dinas Tenaga Kerja (Disnaker), kemudian dari Disnaker kami diarahkan ke provinsi dan DPRD,” tambahnya.
Namun saat mendatangi kantor DPRD, mereka belum bertemu anggota dewan karena seluruhnya sedang tidak berada di tempat.
Selain persoalan gaji, pekerja juga mengungkapkan tidak adanya jaminan keselamatan kerja. Dalam proyek tersebut, mereka terlibat dalam pembuatan kapal tongkang seperti pengelasan dan pekerjaan lainnya.
“Kami bekerja tanpa BPJS Ketenagakerjaan dan tidak ada kontrak kerja resmi. Modal hanya fotokopi KTP untuk mulai bekerja,” ujar RJ.
Para pekerja berharap pihak DPRD dapat membantu memanggil pihak mainkontraktor untuk menyelesaikan masalah ini. “Kami optimis DPRD akan mendukung kami,” pungkas RJ.
Sementara itu, admin perusahaan berinisial NA mengatakan komunikasi terakhir dengan bos subkontraktor, Ngadino pada Sabtu 15 Februari 2025.
“Dia hanya bilang mau cari uang dulu dan akan memberi kabar pada Senin atau Selasa. Tapi setelah itu, nomor ponselnya tidak bisa dihubungi lagi, termasuk nomor istrinya yang sudah berganti,” kata NA.
Baca juga: Belum Ada Kejelasan Soal Gaji, Petugas Kebersihan di Karimun Terpaksa Cari Kerja di Tempat Lain
NA juga mengungkapkan bahwa Ngadino sempat meminjam uang Rp50 juta dari ayahnya untuk menutupi pembayaran gaji karyawan. Saat ini, keberadaan Ngadino dan keluarganya tidak diketahui, dan mereka diduga sudah meninggalkan Batam.
“Postingan terkahir istrinya sepertinya mereka berada di Jogjakarta,” ucapnya mengakhiri wawancara. (*)
Ikuti Berita Ulasan.co di Google News