JAKARAT – Amerika Serikat tengah dilanda kekacauan besar di sektor penerbangan nasional. Shutdown atau penghentian sementara sebagian operasi pemerintahan federal yang kini memasuki hari kedelapan, telah memicu penundaan penerbangan dalam jumlah besar.
Badan Penerbangan Federal (FAA) melaporkan, penundaan penerbangan terjadi secara meluas di berbagai bandara utama. Kondisi ini muncul akibat semakin parahnya kekurangan staf pengendali lalu lintas udara. Situasi tersebut membuat ribuan penerbangan terlambat dan banyak penumpang terjebak di bandara.
Pada Rabu (9/10/2025), tercatat hampir 3.000 penerbangan tertunda hingga pukul 17.30 waktu setempat. Jumlah ini menyusul lebih dari 10.000 penundaan total yang terjadi selama dua hari sebelumnya.
Baca Juga: Pemerintah AS Resmi Shutdown, Berikut Arti dan Dampaknya
Bandara besar seperti Reagan Washington National, Newark Liberty International, dan Orlando International menjadi lokasi paling terdampak. Banyak pesawat bahkan terpaksa menunggu di udara sebelum mendarat akibat padatnya lalu lintas penerbangan.
Menteri Perhubungan AS Sean Duffy mengungkapkan, lonjakan penundaan penerbangan akibat kekurangan staf meningkat tajam dari biasanya hanya 5 persen menjadi 53 persen dalam beberapa hari terakhir.
“Pesan saya untuk para pengendali lalu lintas udara adalah: tetaplah hadir bekerja. Anda punya tanggung jawab untuk menjaga keselamatan ruang udara,” ujar Duffy dilansir dari Reuters.
Kekurangan Staf Makin Parah
Setidaknya enam fasilitas pengendali utama mengalami kekurangan staf yang serius, termasuk di wilayah Washington DC, Denver (Colorado), Newark (New Jersey), dan Orlando (Florida). Di Albuquerque (New Mexico) dan Los Angeles, jumlah petugas juga anjlok drastis.
Bahkan di Nashville, operasi pengendalian lalu lintas udara sempat dihentikan selama lima jam pada Selasa malam karena minimnya tenaga kerja. Kondisi tersebut digambarkan sebagai situasi “sangat tidak masuk akal”.
Masalah ini semakin rumit karena meningkatnya jumlah laporan sakit dari para pengendali sejak awal shutdown. Sekitar 13.000 pengendali lalu lintas udara dan 50.000 petugas keamanan TSA tetap diwajibkan bekerja meski tidak menerima gaji selama pendanaan federal belum disetujui.
Tuntutan Politik Meningkat
Gubernur Maryland, Wes Moore, juga menyerukan agar kebuntuan politik segera diakhiri. Dalam kunjungannya ke Bandara Baltimore-Washington International (BWI), ia menegaskan bahwa para pekerja tetap bertugas karena tanggung jawab dan rasa cinta terhadap negara.
“Mereka tahu pekerjaan ini penting. Mereka melakukannya karena cinta terhadap negara,” ujarnya.
Sementara itu, anggota Kongres Partai Demokrat, Kwiesi Mfume, mendesak dibuatnya undang-undang tambahan agar pengendali lalu lintas udara tetap menerima gaji selama shutdown.
“Orang-orang mulai khawatir untuk terbang, dan sebagai bangsa, kita tidak boleh sampai pada titik itu,” tegasnya.
Sejarah Shutdown 2019 Terulang
Situasi saat ini mengingatkan pada shutdown tahun 2019 saat pemerintahan Presiden Donald Trump. Ketika itu, penghentian operasi berlangsung selama 35 hari dan menyebabkan absensi massal di kalangan pengendali serta petugas TSA. Kini, kondisi serupa mulai terjadi jauh lebih cepat dari yang diperkirakan.
Asosiasi Pengendali Lalu Lintas Udara Nasional (NATC) memperingatkan, krisis ini menunjukkan betapa rapuhnya sistem penerbangan AS akibat kekurangan dana dan beban kerja yang menumpuk selama bertahun-tahun.
FAA juga mengakui masih kekurangan sekitar 3.500 pengendali dari jumlah ideal yang dibutuhkan untuk menjaga kelancaran lalu lintas udara di seluruh negeri.
Upaya Bertahan
Meski menghadapi tekanan berat, Departemen Perhubungan (USDOT) berupaya menjaga sebagian layanan tetap berjalan. Pemerintah mengamankan dana sebesar 41 juta dolar AS untuk mendukung program Essential Air Service hingga awal November.
Beberapa maskapai, seperti Alaska Airlines, bahkan berkomitmen tetap melayani penerbangan bersubsidi ke wilayah terpencil. Namun, mereka tetap berisiko tidak menerima penggantian dana tepat waktu.
Dengan ribuan penerbangan tertunda setiap hari, tekanan terhadap Kongres dan Gedung Putih untuk segera mengakhiri shutdown semakin meningkat. Para ahli memperingatkan, jika kebuntuan politik terus berlanjut, sistem transportasi udara AS berpotensi menghadapi krisis besar baik dari sisi keselamatan maupun kepercayaan publik.
Ikuti Berita Ulasan.co di Google News















