Tokyo – Pemerintah Jepang kembali dikejutkan dengan peluncuran rudal balistik oleh Korea Utara sejauh 500 kilometer (Km) dari pantai timurnya.
Pada tahun 2021 lalu, negara komunis pimpinan Kim Jong-un itu telah berkali-kali meluncurkan proyektil yang diduga rudal balikstik antarbenua atau Intercontinental Ballistic Missile (ICBM).
Peristiwa ditembakkannya kembali rudal ICBM oleh Korut di pantai utaranya sangat disayangkan oleh Pemerintah Jepang.
Menteri Pertahanan Jepang Nobuo Kishi, Rabu (05/01) mengatakan, proyektil yang diduga rudal balistik milik Korea Utara meluncur sejauh 500 km.
Korut meluncurkan ‘rudal balistik’ itu dari pantai timurnya pada Rabu (05/01), kata otoritas setempat melaporkan.
Badan penjagaan pantai Jepang yang pertama melaporkan peluncuran itu, mengatakan, proyektil tersebut kemungkinan adalah rudal balistik, tapi mereka tidak menjelaskan lebih jauh.
Peluncuran itu menegaskan, janji Tahun Baru pemimpin Kim Jong-un untuk memperkuat militer Korut demi menghadapi situasi internasional yang tidak stabil.
Proyektil yang ditembakkan itu, mendarat di luar zona ekonomi eksklusif Jepang, kata Kishi.
Baca juga: Gawat! Presiden Kazakhstan Umumkan Keadaan Darurat
“Sejak tahun lalu, Korea Utara telah berkali-kali meluncurkan rudal, yang sangat disayangkan,” kata Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida kepada awak media.
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (Kosel) mengatakan, Korut negara bersenjata nuklir menembakkan sebuah proyektil tak dikenal di pantai timurnya.
Namun dia tidak menjelaskan lebih lanjut.
Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), melarang semua uji rudal balistik oleh Korut dan telah mengenakan sanksi atas program tersebut.
Dalam ringkasan pidato Kim menjelang Tahun Baru yang dirilis media negara, pemimpin Korut itu tidak secara spesifik menyebut rudal atau senjata nuklir.
Namun, dia mengatakan pertahanan nasional harus diperkuat.
Korut mendapatkan sanksi internasional atas program senjata nuklirnya.
Namun sejak awal pandemi COVID-19, negara itu semakin terisolasi dengan penutupan perbatasan yang mengganggu jalur perdagangan dan menghentikan kegiatan diplomatik secara langsung.
Negara itu juga terjebak pada moratorium yang diterapkan sendiri, tentang rudal balistik antarbenua (ICBM) atau persenjataan nuklir.
Uji terakhir ICBM atau bom nuklir Korut dilakukan pada 2017, sebelum Kim meluncurkan upaya diplomatik dengan Amerika Serikat dan Korsel –yang kemudian macet.
Baca juga: Presiden Duterte Tidak Akan Minta Maaf Kematian Tersangka Pengedar dan Pengguna Narkoba
Namun, Korut terus menguji rudal-rudal balistik jarak dekatnya yang baru termasuk yang diluncurkan dari kapal selam pada Oktober.
Pidato Kim terakhir tidak menyebut upaya Korsel untuk meneruskan negosiasi yang macet atau tawaran AS untuk melakukan pembicaraan tanpa syarat.
Situasi itu menimbulkan keraguan bagi Presiden Korsel, Moon Jae-in untuk mendorong terobosan diplomatik sebelum masa kepemimpinannya berakhir pada Mei.
Gedung Putih, Departemen Pertahanan dan Departemen Luar Negeri AS belum bisa dimintai komentar.
Dalam pengarahan media pada Senin (3/1), juru bicara Deplu, Ned Price mengulangi keinginan AS untuk berdialog dengan Korut demi peningkatan keamanan AS dan sekutunya di kawasan itu.
Dia menegaskan lagi, bahwa Washington tidak punya niat bermusuhan dengan Korut dan bahwa AS siap menggelar pertemuan tanpa syarat.
Price menolak mengomentari penampilan Kim yang lebih ramping dalam foto, yang disiarkan baru-baru ini oleh media resmi Korut.
Dia enggan mengomentari spekulasi tentang kesehatan Kim dengan mengatakan “kita tidak ingin menambah spekulasi itu”.